Ini Sederet Kampus dan Sekolah Unggulan Milik Luhut, Salah Satunya Terbaik Nasional
Selasa, 01 Juni 2021 - 18:56 WIB
Yayasan Del pun semakin melebarkan sayapnya. Pada 2013, sang cucu pertama Luhut, Faye Hasian Simanjuntak, mengusulkan untuk membuat rumah aman bagi anak-anak korban perdagangan manusia di Batam. Hingga kini, 136 anak sudah diselamatkan.
Tak berhenti di situ, pada 2018, Yayasan Del juga meresmikan Radio Del FM dan TobaTenun yang fokus pada pelestarian tradisi leluhur, khususnya ulos. Saat ini, Luhut mengaku hampir semua afiliasi sudah bisa mandiri dalam menghidupi operasionalnya. Kalau pun ada yang masih perlu disubsidi, angkanya tak sebesar dulu. "Mungkin 2023, (IT Del) enggak disubsdi lagi, tapi mereka ada dana abadi. Dari mana sumbernya? Itu berasal dari keuntungan tiap tahun perusahaan saya, dikasihkan ke endowment," jelas Luhut.
Walau terkesan mulus-mulus saja, Luhut mengaku juga menghadapi hambatan, termasuk soal birokrasi, saat mengembangkan yayasan dan institusi pendidikan tersebut. "Birokrasi kita masih sangat feodal. Dalam menjadi menteri kan tugasnya harusnya melayani. Kenapa? Karena kita digaji rakyat, tapi sekarang sudah mulai terbalik," terangnya.
Luhut dan istri sengaja melibatkan anggota keluarga mereka dalam mengelola yayasan dengan enam afiliasi tersebut. Ia ingin meninggalkan warisan tradisi bila sudah meninggal nanti. Di samping, mengembangkan yayasan tak bisa sendiri, harus bekerja sama dengan tim yang punya passion yang sama agar maju.
"Ini kontribusi kami sekeluarga, walau kecil tapi kuat. Saya imbau orang berada untuk bentuk semacam ini kalau mau bangsa ini maju," kata Luhut.
Maka itu, perayaan ulang tahun ke-20 Yayasan Del mengangkat tema "From Heritage to Legacy." Devi berharap bisa meninggalkan pemikiran bahwa pendidikan untuk orang lain itu sangat perlu. "Walau anak kami empat, kami selalu bilang anak kami itu ada lima. Yang ke-5 itu Del. Semua diperlakukan sama dan setara. Kalau kami check-out suatu hari nanti, kami sudah bilang yang ada itu nanti dibagi lima," pungkasnya.
Tak berhenti di situ, pada 2018, Yayasan Del juga meresmikan Radio Del FM dan TobaTenun yang fokus pada pelestarian tradisi leluhur, khususnya ulos. Saat ini, Luhut mengaku hampir semua afiliasi sudah bisa mandiri dalam menghidupi operasionalnya. Kalau pun ada yang masih perlu disubsidi, angkanya tak sebesar dulu. "Mungkin 2023, (IT Del) enggak disubsdi lagi, tapi mereka ada dana abadi. Dari mana sumbernya? Itu berasal dari keuntungan tiap tahun perusahaan saya, dikasihkan ke endowment," jelas Luhut.
Walau terkesan mulus-mulus saja, Luhut mengaku juga menghadapi hambatan, termasuk soal birokrasi, saat mengembangkan yayasan dan institusi pendidikan tersebut. "Birokrasi kita masih sangat feodal. Dalam menjadi menteri kan tugasnya harusnya melayani. Kenapa? Karena kita digaji rakyat, tapi sekarang sudah mulai terbalik," terangnya.
Luhut dan istri sengaja melibatkan anggota keluarga mereka dalam mengelola yayasan dengan enam afiliasi tersebut. Ia ingin meninggalkan warisan tradisi bila sudah meninggal nanti. Di samping, mengembangkan yayasan tak bisa sendiri, harus bekerja sama dengan tim yang punya passion yang sama agar maju.
"Ini kontribusi kami sekeluarga, walau kecil tapi kuat. Saya imbau orang berada untuk bentuk semacam ini kalau mau bangsa ini maju," kata Luhut.
Maka itu, perayaan ulang tahun ke-20 Yayasan Del mengangkat tema "From Heritage to Legacy." Devi berharap bisa meninggalkan pemikiran bahwa pendidikan untuk orang lain itu sangat perlu. "Walau anak kami empat, kami selalu bilang anak kami itu ada lima. Yang ke-5 itu Del. Semua diperlakukan sama dan setara. Kalau kami check-out suatu hari nanti, kami sudah bilang yang ada itu nanti dibagi lima," pungkasnya.
(mpw)
tulis komentar anda