Besok Peringatan Hari Guru Sedunia, Apa Bedanya dengan Hari Guru Nasional (HGN)?
Jum'at, 04 Oktober 2024 - 17:36 WIB
Dikutip dari laman Kemendikbudristek, Hari Guru Sedunia diresmikan oleh UNESCO pada 5 Oktober untuk memperingati penandatanganan rekomendasi Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan UNESCO mengenai status guru di tahun 1966.
Rekomendasi dari kedua organisasi dunia itu menjadi tolak ukur terkait hak dan terkait hak dan tanggung jawab, standar untuk persiapan awal serta pendidikan lanjutan, perekrutan, pekerjaan, dan kondisi belajar mengajar bagi guru.
Baca juga: Hari Guru Sedunia, Ini Peran Vital Guru yang Mulai Dirasakan Selama Pandemi
Rekomendasi tersebut juga memberikan guru di seluruh dunia sebuah instrumen yang mendefinisikan tanggung jawab dan menegaskan hak-hak mereka. Meski rekomendasi tersebut sudah diterbitkan sejak tahun 1966, namun UNESCO baru menetapkan tanggal 5 Oktober sebagai Hari Guru Sedunia pada tahun 1994.
Adapun tujuan perayaan Hari Guru Sedunia adalah untuk memusatkan perhatian atas kontribusi dan prestasi guru. Selain itu juga sebagai momentum untuk menyoroti keprihatinan dan prioritas guru dalam hal pendidikan.
Sementara Hari Guru Nasional akan dirayakan pada 25 November. Makna peringatan Hari Guru Nasional adalah memberikan apresiasi dan penghormatan kepada guru atas dedikasinya dalam pembelajaran.
Dilihat dari sejarahnya, peringatan Hari Guru Nasional bertepatan dengan berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia ( PGRI ) pada tanggal 25 November 1945. Sebelumnya, pada tahun 1912, organisasi ini bernama PGHB (Persatuan Guru Hindia Belanda). Anggotanya berisikan kepala sekolah, guru desa, guru bantu, hingga perangkat sekolah lainnya.
Pada tahun 1932, PGHB mengubah namanya menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Pada saat itu, Belanda sebagai negara penjajah, tidak menerima unsur nama “Indonesia” dalam PGI karena dianggap sebagai sebuah ancaman untuk mereka. Dengan merubah namanya, PGI menjadi semakin nasionalis dan perjuangan kemerdekaan Indonesia semakin kuat bersama guru.
Pada jaman penjajahan Jepang, PGI dilarang untuk melakukan aktivitas. Tidak lama setelah proklamasi kemerdekaan, PGI menggelar Kongres Guru Indonesia yang pertama di Surakarta, Jawa Tengah pada tanggal 24 – 25 November 1945. Kongres tersebut membuahkan hasil, salah satunya adalah menghapuskan perbedaan suku, ras, agama, politik, dan lainnya agar bergabung menjadi Indonesia seutuhnya dalam wadah PGRI.
Rekomendasi dari kedua organisasi dunia itu menjadi tolak ukur terkait hak dan terkait hak dan tanggung jawab, standar untuk persiapan awal serta pendidikan lanjutan, perekrutan, pekerjaan, dan kondisi belajar mengajar bagi guru.
Baca juga: Hari Guru Sedunia, Ini Peran Vital Guru yang Mulai Dirasakan Selama Pandemi
Rekomendasi tersebut juga memberikan guru di seluruh dunia sebuah instrumen yang mendefinisikan tanggung jawab dan menegaskan hak-hak mereka. Meski rekomendasi tersebut sudah diterbitkan sejak tahun 1966, namun UNESCO baru menetapkan tanggal 5 Oktober sebagai Hari Guru Sedunia pada tahun 1994.
Adapun tujuan perayaan Hari Guru Sedunia adalah untuk memusatkan perhatian atas kontribusi dan prestasi guru. Selain itu juga sebagai momentum untuk menyoroti keprihatinan dan prioritas guru dalam hal pendidikan.
Hari Guru Nasional
Sementara Hari Guru Nasional akan dirayakan pada 25 November. Makna peringatan Hari Guru Nasional adalah memberikan apresiasi dan penghormatan kepada guru atas dedikasinya dalam pembelajaran.
Dilihat dari sejarahnya, peringatan Hari Guru Nasional bertepatan dengan berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia ( PGRI ) pada tanggal 25 November 1945. Sebelumnya, pada tahun 1912, organisasi ini bernama PGHB (Persatuan Guru Hindia Belanda). Anggotanya berisikan kepala sekolah, guru desa, guru bantu, hingga perangkat sekolah lainnya.
Pada tahun 1932, PGHB mengubah namanya menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Pada saat itu, Belanda sebagai negara penjajah, tidak menerima unsur nama “Indonesia” dalam PGI karena dianggap sebagai sebuah ancaman untuk mereka. Dengan merubah namanya, PGI menjadi semakin nasionalis dan perjuangan kemerdekaan Indonesia semakin kuat bersama guru.
Pada jaman penjajahan Jepang, PGI dilarang untuk melakukan aktivitas. Tidak lama setelah proklamasi kemerdekaan, PGI menggelar Kongres Guru Indonesia yang pertama di Surakarta, Jawa Tengah pada tanggal 24 – 25 November 1945. Kongres tersebut membuahkan hasil, salah satunya adalah menghapuskan perbedaan suku, ras, agama, politik, dan lainnya agar bergabung menjadi Indonesia seutuhnya dalam wadah PGRI.
tulis komentar anda