Perguruan Tinggi NU Harus Kembangkan Kapasitas Rohani Mahasiswa
Jum'at, 29 Oktober 2021 - 18:15 WIB
TUBAN - Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf mengingatkan agar semua perguruan tinggi (PT) yang ada di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) tidak hanya mengajarkan wacana-wacana intelektual. Dia meminta PTNU jangan sampai melupakan pengembangan sisi rohani bagi para mahasiswanya.
"Kita tidak boleh mengabaikan apalagi meninggalkan dimensi rohani dalam pendidikan anak-anak kita," kata Gus Yahya, sapaan KH Yahya Staquf, Kamis (28/10/2021) di Tuban, Jawa Timur. Ia menyampaikan hal itu saat memberi sambutan di sela-sela acara pelantikan Ahmad Zaini sebagai Rektor IAINU Tuban.
Dulu, kata Gus Yahya menjelaskan, pesantren adalah lembaga pendidikan paling paripurna yang dimiliki umat Islam dan bangsa Indonesia. Di dalamnya diintegrasikan dimensi-dimensi kognitif dangan dimensi spiritual. Maka, lanjutnya, santri bukan semata unggul secara akademis dan intelektual, namun juga mumpuni secara spiritual dan rohani.
"Dulu itu, nggak ada santri yang tidak "sakti". Kalau sudah jadi santri, hampir pasti juga sakti," jelas Gus Yahya.
Diaa menyebut KH Wahab Hasbullah, Rais Aam pertama PBNU sebagai contoh. Dikatakan Gus Yahya, selain masyhur sebagai akademisi paripurna, intelektual sejati, Kiai Wahab juga dikenal sebagai seorang pendekar pilih tanding di zamannya.
Orang-orang sekaliber Kiai Wahab bisa lahir karena dari awal pendiriannya, pesantren tidak mengenal istilah pemisahan antara pendidikan berdimensi kognitif dengan dimensi spiritual. Di situlah, lanjut Gus Yahya, terletak inti dan tujuan dari pendidikan yang sebenarnya.
Di situ jugalah, jelas Gus Yahya, muara semua ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang mendatangkan manfaat, bukan saja untuk dirinya, tetapi lebih dari itu juga berguna untuk masyarakat dan lingkungannya. Dengan ilmu yang bermanfaat, jelasnya, akan tercapai tujuan hidup orang beriman, yakni ketakwaan kepada Tuhan YME.
"Kita tidak boleh mengabaikan apalagi meninggalkan dimensi rohani dalam pendidikan anak-anak kita," kata Gus Yahya, sapaan KH Yahya Staquf, Kamis (28/10/2021) di Tuban, Jawa Timur. Ia menyampaikan hal itu saat memberi sambutan di sela-sela acara pelantikan Ahmad Zaini sebagai Rektor IAINU Tuban.
Dulu, kata Gus Yahya menjelaskan, pesantren adalah lembaga pendidikan paling paripurna yang dimiliki umat Islam dan bangsa Indonesia. Di dalamnya diintegrasikan dimensi-dimensi kognitif dangan dimensi spiritual. Maka, lanjutnya, santri bukan semata unggul secara akademis dan intelektual, namun juga mumpuni secara spiritual dan rohani.
"Dulu itu, nggak ada santri yang tidak "sakti". Kalau sudah jadi santri, hampir pasti juga sakti," jelas Gus Yahya.
Diaa menyebut KH Wahab Hasbullah, Rais Aam pertama PBNU sebagai contoh. Dikatakan Gus Yahya, selain masyhur sebagai akademisi paripurna, intelektual sejati, Kiai Wahab juga dikenal sebagai seorang pendekar pilih tanding di zamannya.
Orang-orang sekaliber Kiai Wahab bisa lahir karena dari awal pendiriannya, pesantren tidak mengenal istilah pemisahan antara pendidikan berdimensi kognitif dengan dimensi spiritual. Di situlah, lanjut Gus Yahya, terletak inti dan tujuan dari pendidikan yang sebenarnya.
Di situ jugalah, jelas Gus Yahya, muara semua ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang mendatangkan manfaat, bukan saja untuk dirinya, tetapi lebih dari itu juga berguna untuk masyarakat dan lingkungannya. Dengan ilmu yang bermanfaat, jelasnya, akan tercapai tujuan hidup orang beriman, yakni ketakwaan kepada Tuhan YME.
tulis komentar anda