Media Sosial dan Jurnalisme Warga Dapat Membangun Reputasi Perguruan Tinggi
Selasa, 13 Oktober 2020 - 21:40 WIB
Andre menyampaikan, kunci dari reputasi yang bagus adalah adanya keselarasan antara ekspektasi dari stakeholder dengan pengalaman yang dialami. Kesesuaian antara ekspektasi dan pengalaman ini harus kokoh sebab jika gapnya terlalu besar akan menyebabkan repitasi itu menjadi artifisial dan tidak menguntungkan bagi sebuah institusi. Dia menekankan, citra atau branding yang baik itu harus juga ditopang oleh kualitas yang juga baik. Sehingga nanti akan Selaras dan institusi perguruan tinggi akan bisa dengan mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Pemimpin Redaksi (Pemred) SINDO Media Djaka Susila menyampaikan, dari sebuah penelitian di regional Asean dengan jumlah responden berusia 16-35 tahun mencapai 70.000 responden menyebutkan bahwa di masa pandemi ini terjadi peningkatan yang luar biasa dari penggunaan media sosial, yakni sekitar 82 %. Menariknya lagi, 40 % responden mengaku mereka menggunakan lebih dari satu media sosial baru untuk mengisi kekosongan waktu di masa pandemi ini. (Baca juga: IPB University Kembangkan Teknologi Cek Kehalalan Produk dengan Mudah dan Cepat )
Djaka menuturkan, hal ini menunjukan bahwa peran media sosial begitu luar biasa di masa pandemi ini. Sebab, ketika dulunya seseorang tidak paham menggunakan media sosial, atau saat seseorang menonaktifkan media sosialnya, kini bermain dan mengaktifkan media sosialnya untuk mencari informasi. Tidak hanya itu, aplikasi diskusi online seperti Zoom ataupun Google Meet pun menjadi tidak terhindarkan karena tidak hanya dipakai untuk rapat melainkan juga bisa untuk silaturahmi ketika lebaran lalu.
"Ini artinya memang pertumbuhan media sosial begitu luar biasa. Dan ini bisa dimanfaatkan oleh teman-teman humas untuk menggunakan ini untuk meningkatkan citra," terangnya.
Akan tetapi, dia mengingatkan bahwa karakter media sosial itu unik dan sulit ditebak. Ada hal yang terlihat bagus tetapi tidak menarik perhatian masyarakat. Namun kadang sesuatu yang sederhana malah menjadi viral. Maka ini menjadi tantangan luar biasa bagi jajaran bagian komunikasi suatu institusi untuk menangkap informasi dan membagikannya di medsos.
Djaka menerangkan, meski trend menggunakan media sosial untuk membangun reputasi sedang tinggi, namun perlu kehati-hatian di tengah banyak pencemaran informasi yang terjadi. Yang perlu ditekankan dan diwaspadai adalah, saran Djaka, ikuti arus dari sebuah media sosial itu tetapi jangan terbawa arusnya sehingga media sosial tetap bisa menjadi andalan dan bukan menjadi persoalan.
Sementara, Kepala Sosmed SINDO Media Chamad Hojin memaparkan, di era sosial media yang penting itu adalah kolaborasi. Sehingga perguruan tinggi untuk menyebarkan informasi demi membangun reputasi bisa menggandeng influencer atau tokoh ternama. Dia menuturkan, kolaborasi itu penting dan ini jarang dilakukan. Namun ini bisa dilakukan kampus untuk memberi informasi tentang hasil riset COVID-19 ataupun perkuliahan online dengan para influencer itu melalui sosmed.
Point kedua yang penting ialah Sharing. Chamad menjelaskan, konten yang bisa dibagikan untuk menarik minat masyarakat seperti kisah inspiratif misalnya terkait prestasi mahasiswa. Namun dia menekankan jika kolaborasi dan sharing untuk membangun branding ini tetap harus memperhatikan news value sebuah informasi.
Chamad juga menjelaskan jika informasi terkait publik juga bisa menarik. Misalnya saja tentang berapa biaya masuk ke UNS, katanya, perlu dibuat tutorial cara masuk UNS dengan biaya terjangkau. "Jika dikemas dengan menarik informasi sederhana seperti biaya ini juga akan menjadi informasi yang menarik," imbuhnya.
Pemimpin Redaksi (Pemred) SINDO Media Djaka Susila menyampaikan, dari sebuah penelitian di regional Asean dengan jumlah responden berusia 16-35 tahun mencapai 70.000 responden menyebutkan bahwa di masa pandemi ini terjadi peningkatan yang luar biasa dari penggunaan media sosial, yakni sekitar 82 %. Menariknya lagi, 40 % responden mengaku mereka menggunakan lebih dari satu media sosial baru untuk mengisi kekosongan waktu di masa pandemi ini. (Baca juga: IPB University Kembangkan Teknologi Cek Kehalalan Produk dengan Mudah dan Cepat )
Djaka menuturkan, hal ini menunjukan bahwa peran media sosial begitu luar biasa di masa pandemi ini. Sebab, ketika dulunya seseorang tidak paham menggunakan media sosial, atau saat seseorang menonaktifkan media sosialnya, kini bermain dan mengaktifkan media sosialnya untuk mencari informasi. Tidak hanya itu, aplikasi diskusi online seperti Zoom ataupun Google Meet pun menjadi tidak terhindarkan karena tidak hanya dipakai untuk rapat melainkan juga bisa untuk silaturahmi ketika lebaran lalu.
"Ini artinya memang pertumbuhan media sosial begitu luar biasa. Dan ini bisa dimanfaatkan oleh teman-teman humas untuk menggunakan ini untuk meningkatkan citra," terangnya.
Akan tetapi, dia mengingatkan bahwa karakter media sosial itu unik dan sulit ditebak. Ada hal yang terlihat bagus tetapi tidak menarik perhatian masyarakat. Namun kadang sesuatu yang sederhana malah menjadi viral. Maka ini menjadi tantangan luar biasa bagi jajaran bagian komunikasi suatu institusi untuk menangkap informasi dan membagikannya di medsos.
Djaka menerangkan, meski trend menggunakan media sosial untuk membangun reputasi sedang tinggi, namun perlu kehati-hatian di tengah banyak pencemaran informasi yang terjadi. Yang perlu ditekankan dan diwaspadai adalah, saran Djaka, ikuti arus dari sebuah media sosial itu tetapi jangan terbawa arusnya sehingga media sosial tetap bisa menjadi andalan dan bukan menjadi persoalan.
Sementara, Kepala Sosmed SINDO Media Chamad Hojin memaparkan, di era sosial media yang penting itu adalah kolaborasi. Sehingga perguruan tinggi untuk menyebarkan informasi demi membangun reputasi bisa menggandeng influencer atau tokoh ternama. Dia menuturkan, kolaborasi itu penting dan ini jarang dilakukan. Namun ini bisa dilakukan kampus untuk memberi informasi tentang hasil riset COVID-19 ataupun perkuliahan online dengan para influencer itu melalui sosmed.
Point kedua yang penting ialah Sharing. Chamad menjelaskan, konten yang bisa dibagikan untuk menarik minat masyarakat seperti kisah inspiratif misalnya terkait prestasi mahasiswa. Namun dia menekankan jika kolaborasi dan sharing untuk membangun branding ini tetap harus memperhatikan news value sebuah informasi.
Chamad juga menjelaskan jika informasi terkait publik juga bisa menarik. Misalnya saja tentang berapa biaya masuk ke UNS, katanya, perlu dibuat tutorial cara masuk UNS dengan biaya terjangkau. "Jika dikemas dengan menarik informasi sederhana seperti biaya ini juga akan menjadi informasi yang menarik," imbuhnya.
(mpw)
tulis komentar anda