Di tengah Pandemi, Sektor Pendidikan Mendesak Perhatian Serius
Senin, 29 Juni 2020 - 07:05 WIB
Selain itu, tidak semua sekolah bisa menyelenggarakan pendidikan jarak jauh, seperti orang tua tidak punya pulsa, sekolah tidak punya anggaran, dan lainnya. Bahkan, dampak dari Covid-19 ini juga mengakibatkan banyak sekolah swasta yang akhirnya kolaps hingga tutup. "Dari sekian ribu sekolah, banyak yang kolaps karena orang tua tidak bisa bayar SPP dan seterusnya. Kondisi objektif ini saya menyebutnya darurat pendidikan Indonesia. Jadi risikonya besar terkait dengan ini," tuturnya. (Baca juga: KPAI Pantau Pelaksnaan PPDB di Berbagai Daerah)
Kemendikbud Anggap Efektif
Kendati banyak mendapat sorotan, Kemendikbud berdalih PJJ, khususnya di jenjang pendidikan tinggi, sudah berjalan efektif. Keyakinan Kemendikbud tersebut berdasarkan survei terhadap model PJJ saat pandemi belum lama ini.
Plt Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud Nizam mengatakan, pada Maret ada delapan juta mahasiswa dan 300.000 dosen secara mendadak bertransformasi ke dalam pembelajaran online. “Dari hasil survei tersebut, didapatkan 70% menyatakan pembelajaran online dinilai baik, bahkan sangat baik, 30% lainnya mengakui masih adanya kelemahan. Kendalanya seperti keterjangkauan dan stabilitas jaringan, kadang-kadang suara hilang di tengah-tengah kuliah atau putus koneksi," katanya. (Lihat videonya: Hilangkan Kesan Angker, Makam Nguwot Dicat Warna Warni)
Berdasarkan catatan tersebut, Kemendikbud segera melakukan perbaikan agar pada pembukaan semester depan, pembelajaran melalui online dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Guru besar bidang teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut menjelaskan, Kemendikbud pun melakukan pelatihan bagi seluruh dosen akademik dan vokasi selama sebulan penuh. Pelatihan gratis ini juga berisi tips dari para pakar dan praktisi dalam penggunaan teknologi pembelajaran online, seperti tentang pedagogi, perencanaan pembelajarannya, manajemen sistem, hingga cara memanfaatkan berbagai teknologi yang ada serta hemat pulsa.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Nadia Fairuza mengatakan, pemerintah perlu terus melakukan evaluasi untuk memastikan efektivitas pembelajaran jarak jauh di semua jenjang sekolah. Walaupun demikian, kebijakan pembelajaran jarak jauh yang dijalankan pemerintah patut diapresiasi. (Abdul Rochim/Neneng Zubaidah)
Kemendikbud Anggap Efektif
Kendati banyak mendapat sorotan, Kemendikbud berdalih PJJ, khususnya di jenjang pendidikan tinggi, sudah berjalan efektif. Keyakinan Kemendikbud tersebut berdasarkan survei terhadap model PJJ saat pandemi belum lama ini.
Plt Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud Nizam mengatakan, pada Maret ada delapan juta mahasiswa dan 300.000 dosen secara mendadak bertransformasi ke dalam pembelajaran online. “Dari hasil survei tersebut, didapatkan 70% menyatakan pembelajaran online dinilai baik, bahkan sangat baik, 30% lainnya mengakui masih adanya kelemahan. Kendalanya seperti keterjangkauan dan stabilitas jaringan, kadang-kadang suara hilang di tengah-tengah kuliah atau putus koneksi," katanya. (Lihat videonya: Hilangkan Kesan Angker, Makam Nguwot Dicat Warna Warni)
Berdasarkan catatan tersebut, Kemendikbud segera melakukan perbaikan agar pada pembukaan semester depan, pembelajaran melalui online dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Guru besar bidang teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut menjelaskan, Kemendikbud pun melakukan pelatihan bagi seluruh dosen akademik dan vokasi selama sebulan penuh. Pelatihan gratis ini juga berisi tips dari para pakar dan praktisi dalam penggunaan teknologi pembelajaran online, seperti tentang pedagogi, perencanaan pembelajarannya, manajemen sistem, hingga cara memanfaatkan berbagai teknologi yang ada serta hemat pulsa.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Nadia Fairuza mengatakan, pemerintah perlu terus melakukan evaluasi untuk memastikan efektivitas pembelajaran jarak jauh di semua jenjang sekolah. Walaupun demikian, kebijakan pembelajaran jarak jauh yang dijalankan pemerintah patut diapresiasi. (Abdul Rochim/Neneng Zubaidah)
(ysw)
tulis komentar anda