Kampus Berbasis Sekuriti, Ubhara Jaya Gelar Seminar Internasional Bahas Isu Keamanan Aktual
Selasa, 09 Agustus 2022 - 16:13 WIB
JAKARTA - Universitas Bhayangkara Jakarta Raya ( Ubhara Jaya ) menggelar seminar internasional bertema “Security Update, An International Bilingual Seminar” di Auditorium Ubhara Jaya, Graha Tanoto, Kampus II Bekasi, Senin (8/8/2022).
Seminar yang berlangsung secara hybrid, menghadirkan para pakar studi keamanan internasional yakni, Prof. Dr. Bilveer Singh (National University of Singapore), Prof. Dr. Jasminder Singh (Nanyang Technological University), Prof. (Ris) Hermawan Sulistyo, MA, Ph.D, APU, dan praktisi teknologi dari Meguro Tokyo, Jepang, Anditto Heristyo, M.Si.
Dalam sambutannya, Rektor Ubhara Jaya Inspektur Jenderal Polisi (Purn) Dr. Drs. Bambang Karsono, SH, MM., mengatakan, visi kampus yang dipimpinnya adalah membangun kapasitas kelembagaan berbasis sekuriti. Visi yang menjadikan Ubhara Jaya sebagai satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang berfokus pada kajian tentang isu-isu keamanan.
Seminar Internasional ini, lanjutnya, menjadi bagian penting dari upaya Ubhara Jaya menjalankan fungsi akademik dengan menghasilkan kajian yang berfokus pada tema-tema keamanan, “Kami berharap dengan adanya kegiatan ini dapat membuka jejaring internasional yang lebih luas dan peluang kerja sama dengan berbagai pihak, dengan fokus yang sama,” kata Rektor Ubhara Jaya dalam keterangan pers, Selasa (9/8/2022).
Seminar Internasional diisi pemaparan narasumber terkait isu-isu keamanan di Kawasan Asia Tenggara. Profesor Bilveer Singh yang merupakan Guru Besar pada Departemen of Political Science, National University of Singapore memaparkan sejumlah tantangan keamanan tingkat regional.
“Meski saat ini tidak ada perang yang terjadi di kawasan Asia Tenggara, namun masih terdapat sejumlah ancaman keamanan bagi negara-negara di sini. Ancaman di bidang keamanan itu terbagi atas dua, yakni ancaman terhadap negara yang berupa konflik dan persaingan pengaruh kekuasaan," urai Profesor Bilveer Singh.
"Contohnya terkait sengketa teritorial di Laut Cina Selatan, serta yang kedua konflik antar negara Asia Tenggara berupa sengketa wilayah (darat dan laut). Sementara ancaman keamanan terhadap rezim dan pemerintah contohnya terkait isu ekstremisme agama dan terorisme,” tambahnya.
Seminar yang berlangsung secara hybrid, menghadirkan para pakar studi keamanan internasional yakni, Prof. Dr. Bilveer Singh (National University of Singapore), Prof. Dr. Jasminder Singh (Nanyang Technological University), Prof. (Ris) Hermawan Sulistyo, MA, Ph.D, APU, dan praktisi teknologi dari Meguro Tokyo, Jepang, Anditto Heristyo, M.Si.
Dalam sambutannya, Rektor Ubhara Jaya Inspektur Jenderal Polisi (Purn) Dr. Drs. Bambang Karsono, SH, MM., mengatakan, visi kampus yang dipimpinnya adalah membangun kapasitas kelembagaan berbasis sekuriti. Visi yang menjadikan Ubhara Jaya sebagai satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang berfokus pada kajian tentang isu-isu keamanan.
Seminar Internasional ini, lanjutnya, menjadi bagian penting dari upaya Ubhara Jaya menjalankan fungsi akademik dengan menghasilkan kajian yang berfokus pada tema-tema keamanan, “Kami berharap dengan adanya kegiatan ini dapat membuka jejaring internasional yang lebih luas dan peluang kerja sama dengan berbagai pihak, dengan fokus yang sama,” kata Rektor Ubhara Jaya dalam keterangan pers, Selasa (9/8/2022).
Seminar Internasional diisi pemaparan narasumber terkait isu-isu keamanan di Kawasan Asia Tenggara. Profesor Bilveer Singh yang merupakan Guru Besar pada Departemen of Political Science, National University of Singapore memaparkan sejumlah tantangan keamanan tingkat regional.
“Meski saat ini tidak ada perang yang terjadi di kawasan Asia Tenggara, namun masih terdapat sejumlah ancaman keamanan bagi negara-negara di sini. Ancaman di bidang keamanan itu terbagi atas dua, yakni ancaman terhadap negara yang berupa konflik dan persaingan pengaruh kekuasaan," urai Profesor Bilveer Singh.
"Contohnya terkait sengketa teritorial di Laut Cina Selatan, serta yang kedua konflik antar negara Asia Tenggara berupa sengketa wilayah (darat dan laut). Sementara ancaman keamanan terhadap rezim dan pemerintah contohnya terkait isu ekstremisme agama dan terorisme,” tambahnya.
tulis komentar anda