Strategi Menembus Ketatnya Seleksi Masuk Perguruan Tinggi di AS dan Inggris
Senin, 30 Mei 2022 - 10:08 WIB
“Nilai akademis (SAT, ACT dan transkrip akademis) hanya menentukan 40% dari total penilaian dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru, selebihnya, 30% penilaian terhadap kegiatan pengayaan akademik dan kepemimpinan dan 30% lainnya dari hasil esai dan wawancara dengan kandidat. Jadi, mereka yang hanya mengandalkan nilai akademis selama sekolah tentu sangat kecil kemungkinannya untuk diterima,” papar Benjamin Schwartz.
Hal senada juga diungkapkan Hannah Rowberry, mantan tim seleksi penerimaan mahasiswa di Oxford University. “Meskipun berbeda dalam penentuan bobotnya, namun seleksi penerimaan di Inggris juga menggunakan pendekatan yang komprehensif dengan bobot 75% untuk akademis, 15% untuk pengayaan akademik, kepemimpinan dan inovasi, serta 10% untuk aplikasi, esai dan wawancara. Dengan formula semacam ini,sangat penting para calon mahasiswa mempersiapkan dirinya sejak jauh-jauh hari,” jelas Hannah Rowberry.
Di sinilah peran Crimson Education sebagai sebuah institusi untuk membantu para pelajar mempersiapkan diri agar diterima di universitas-universitas impian mereka. Sebagai konsultan pendidikan tinggi, Crimson Education memberikan dukungan, informasi, serta arahan kepada para pelajar sehingga mereka dapat mempersiapkan diri secara matang dalam menjalani seleksi universitas.
Dengan bimbingan Crimson Education, calon mahasiswa-mahasiswi akan mendapatkan arahan dalam hal memilih kegiatan pengayaan akademik yang tepat dan bermanfaat, menemukan peluang menumbuhkan dan menyesuaikan minat mereka, membangun kisah unik mereka, menemukan sekolah dan program yang melengkapi kekuatan mereka, membantu para calon mahasiswa untuk menyusun profil yang lebih menarik, memutuskan jurusan yang tepat, menulis pernyataan personal, dan berlatih menghadapi wawancara, hingga mengelola tenggat waktu dan stres.
“Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh Crimson Education untuk meningkatkan keberhasilan calon mahasiswa. Pertama, kami akan menyiapkan calon mahasiswa dengan berbagai program yang telah didesain untuk diikuti sejak setidaknya 3 tahun sebelum proses pendaftaran. Dengan mengikuti program yang dirancang Crimson Education sejak akhir kelas 9, calon mahasiswa akan dibantu untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai mereka, memberikan rekomendasi dan saran universitas yang tersedia berdasarkan kecocokan minat dan bakat, membantu merencanakan alokasi biaya pendidikan, dan mendorong calon mahasiswa agar terlibat aktif di dalam kegiatan pengayaan akademik,” papar Vanya Sunanto.
Selanjutnya, Crimson Education akan membimbing calon mahasiswa mempersiapkan diri secara optimal, merencanakan proyek individual, mendorong mereka merasakan dunia kerja untuk meningkatkan skill kepemimpinan dan meningkatkan pencapaiannya, mencapai angka yang diharapkan untuk masuk ke universitas Ivy League.
Crimson juga akan membantu calon mahasiswa menulis UCAS, atau esai umum lainnya, mengerjakan esai tambahan yang diperlukan untuk perguruan tinggi tempat calon mahasiswa mendaftar, memperbaharui CV (Curriculum Vitae) sesuai standar dan membantu calon mahasiswa memeriksa segala persiapan dan kelengkapan yang dibutuhkan 1 bulan sebelum pendaftaran.
Hingga kini, Crimson Education telah berhasil membuktikan kinerja mereka sebagai konsultan pendidikan negeri bertaraf internasional yang profesional dan terpercaya karena telah membantu 494 calon mahasiswa masuk ke Universitas Ivy League, 166 calon mahasiswa ke Oxford dan Cambridge, lebih dari 3000 calon mahasiswa ke universitas top 50 di AS, dan lebih dari 1500 calon mahasiswa ke universitas top 10 di Inggris. Dari Indonesia sendiri, telah lebih dari 50 orang mahasiswa diterima di universitas-universitas Ivy League, atau universitas top lainnya seperti UC Berkeley, MIT, University College London, dan kampus-kampus bergengsi lainnya.
“Dengan arahan Crimson Education, calon mahasiswa bisa meningkatkan peluang untuk diterima empat kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan yang mendaftar secara mandiri. Jadi orang tua calon mahasiswa tidak perlu mengubur harapan agar anak-anaknya menempuh pendidikan di universitas unggulan di AS dan Inggris, melainkan mempersiapkannya dengan optimal sejak jauh-jauh hari,” tutup Vanya Sunanto.
Hal senada juga diungkapkan Hannah Rowberry, mantan tim seleksi penerimaan mahasiswa di Oxford University. “Meskipun berbeda dalam penentuan bobotnya, namun seleksi penerimaan di Inggris juga menggunakan pendekatan yang komprehensif dengan bobot 75% untuk akademis, 15% untuk pengayaan akademik, kepemimpinan dan inovasi, serta 10% untuk aplikasi, esai dan wawancara. Dengan formula semacam ini,sangat penting para calon mahasiswa mempersiapkan dirinya sejak jauh-jauh hari,” jelas Hannah Rowberry.
Di sinilah peran Crimson Education sebagai sebuah institusi untuk membantu para pelajar mempersiapkan diri agar diterima di universitas-universitas impian mereka. Sebagai konsultan pendidikan tinggi, Crimson Education memberikan dukungan, informasi, serta arahan kepada para pelajar sehingga mereka dapat mempersiapkan diri secara matang dalam menjalani seleksi universitas.
Dengan bimbingan Crimson Education, calon mahasiswa-mahasiswi akan mendapatkan arahan dalam hal memilih kegiatan pengayaan akademik yang tepat dan bermanfaat, menemukan peluang menumbuhkan dan menyesuaikan minat mereka, membangun kisah unik mereka, menemukan sekolah dan program yang melengkapi kekuatan mereka, membantu para calon mahasiswa untuk menyusun profil yang lebih menarik, memutuskan jurusan yang tepat, menulis pernyataan personal, dan berlatih menghadapi wawancara, hingga mengelola tenggat waktu dan stres.
“Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh Crimson Education untuk meningkatkan keberhasilan calon mahasiswa. Pertama, kami akan menyiapkan calon mahasiswa dengan berbagai program yang telah didesain untuk diikuti sejak setidaknya 3 tahun sebelum proses pendaftaran. Dengan mengikuti program yang dirancang Crimson Education sejak akhir kelas 9, calon mahasiswa akan dibantu untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai mereka, memberikan rekomendasi dan saran universitas yang tersedia berdasarkan kecocokan minat dan bakat, membantu merencanakan alokasi biaya pendidikan, dan mendorong calon mahasiswa agar terlibat aktif di dalam kegiatan pengayaan akademik,” papar Vanya Sunanto.
Selanjutnya, Crimson Education akan membimbing calon mahasiswa mempersiapkan diri secara optimal, merencanakan proyek individual, mendorong mereka merasakan dunia kerja untuk meningkatkan skill kepemimpinan dan meningkatkan pencapaiannya, mencapai angka yang diharapkan untuk masuk ke universitas Ivy League.
Crimson juga akan membantu calon mahasiswa menulis UCAS, atau esai umum lainnya, mengerjakan esai tambahan yang diperlukan untuk perguruan tinggi tempat calon mahasiswa mendaftar, memperbaharui CV (Curriculum Vitae) sesuai standar dan membantu calon mahasiswa memeriksa segala persiapan dan kelengkapan yang dibutuhkan 1 bulan sebelum pendaftaran.
Hingga kini, Crimson Education telah berhasil membuktikan kinerja mereka sebagai konsultan pendidikan negeri bertaraf internasional yang profesional dan terpercaya karena telah membantu 494 calon mahasiswa masuk ke Universitas Ivy League, 166 calon mahasiswa ke Oxford dan Cambridge, lebih dari 3000 calon mahasiswa ke universitas top 50 di AS, dan lebih dari 1500 calon mahasiswa ke universitas top 10 di Inggris. Dari Indonesia sendiri, telah lebih dari 50 orang mahasiswa diterima di universitas-universitas Ivy League, atau universitas top lainnya seperti UC Berkeley, MIT, University College London, dan kampus-kampus bergengsi lainnya.
“Dengan arahan Crimson Education, calon mahasiswa bisa meningkatkan peluang untuk diterima empat kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan yang mendaftar secara mandiri. Jadi orang tua calon mahasiswa tidak perlu mengubur harapan agar anak-anaknya menempuh pendidikan di universitas unggulan di AS dan Inggris, melainkan mempersiapkannya dengan optimal sejak jauh-jauh hari,” tutup Vanya Sunanto.
(mpw)
tulis komentar anda