3 Kisah Guru Inspiratif, Nomor 2 Mengabdi di Daerah Terpencil dengan Gaji Rp300 Ribu
Minggu, 07 November 2021 - 23:56 WIB
2. Mengabdi di Daerah Terpencil
Jarak 12 KM yang harus ditempuhnya setiap hari tidak lantas membuat seorang guru berinisial SP menyerah. SD tempatnya mengajar, SDN Tambora di Desa Oi Bura, Kabupaten Bima, NTB, terletak di tengah perkebunan kopi. Untuk mencapai tempatnya mengajar tersebut, SP harus melewati kawasan hutan.
Pembelajaran tatap muka ini telah dinantikan SP, karena semenjak pandemi, kegiatan belajar mengajar dihentikan. Ia juga tidak dapat melangsungkan pengajaran secara daring, karena ketiadaan jaringan di daerah tersebut.
Pengorbanan yang diberikannya pada anak didik sangat besar, padahal dalam sebulan, Ia hanya mendapatkan pendapatan sekitar Rp300 ribu. Namun, SP mengaku senang mengajar karena melihat antusiasme peserta didiknya selama mengikuti pembelajaran.
3. Mengajar Tanpa Akses Internet
Salah satu desa terisolasi yang terletak di Indonesia berlokasi di Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur. Ketiadaan jaringan internet sangat menyulitkan tenaga pengajar yang dihimbau untuk mengadakan pembelajaran daring selama masa pandemi.
Seorang guru tenaga harian lepas (THL) berinisial T mengaku bahwa kerja keras dan kreatifitas sangat dibutuhkan untuk dapat meneruskan ilmu yang dimilikinya kepada peserta didiknya di sekolah pedalaman. Salah satunya adalah masalah pembelajaran daring.
Untuk menyiasati hal ini, Ia rela berkeliling desa, mengetuk pintu rumah demi rumah anak didiknya dan membagikan video pembelajaran yang sebelumnya telah Ia rekam kepada peserta didiknya menggunakan jaringan Bluetooth. Meskipun lelah, Ia merasa memiliki kewajiban untuk terus menyebarkan ilmu yang dimilikinya.
Jarak 12 KM yang harus ditempuhnya setiap hari tidak lantas membuat seorang guru berinisial SP menyerah. SD tempatnya mengajar, SDN Tambora di Desa Oi Bura, Kabupaten Bima, NTB, terletak di tengah perkebunan kopi. Untuk mencapai tempatnya mengajar tersebut, SP harus melewati kawasan hutan.
Pembelajaran tatap muka ini telah dinantikan SP, karena semenjak pandemi, kegiatan belajar mengajar dihentikan. Ia juga tidak dapat melangsungkan pengajaran secara daring, karena ketiadaan jaringan di daerah tersebut.
Pengorbanan yang diberikannya pada anak didik sangat besar, padahal dalam sebulan, Ia hanya mendapatkan pendapatan sekitar Rp300 ribu. Namun, SP mengaku senang mengajar karena melihat antusiasme peserta didiknya selama mengikuti pembelajaran.
3. Mengajar Tanpa Akses Internet
Salah satu desa terisolasi yang terletak di Indonesia berlokasi di Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur. Ketiadaan jaringan internet sangat menyulitkan tenaga pengajar yang dihimbau untuk mengadakan pembelajaran daring selama masa pandemi.
Seorang guru tenaga harian lepas (THL) berinisial T mengaku bahwa kerja keras dan kreatifitas sangat dibutuhkan untuk dapat meneruskan ilmu yang dimilikinya kepada peserta didiknya di sekolah pedalaman. Salah satunya adalah masalah pembelajaran daring.
Untuk menyiasati hal ini, Ia rela berkeliling desa, mengetuk pintu rumah demi rumah anak didiknya dan membagikan video pembelajaran yang sebelumnya telah Ia rekam kepada peserta didiknya menggunakan jaringan Bluetooth. Meskipun lelah, Ia merasa memiliki kewajiban untuk terus menyebarkan ilmu yang dimilikinya.
(mpw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda