UAI Gandeng University of Edinburgh Wujudkan Kampus Ramah Disabilitas
Jum'at, 31 Mei 2024 - 13:46 WIB
Selama di Jakarta, John dan Elizabeth melakukan beberapa kegiatan di antaranya: Penilaian terhadap kesesuaian lingkungan kampus UAI, persiapan pengajar yang siap membuat materi aksesibilitas, hingga melakukan komparasi berdasarkan pengalaman mahasiswa tunanetra dari berbagai perguruan tinggi di Jabodetabek.
Serangkaian kegiatan ini diharapkan dapat menyempurnakan kesiapan kampus ramah disabilitas yang berstandar internasional yang diharapkan dapat dimplementasikan di UAI sebagai universitas penggagas.
“Kami akan menilai dengan sangat objektif sesuai dengan pengalaman dan instrument yang ada. Tentu kami akan memberikan masukan sesuai standar yang ada. Lingkungan aksesibel tidak hanya dari fasilitas, tetapi juga kesiapan sosial, termasuk pengajar,” katanya di sela observasi.
Selain observasi dan asesmen, John dan Elizabeth juga menyampaikan materi dan pelatihan singkat untuk dosen-dosen terkait pembelajaran ramah teman netra. Kegiatan berlangsung dalam dua hari berbeda dalam suasana hangat mencerahkan.
Baca juga: Mengetahui Minat dan Kepribadian Penting agar Calon Mahasiswa Tidak Salah Jurusan
Melalui diskusi interaktif, keduanya berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang cara menangani teman netra dalam pembelajaran, termasuk bagaimana membuat media belajar yang mudah diakses penyandang netra.
Kegiatan diakhiri dengan video ucapan terima kasih dari para dosen yang disampaikan melalui layar dan pemberian cindera mata berupa blankon dan selendang batik.
John menyatakan, ia sangat terkesan dengan kegiatan dan pertemuan ini. Menurutnya, ia dan Elizabeth mendapatkan perspektif baru terkait aktivitas dan isu yang ia geluti setelah mengunjungi kampus UAI dan berdiskusi dengan para dosen.
“Rasanya tidak ingin kembali lagi dan masih ingin berdiskusi bersama Anda semua. Terima kasih atas sambutan hangatnya, tidak sabar melihat progres kalian di tahun depan. Sampai jumpa tahun depan, kawan,” kata John dalam sambutan akhirnya.
‘’Selama kita terbuka, bersedia menyamakan visi dan bekerjasama, Insya Allah kampus inklusif tidak sulit diwujudkan, semoga Hibah sejenis UK-ID Disability Inclusion Partnership Grant dari British Council Indonesia ini dapat terus tersedia untuk menyempurnakan berbagai kesiapan kita, khususnya di perguruan tinggi dalam memberi akses yang inklusif,’’ pungkas Cut.
Serangkaian kegiatan ini diharapkan dapat menyempurnakan kesiapan kampus ramah disabilitas yang berstandar internasional yang diharapkan dapat dimplementasikan di UAI sebagai universitas penggagas.
“Kami akan menilai dengan sangat objektif sesuai dengan pengalaman dan instrument yang ada. Tentu kami akan memberikan masukan sesuai standar yang ada. Lingkungan aksesibel tidak hanya dari fasilitas, tetapi juga kesiapan sosial, termasuk pengajar,” katanya di sela observasi.
Selain observasi dan asesmen, John dan Elizabeth juga menyampaikan materi dan pelatihan singkat untuk dosen-dosen terkait pembelajaran ramah teman netra. Kegiatan berlangsung dalam dua hari berbeda dalam suasana hangat mencerahkan.
Baca juga: Mengetahui Minat dan Kepribadian Penting agar Calon Mahasiswa Tidak Salah Jurusan
Melalui diskusi interaktif, keduanya berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang cara menangani teman netra dalam pembelajaran, termasuk bagaimana membuat media belajar yang mudah diakses penyandang netra.
Kegiatan diakhiri dengan video ucapan terima kasih dari para dosen yang disampaikan melalui layar dan pemberian cindera mata berupa blankon dan selendang batik.
John menyatakan, ia sangat terkesan dengan kegiatan dan pertemuan ini. Menurutnya, ia dan Elizabeth mendapatkan perspektif baru terkait aktivitas dan isu yang ia geluti setelah mengunjungi kampus UAI dan berdiskusi dengan para dosen.
“Rasanya tidak ingin kembali lagi dan masih ingin berdiskusi bersama Anda semua. Terima kasih atas sambutan hangatnya, tidak sabar melihat progres kalian di tahun depan. Sampai jumpa tahun depan, kawan,” kata John dalam sambutan akhirnya.
‘’Selama kita terbuka, bersedia menyamakan visi dan bekerjasama, Insya Allah kampus inklusif tidak sulit diwujudkan, semoga Hibah sejenis UK-ID Disability Inclusion Partnership Grant dari British Council Indonesia ini dapat terus tersedia untuk menyempurnakan berbagai kesiapan kita, khususnya di perguruan tinggi dalam memberi akses yang inklusif,’’ pungkas Cut.
Lihat Juga :
tulis komentar anda