Pandemi COVID-19 Lahirkan Dahsyatnya Inovasi dari Perguruan Tinggi
Selasa, 25 Agustus 2020 - 23:34 WIB
JAKARTA - Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud Nizam mengatakan Pandemi COVID-19 memunculkan banyaknya inovasi dari perguruan tinggi .
"Kita lihat dari masa pandemi ini dari kampus melahirkan rekacipta yang dahsyat sekali. Lebih dari 1000 invensi dan inovasi yang dihasilkan dari perguruan tinggi,” katanya saat penandatanganan nota kesepahaman bersama Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dan Kamar Dagang Indonesia (KADIN) DKI Jakarta di Jakarta, Selasa (25/8).
Guru besar fakultas tehnik Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menjelaskan, reka cipta yang telah dihasilkan di tengah keterbatasan ini sangat berguna untuk kebutuhan di masa pademi. (Baca juga: Menristek: Pentingnya Kolaborasi Riset Ekonomi Berbasis Inovasi Teknologi )
Misalnya saja, sebut dia, masker tiga dimensi, robot untuk nurse, drone untuk surveillance, obat-obatan, rapid test yang diciptakan perguruan tinggi dalam dua bulan saja dan juga 11 prototipe ventilator dan dalam beberapa bulan sudah bisa diproduksi dan didistribusikan ke beberapa rumah sakit.
Nizam pun mengapresiasi pembuatan ventilator ini karena ventilator yang dibuat ada dua jenis yakni yang sederhana yakni yang bisa dipakai di mobil ambulans sampai yang dipakai oleh pasien di ruang ICU. "Ini membangun momentum baru bahwa kita bisa jika ada kesungguhan,” ujarnya.
Mantan Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kemendikbud ini menjelaskan, pandemi ini membuka mata banyak pihak bahwa pandemi ini menyebabkan disrupsi dalam skala global dan menuntut masyarakat untuk cepat beradaptasi. (Baca juga: Rektor IPB Harap Kampus Merdeka Bisa Diperluas ke Instansi Lain )
Nizam mengatakan, kemampuan perguruan tinggi untuk beradaptasi ke moda digital terbilang cepat. Kata dia, tidak terbayangkan sebelumnya bahwa dalam dua minggu saja kampus sudah melakukan pembelajaran daring tanpa ada persiapan, pelatihan dan perencanaan yang jelas.
“Tiba-tiba daring. Meski ini transformasi dadakan. Tapi kita evaluasi dan membuat angket ternyata pembelajaran tersampaikan. Tidak kalah dengan pembelajaran physical. Memang banyak kekurangan tapi fakta itu terjadi dan bisa tersampaikan itu transformasi yang sangat cepat,” katanya.
"Kita lihat dari masa pandemi ini dari kampus melahirkan rekacipta yang dahsyat sekali. Lebih dari 1000 invensi dan inovasi yang dihasilkan dari perguruan tinggi,” katanya saat penandatanganan nota kesepahaman bersama Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dan Kamar Dagang Indonesia (KADIN) DKI Jakarta di Jakarta, Selasa (25/8).
Guru besar fakultas tehnik Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menjelaskan, reka cipta yang telah dihasilkan di tengah keterbatasan ini sangat berguna untuk kebutuhan di masa pademi. (Baca juga: Menristek: Pentingnya Kolaborasi Riset Ekonomi Berbasis Inovasi Teknologi )
Misalnya saja, sebut dia, masker tiga dimensi, robot untuk nurse, drone untuk surveillance, obat-obatan, rapid test yang diciptakan perguruan tinggi dalam dua bulan saja dan juga 11 prototipe ventilator dan dalam beberapa bulan sudah bisa diproduksi dan didistribusikan ke beberapa rumah sakit.
Nizam pun mengapresiasi pembuatan ventilator ini karena ventilator yang dibuat ada dua jenis yakni yang sederhana yakni yang bisa dipakai di mobil ambulans sampai yang dipakai oleh pasien di ruang ICU. "Ini membangun momentum baru bahwa kita bisa jika ada kesungguhan,” ujarnya.
Mantan Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kemendikbud ini menjelaskan, pandemi ini membuka mata banyak pihak bahwa pandemi ini menyebabkan disrupsi dalam skala global dan menuntut masyarakat untuk cepat beradaptasi. (Baca juga: Rektor IPB Harap Kampus Merdeka Bisa Diperluas ke Instansi Lain )
Nizam mengatakan, kemampuan perguruan tinggi untuk beradaptasi ke moda digital terbilang cepat. Kata dia, tidak terbayangkan sebelumnya bahwa dalam dua minggu saja kampus sudah melakukan pembelajaran daring tanpa ada persiapan, pelatihan dan perencanaan yang jelas.
“Tiba-tiba daring. Meski ini transformasi dadakan. Tapi kita evaluasi dan membuat angket ternyata pembelajaran tersampaikan. Tidak kalah dengan pembelajaran physical. Memang banyak kekurangan tapi fakta itu terjadi dan bisa tersampaikan itu transformasi yang sangat cepat,” katanya.
(mpw)
tulis komentar anda