Ancaman Pandemi, Pembelajaran Tatap Muka Maksimal Tiga Jam
Kamis, 27 Agustus 2020 - 06:38 WIB
SALATIGA - Dinas Pendidikan Kota Salatiga rencananya akan memulai pembelajaran tatap muka (PTM) untuk jenjang sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) pada September 2020. Pada tahap uji coba ini PTM di tengah pandemi COVID-19 ini, jumlah rombongan belajar dibuat shif dan durasi pembelajaran maksimal tiga jam.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Salatiga Yuni Ambarwati menjelaskan, PTM bisa dilaksanakan mulai September apabila Salatiga sudah berada pada zona hijau atau kuning. Dan ada ketentuan yang wajib ditaati oleh masing-masing sekolah.
"Ketentuannya antara lain, wajib menerapkan protokol kesehatan COVID-19. Jumlah rombongan belajar dibuat shif bisa ganjil genap. Durasi pembelajaran dikurangi, maksimal satu jam pelajaran 30 menit," kata Yuni saat dihubungi SINDOnews, Rabu (26/8/2020). (Baca juga: Jateng Mulai Buka Sekolah, Ganjar: Semuanya Sudah Dipersiapkan dengan Baik )
Lebih jauh Yuni mengatakan, dalam revisi Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri disebutkan bahwa pada bulan pertama PTM akan dilaksanakan pada satuan pendidikan tingkat SMA, SMK, MA, MAK, SMP, MTs, SD, MI, dan SLB.
Kemudian pada bulan ketiga baru akan dibuka untuk PAUD formal (TK, RA, TLKB, BA) dan non-formal (KB, TPA, SPS). "Begitu pula pada sekolah dan madrasah berasrama yang berada di daerah zona hijau dan kuning dapat membuka asrama dan melakukan PTM di satuan pendidikan secara bertahap," ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Salatiga Fakruroji mengatakan, banyak kendala pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dirasakan baik oleh guru, orang tua murid dan siswa itu sendiri. Disamping guru yang cenderung fokus pada penuntasan kurikulum dengan berbagai keterbatasan waktu dan akses, tidak semua orang tua siswa mampu mendampingi anak belajar.
Akibatnya, siswa kesulitan konsentrasi belajar, mengalami peningkatan rasa stress dan jenuh akibat isolasi yang berkelanjutan. Bahkan, disinyalir banyak anak yang terjebak dalam kekerasan rumah tangga, yang tidak terdeteksi oleh guru.
Fakruroji mengungkapkan, perbedaan akses dan kualitas selama PJJ dapat mengakibatkan kesenjangan capaian belajar, terutama untuk anak dari sosio-ekonomi berbeda. (Baca juga: Was-was Pandemi, 3 Kabupaten di Jateng Paksakan Sekolah Tatap Muka )
“Studi menemukan bahwa pembelajaran di kelas menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik dibandingkan dengan PJJ. Namun demikian, dalam menyelenggarakan PTM kita harus mengedepankan prinsip kebijakan pendidikan di masa COVID-19 ini,” tegasnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Salatiga Yuni Ambarwati menjelaskan, PTM bisa dilaksanakan mulai September apabila Salatiga sudah berada pada zona hijau atau kuning. Dan ada ketentuan yang wajib ditaati oleh masing-masing sekolah.
"Ketentuannya antara lain, wajib menerapkan protokol kesehatan COVID-19. Jumlah rombongan belajar dibuat shif bisa ganjil genap. Durasi pembelajaran dikurangi, maksimal satu jam pelajaran 30 menit," kata Yuni saat dihubungi SINDOnews, Rabu (26/8/2020). (Baca juga: Jateng Mulai Buka Sekolah, Ganjar: Semuanya Sudah Dipersiapkan dengan Baik )
Lebih jauh Yuni mengatakan, dalam revisi Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri disebutkan bahwa pada bulan pertama PTM akan dilaksanakan pada satuan pendidikan tingkat SMA, SMK, MA, MAK, SMP, MTs, SD, MI, dan SLB.
Kemudian pada bulan ketiga baru akan dibuka untuk PAUD formal (TK, RA, TLKB, BA) dan non-formal (KB, TPA, SPS). "Begitu pula pada sekolah dan madrasah berasrama yang berada di daerah zona hijau dan kuning dapat membuka asrama dan melakukan PTM di satuan pendidikan secara bertahap," ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Salatiga Fakruroji mengatakan, banyak kendala pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dirasakan baik oleh guru, orang tua murid dan siswa itu sendiri. Disamping guru yang cenderung fokus pada penuntasan kurikulum dengan berbagai keterbatasan waktu dan akses, tidak semua orang tua siswa mampu mendampingi anak belajar.
Akibatnya, siswa kesulitan konsentrasi belajar, mengalami peningkatan rasa stress dan jenuh akibat isolasi yang berkelanjutan. Bahkan, disinyalir banyak anak yang terjebak dalam kekerasan rumah tangga, yang tidak terdeteksi oleh guru.
Fakruroji mengungkapkan, perbedaan akses dan kualitas selama PJJ dapat mengakibatkan kesenjangan capaian belajar, terutama untuk anak dari sosio-ekonomi berbeda. (Baca juga: Was-was Pandemi, 3 Kabupaten di Jateng Paksakan Sekolah Tatap Muka )
“Studi menemukan bahwa pembelajaran di kelas menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik dibandingkan dengan PJJ. Namun demikian, dalam menyelenggarakan PTM kita harus mengedepankan prinsip kebijakan pendidikan di masa COVID-19 ini,” tegasnya.
tulis komentar anda