Media Sosial dan Jurnalisme Warga Dapat Membangun Reputasi Perguruan Tinggi
Selasa, 13 Oktober 2020 - 21:40 WIB
SOLO - Di masa digital, dimana membanjirnya informasi di tengah masyarakat terjadi, perguruan tinggi pun bisa memanfaatkan media sosial dan jurnalisme warga untuk membangun reputasi.
Pakar Komunikasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Andre Rahmanto mengatakan, reputasi perguruan tinggi di masa pandemi ini bisa dibangun dengan berbagai macam cara. Termasuk dengan menguatkan eksposur dari perguruan tinggi itu di berbagai media. Yakni media mainstream, media online, media sosial maupun sampai ke mesin pencari. (Baca juga: Siapkan Bekal dan Modal, Kemendikbud Dorong Mahasiswa Jadi Wirausahawan Muda )
Andre juga menyebut citizen journalisme atau jurnalisme warga yang dilakukan mahasiswa, dosen maupun semua civitas akademika termasuk alumni kampus dapat memberikan kontribusi pada eksistensi dari perguruan tinggi di media-media tersebut.
"Akumulasi positif dari semua media itu secara perlahan akan mengakumulasi dan akhirnya membentuk reputasi yang kuat bagi semua perguruan tinggi," kata Andre pada Sindo Goes To Campus : Peran Sosial Media dan Citizen Journalism terhadap Branding Universitas di Masa Pandemi yang disiarkan melalui Youtube SINDONews, Selasa (13/10).
Andre menjelaskan, eksposure di media saja tidak akan banyak membantu reputasi jka tidak didukung oleh 6 faktor pembentuk reputasi. Pertama adalah faktor Pengajaran. Dia menjelaskan, kualitas pengajaran, ruang kelas, fasilitas lab dan riset ini juga menentukan reputasi sebuah kampus. Kemudian Pelatihan yakni bagaimana kampus menyiapkan nilai plus bagi lulusannya. Lalu Impact yakni kesuksesan sebuah kampus yang terlihat dari rekam jejak alumni dan bagaimana keterserapan lulusanya di lapangan kerja. (Baca juga: ITS Kembali Dominasi Kejuaraan KRI Regional 2020 )
Keempat adalah Offering yang terlihat dari bagaimana perusahaan-perusahaan yang baik yang mau menerima lulusan. Kelima adalah Prestige yang salah satunya bisa dilihat dari potensi mahasiswa-mahasiswa dengan nilai terbaik bisa masuk di perguruan tingggi tersebut bisa menentukan reputasi universitas. Keenam adalah akses yang menyangkut dukungan keuangan yang ada di universitas tersebut.
"Semua enam faktor ini merupakan pembentuk reputasi dan ini berarti kalau nanti kita bicara tentang citizen journalism dan juga media sosial konten-konten yang terkait dengan ini, itu berarti yang perlu dimunculkan karena itu akan dilihat bagaimana orang melihat perguruan tinggi pada enam aspek ini," imbuhnya.
Kemudian, dia menuturkan, dalam masa pandemi ini apa yang bisa ditonjolkan untuk membangun reputasi kampus misalnya tentang kesiapan kampus dalam mengelola perkuliahan online. Hal ini menjadi penting untuk diinformasikan karena di masa pandemi calon mahasiswa pasti ingin tahu kesiapan kampus itu dalam mengelola PJJ. (Baca juga: Epidemiolog UI Memprediksi Vaksinasi Baru Selesai Akhir 2021 )
Kebijakan uang kuliah tunggal atau UKT, katanya juga mesti direspon oleh perguruan tinggi. Selain itu juga informasi mengenai kesiapan kampus menjalani protokol kesehatan. Dan yang tidak kalah penting, ujarnya, adalah kontribusi kampus melalui riset dan inovasi yang bisa bermanfaat bagi masyarakat. Misalnya ventilator portabel ataupun riset lain terkait COVID-19 itu harus diekspos ke masyarakat. "Terkait dengan pandemi itu yang harus ditonjolkan sebagai isu untuk memperkuat posisi dari perguruan tinggi," terangnya.
Pakar Komunikasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Andre Rahmanto mengatakan, reputasi perguruan tinggi di masa pandemi ini bisa dibangun dengan berbagai macam cara. Termasuk dengan menguatkan eksposur dari perguruan tinggi itu di berbagai media. Yakni media mainstream, media online, media sosial maupun sampai ke mesin pencari. (Baca juga: Siapkan Bekal dan Modal, Kemendikbud Dorong Mahasiswa Jadi Wirausahawan Muda )
Andre juga menyebut citizen journalisme atau jurnalisme warga yang dilakukan mahasiswa, dosen maupun semua civitas akademika termasuk alumni kampus dapat memberikan kontribusi pada eksistensi dari perguruan tinggi di media-media tersebut.
"Akumulasi positif dari semua media itu secara perlahan akan mengakumulasi dan akhirnya membentuk reputasi yang kuat bagi semua perguruan tinggi," kata Andre pada Sindo Goes To Campus : Peran Sosial Media dan Citizen Journalism terhadap Branding Universitas di Masa Pandemi yang disiarkan melalui Youtube SINDONews, Selasa (13/10).
Andre menjelaskan, eksposure di media saja tidak akan banyak membantu reputasi jka tidak didukung oleh 6 faktor pembentuk reputasi. Pertama adalah faktor Pengajaran. Dia menjelaskan, kualitas pengajaran, ruang kelas, fasilitas lab dan riset ini juga menentukan reputasi sebuah kampus. Kemudian Pelatihan yakni bagaimana kampus menyiapkan nilai plus bagi lulusannya. Lalu Impact yakni kesuksesan sebuah kampus yang terlihat dari rekam jejak alumni dan bagaimana keterserapan lulusanya di lapangan kerja. (Baca juga: ITS Kembali Dominasi Kejuaraan KRI Regional 2020 )
Keempat adalah Offering yang terlihat dari bagaimana perusahaan-perusahaan yang baik yang mau menerima lulusan. Kelima adalah Prestige yang salah satunya bisa dilihat dari potensi mahasiswa-mahasiswa dengan nilai terbaik bisa masuk di perguruan tingggi tersebut bisa menentukan reputasi universitas. Keenam adalah akses yang menyangkut dukungan keuangan yang ada di universitas tersebut.
"Semua enam faktor ini merupakan pembentuk reputasi dan ini berarti kalau nanti kita bicara tentang citizen journalism dan juga media sosial konten-konten yang terkait dengan ini, itu berarti yang perlu dimunculkan karena itu akan dilihat bagaimana orang melihat perguruan tinggi pada enam aspek ini," imbuhnya.
Kemudian, dia menuturkan, dalam masa pandemi ini apa yang bisa ditonjolkan untuk membangun reputasi kampus misalnya tentang kesiapan kampus dalam mengelola perkuliahan online. Hal ini menjadi penting untuk diinformasikan karena di masa pandemi calon mahasiswa pasti ingin tahu kesiapan kampus itu dalam mengelola PJJ. (Baca juga: Epidemiolog UI Memprediksi Vaksinasi Baru Selesai Akhir 2021 )
Kebijakan uang kuliah tunggal atau UKT, katanya juga mesti direspon oleh perguruan tinggi. Selain itu juga informasi mengenai kesiapan kampus menjalani protokol kesehatan. Dan yang tidak kalah penting, ujarnya, adalah kontribusi kampus melalui riset dan inovasi yang bisa bermanfaat bagi masyarakat. Misalnya ventilator portabel ataupun riset lain terkait COVID-19 itu harus diekspos ke masyarakat. "Terkait dengan pandemi itu yang harus ditonjolkan sebagai isu untuk memperkuat posisi dari perguruan tinggi," terangnya.
tulis komentar anda