Di Hadapan Mahasiswa HI-UII, Dubes Ukraina Ingatkan Peran Besar Penyair Chairil Anwar
Selasa, 19 Juli 2022 - 10:44 WIB
“UII juga bersimpati atas krisis kemanusiaan yang muncul di Ukraina sebagai konsekuensi dari adanya perang yang berkelanjutan. Rektor UII juga menyatakan bahwa dunia harus mengecam segala bentuk agresi yang mengancam kemanusiaan dan perdamaian dunia,” tegasnya.
Hubungan diplomatik Indonesia dan Ukraina telah terjalin sejak tahun 1992 di mana kedua negara telah melakukan kerja sama yang baik dalam bidang ekonomi. Namun, kondisi krisis kemanusiaan yang terjadi memunculkan kekhawatiran. Bukan hanya karena hal tersebut menggoyahkan stabilitas Ukraina, namun juga berdampak signifikan pada stabilitas global.
Sedikitnya 400 orang peserta yang berasal dari kalangan sivitas akademika UII serta masyarakat umum mengikuti kegiatan yang diharapkan dapat membuat para peserta yang hadir lebih memahami mengenai permasalahan Ukraina secara objektif dan berimbang.
Kegiatan ini menjadi penting karena sejak Perang Rusia-Ukraina bermula pada Februari 2022, belum nampak pertanda bahwa konflik bersenjata di antara kedua negara tersebut akan berakhir. Ada beberapa argumen mengapa perang Rusia-Ukraina belum akan berakhir dalam waktu dekat.
Argumen pertama menyatakan bahwa perang ini akan segera berakhir karena adanya keterlibatan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang berperan secara aktif dalam menahan gempuran Rusia terhadap Ukraina.
Argumen lainnya menyatakan pula bahwa perang tidak bisa berakhir karena adanya visi geopolitik Rusia yang hendak membangun Pax Rosica, istilah historiografis untuk menyebut masa-masa damai ala Rusia di kawasan Eropa.
Dalam kegiatan itu, seluruh peserta mengheningkan cipta selama beberapa saat untuk mengenang para korban pesawat Maskapai Malaysia bernomor penerbangan MH17 yang ditembak oleh senjata Rusia pada 17 Juli 2014 di Ukraina Timur.
Seluruh penumpang dan awak pesawat Boeing 777-200 penerbangan Amsterdam-Kuala Lumpur berjumlah 298 orang dengan 12 di antaranya WNI dan 1 bayi tewas. Hingga kini Rusia menyangkal dan menolak meminta maaf.
Lihat Juga: Pertama di Indonesia, Terbentuk Asosiasi Mahasiswa Internasional China di President University
Hubungan diplomatik Indonesia dan Ukraina telah terjalin sejak tahun 1992 di mana kedua negara telah melakukan kerja sama yang baik dalam bidang ekonomi. Namun, kondisi krisis kemanusiaan yang terjadi memunculkan kekhawatiran. Bukan hanya karena hal tersebut menggoyahkan stabilitas Ukraina, namun juga berdampak signifikan pada stabilitas global.
Sedikitnya 400 orang peserta yang berasal dari kalangan sivitas akademika UII serta masyarakat umum mengikuti kegiatan yang diharapkan dapat membuat para peserta yang hadir lebih memahami mengenai permasalahan Ukraina secara objektif dan berimbang.
Kegiatan ini menjadi penting karena sejak Perang Rusia-Ukraina bermula pada Februari 2022, belum nampak pertanda bahwa konflik bersenjata di antara kedua negara tersebut akan berakhir. Ada beberapa argumen mengapa perang Rusia-Ukraina belum akan berakhir dalam waktu dekat.
Argumen pertama menyatakan bahwa perang ini akan segera berakhir karena adanya keterlibatan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang berperan secara aktif dalam menahan gempuran Rusia terhadap Ukraina.
Argumen lainnya menyatakan pula bahwa perang tidak bisa berakhir karena adanya visi geopolitik Rusia yang hendak membangun Pax Rosica, istilah historiografis untuk menyebut masa-masa damai ala Rusia di kawasan Eropa.
Dalam kegiatan itu, seluruh peserta mengheningkan cipta selama beberapa saat untuk mengenang para korban pesawat Maskapai Malaysia bernomor penerbangan MH17 yang ditembak oleh senjata Rusia pada 17 Juli 2014 di Ukraina Timur.
Seluruh penumpang dan awak pesawat Boeing 777-200 penerbangan Amsterdam-Kuala Lumpur berjumlah 298 orang dengan 12 di antaranya WNI dan 1 bayi tewas. Hingga kini Rusia menyangkal dan menolak meminta maaf.
Lihat Juga: Pertama di Indonesia, Terbentuk Asosiasi Mahasiswa Internasional China di President University
(mpw)
tulis komentar anda