Kisah 2 Wisudawan Asing ITS yang Berhasil Lulus dengan Gelar Cumlaude
Rabu, 20 Oktober 2021 - 11:35 WIB
Dalam menjalani kehidupan kampus, Andres dan Abu Bakarr juga sempat mengalami kendala. Keduanya tidak menjalani studi langsung, tetapi butuh waktu satu tahun belajar bahasa Indonesia terlebih dahulu.
Bagi Abu Bakarr, terdapat banyak tantangan untuk hidup di Indonesia dari aspek komunikasi dan budaya sampai keadaan iklim Indonesia. “Namun tetap senang dan bersyukur bisa menginjakan kaki di Indonesia,” ungkap Abu Bakarr melansir laman resmi ITS di its.ac.id, Selasa (19/10/2021).
Andres bercerita, hal yang paling berkesan baginya adalah masyarakat Indonesia. Karena selain mengerjakan tesisnya, ia menyempatkan berkeliling dan mengenal budaya sekitar.
Sementara itu, iklim internasionalisasi ITS itu cukup menantang tetapi dapat memberikan banyak dukungan yang mempermudah perkuliahan. “Bimbingan dosen ITS, fasilitas lab-lab yang ada, dan bantuan kawan ITS lainnya memberikan dukungan yang sangat membantu,” jelasnya.
Sementara Andres menyampaikan pesan kepada mahasiswa ITS terutama bagi mereka yang berasal dari luar negeri. Bahwa, selama berkuliah harus menikmati dan memanfaatkan hal yang ada sebaik mungkin, karena tidak semua orang bisa kuliah di luar negeri orang.
“Dengan begitu mahasiswa dapat memperluas pikiran dan memecahkan tantangan dengan berbagai cara,” ujarnya.
Abu Bakarr juga berpesan bahwa seseorang harus memiliki fokus penuh pada studinya. Apabila mahasiswa mengambil studi dengan tidak serius maka terdapat satu per sepuluh kemungkinan studinya akan gagal.
“Jadi sebaiknya berusaha sekuat tenaga dalam studi hingga pada akhirnya akan melihat hasil setiap usaha sendiri yang luar biasa,” pungkasnya.
Bagi Abu Bakarr, terdapat banyak tantangan untuk hidup di Indonesia dari aspek komunikasi dan budaya sampai keadaan iklim Indonesia. “Namun tetap senang dan bersyukur bisa menginjakan kaki di Indonesia,” ungkap Abu Bakarr melansir laman resmi ITS di its.ac.id, Selasa (19/10/2021).
Andres bercerita, hal yang paling berkesan baginya adalah masyarakat Indonesia. Karena selain mengerjakan tesisnya, ia menyempatkan berkeliling dan mengenal budaya sekitar.
Sementara itu, iklim internasionalisasi ITS itu cukup menantang tetapi dapat memberikan banyak dukungan yang mempermudah perkuliahan. “Bimbingan dosen ITS, fasilitas lab-lab yang ada, dan bantuan kawan ITS lainnya memberikan dukungan yang sangat membantu,” jelasnya.
Sementara Andres menyampaikan pesan kepada mahasiswa ITS terutama bagi mereka yang berasal dari luar negeri. Bahwa, selama berkuliah harus menikmati dan memanfaatkan hal yang ada sebaik mungkin, karena tidak semua orang bisa kuliah di luar negeri orang.
“Dengan begitu mahasiswa dapat memperluas pikiran dan memecahkan tantangan dengan berbagai cara,” ujarnya.
Abu Bakarr juga berpesan bahwa seseorang harus memiliki fokus penuh pada studinya. Apabila mahasiswa mengambil studi dengan tidak serius maka terdapat satu per sepuluh kemungkinan studinya akan gagal.
“Jadi sebaiknya berusaha sekuat tenaga dalam studi hingga pada akhirnya akan melihat hasil setiap usaha sendiri yang luar biasa,” pungkasnya.
(mpw)
tulis komentar anda