Belajar Harus Tetap Menyenangkan
Jum'at, 09 Oktober 2020 - 06:06 WIB
Afnie menerangkan, aspek ketiga yang harus dijaga keseimbangannya adalah sisi spiritualitas anak. Dia menjelaskan, ketika anak mengucapkan kata-kata baik sesuai keyakinannya dalam bentuk doa maka ada aliran elektromagnetik yang membuat fungsi otak menjadi lebih kuat. Dengan demikian, anak tidak gampang stres dan lebih siap dalam menghadapi tantangan.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, perubahan cara mengajar atau belajar pada saat pandemi juga bisa berpengaruh terhadap psikologi seseorang. Dia menyebutkan, berbagai kendala dirasakan para orang tua dan siswa ketika menjalani pembelajaran dalam jaringan (daring).
"Juga pada anak-anak ada sistem yang mengharuskan menjalani pendidikan di rumah atau jarak jauh. Ini juga membuat stres kepada anak dan orang tua, apalagi keterbatasan internet dan lainnya. Sungguh sangat memprihatinkan," ucapnya kemarin.
Atas dasar ini, RSJ Provinsi Jabar juga meluncurkan program Konsultasi Jiwa Online (KJOL) sebagai jawaban atas meningkatnya masalah kejiwaan di masa pandemi Covid-19. Berdasarkan survei Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Puslitbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2020, 6,8% masyarakat Indonesia mengalami kecemasan. Padahal, 85,3% sebelumnya tidak memiliki riwayat gangguan psikis. (Lihat videonya: Pedagang Tanaman Hias Raup Untung di Tengah Pandemi Covid-19)
Direktur Utama (Dirut) RSJ Jabar, Elly Marliyani, mengungkapkan, terdapat peningkatan durasi penggunaan gawai selama pandemi. Berdasarkan penelitian RSCM FK UI April-Juni 2020, terjadi peningkatan waktu rata-rata penggunaan gawai hingga 11,6 Jam per hari dan peningkatan kecanduan internet pada remaja 19,3%. Kondisi tersebut berpotensi menyebabkan stres bagi orang tua maupun anak.
"Terbukti sejak pandemi terjadi peningkatan kunjungan pasien gangguan cemas di RSJ sampai September 2020 sebanyak 14% dibandingkan bulan yang sama pada 2019," ungkap Elly. (Neneng Zubaidah/Agung Bakti Sarasa)
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, perubahan cara mengajar atau belajar pada saat pandemi juga bisa berpengaruh terhadap psikologi seseorang. Dia menyebutkan, berbagai kendala dirasakan para orang tua dan siswa ketika menjalani pembelajaran dalam jaringan (daring).
"Juga pada anak-anak ada sistem yang mengharuskan menjalani pendidikan di rumah atau jarak jauh. Ini juga membuat stres kepada anak dan orang tua, apalagi keterbatasan internet dan lainnya. Sungguh sangat memprihatinkan," ucapnya kemarin.
Atas dasar ini, RSJ Provinsi Jabar juga meluncurkan program Konsultasi Jiwa Online (KJOL) sebagai jawaban atas meningkatnya masalah kejiwaan di masa pandemi Covid-19. Berdasarkan survei Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Puslitbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2020, 6,8% masyarakat Indonesia mengalami kecemasan. Padahal, 85,3% sebelumnya tidak memiliki riwayat gangguan psikis. (Lihat videonya: Pedagang Tanaman Hias Raup Untung di Tengah Pandemi Covid-19)
Direktur Utama (Dirut) RSJ Jabar, Elly Marliyani, mengungkapkan, terdapat peningkatan durasi penggunaan gawai selama pandemi. Berdasarkan penelitian RSCM FK UI April-Juni 2020, terjadi peningkatan waktu rata-rata penggunaan gawai hingga 11,6 Jam per hari dan peningkatan kecanduan internet pada remaja 19,3%. Kondisi tersebut berpotensi menyebabkan stres bagi orang tua maupun anak.
"Terbukti sejak pandemi terjadi peningkatan kunjungan pasien gangguan cemas di RSJ sampai September 2020 sebanyak 14% dibandingkan bulan yang sama pada 2019," ungkap Elly. (Neneng Zubaidah/Agung Bakti Sarasa)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda