7 Mitos Tentang Pesantren. Benarkah?
Senin, 26 Desember 2022 - 12:02 WIB
Oleh karena itu Pondok Pesantren Modern Al Umanaa memfasilitasi santri dengan koran, siaran radio internal terkait pembahasan isu terkini, serta koleksi buku-buku berkualitas untuk meningkatkan wawasan santri. Santri pun dipenuhi dengan informasi isu terkini melalui studi kasus dalam pembelajaran di kelas, maupun dalam pengarahan rutin santri pada khutbah, tausiyah, dan
sejenisnya.
3.Pesantren itu kuno, gagap teknologi (gaptek)
Pesantren seringkali diidentikan dengan metode pendidikan yang konservatif (kuno). Salah satunya dilihat dari fasilitas dan mata pelajaran yang ada. Ketika pesantren tidak tampak memiliki fasilitas canggih, mata pelajaran seputar programming, serta pembatasan penggunaan gawai dan internet, seakan-akan santri akan tumbuh menjadi pribadi yang gagap teknologi.
Pada kenyataannya, Pondok Pesantren Modern Al Umanaa mengajarkan santri untuk memanfaatkan berbagai kecanggihan teknologi saat ini dengan bijak dan bermanfaat, seperti penggunaan e-money dalam berbelanja di dalam pondok, bahkan sistem poin kedisiplinan, kebersihan, dan berbagai sistem lainnya sudah terdigitalisasi.
Santri pun dibekali berbagai keterampilan agar mampu menjawab tantangan di zamannya nanti seperti kemampuan problem solving, creativity, critical thinking, collaboration, communication, dan lainnya. Selain itu, Pondok Pesantren Modern Al Umanaa juga memiliki tenaga pengajar yang mumpuni dalam bidang teknologi, seperti Institut Teknologi Bandung.
4.Pesantren itu mengandung kekerasan dalam senioritas
Maraknya pemberitaan di media terkait kekerasan yang dilakukan oleh oknum di lembaga pendidikan pesantren seakan-akan digeneralisir menunjukkan citra pesantren yang tinggi akan senioritas dan unsur kekerasannya. Padahal dalam Islam ditekankan bahwa semakin tinggi derajat seseorang, maka semakin tinggi pula ketakwaannya. Begitu pula di Pondok Pesantren Modern Al
Umanaa, lingkungan dibentuk sebagai cerminan persaudaraaan antar satu sama lain, di mana yang tua membimbing yang muda dan yang muda menghormati yang lebih tua. Dalam pemilihan pemimpin organisasi santri pun lebih diutamakan aspek akhlak dibanding usia. Pemberian konsekuensi dan pembimbingan santri tidak 100% dibebankan pada organisasi santri, namun masih dalam pengawalan dewan guru dan pimpinan pondok.
5.Pesantren itu makanannya seadanya, tidak bergizi
sejenisnya.
3.Pesantren itu kuno, gagap teknologi (gaptek)
Pesantren seringkali diidentikan dengan metode pendidikan yang konservatif (kuno). Salah satunya dilihat dari fasilitas dan mata pelajaran yang ada. Ketika pesantren tidak tampak memiliki fasilitas canggih, mata pelajaran seputar programming, serta pembatasan penggunaan gawai dan internet, seakan-akan santri akan tumbuh menjadi pribadi yang gagap teknologi.
Pada kenyataannya, Pondok Pesantren Modern Al Umanaa mengajarkan santri untuk memanfaatkan berbagai kecanggihan teknologi saat ini dengan bijak dan bermanfaat, seperti penggunaan e-money dalam berbelanja di dalam pondok, bahkan sistem poin kedisiplinan, kebersihan, dan berbagai sistem lainnya sudah terdigitalisasi.
Santri pun dibekali berbagai keterampilan agar mampu menjawab tantangan di zamannya nanti seperti kemampuan problem solving, creativity, critical thinking, collaboration, communication, dan lainnya. Selain itu, Pondok Pesantren Modern Al Umanaa juga memiliki tenaga pengajar yang mumpuni dalam bidang teknologi, seperti Institut Teknologi Bandung.
4.Pesantren itu mengandung kekerasan dalam senioritas
Maraknya pemberitaan di media terkait kekerasan yang dilakukan oleh oknum di lembaga pendidikan pesantren seakan-akan digeneralisir menunjukkan citra pesantren yang tinggi akan senioritas dan unsur kekerasannya. Padahal dalam Islam ditekankan bahwa semakin tinggi derajat seseorang, maka semakin tinggi pula ketakwaannya. Begitu pula di Pondok Pesantren Modern Al
Umanaa, lingkungan dibentuk sebagai cerminan persaudaraaan antar satu sama lain, di mana yang tua membimbing yang muda dan yang muda menghormati yang lebih tua. Dalam pemilihan pemimpin organisasi santri pun lebih diutamakan aspek akhlak dibanding usia. Pemberian konsekuensi dan pembimbingan santri tidak 100% dibebankan pada organisasi santri, namun masih dalam pengawalan dewan guru dan pimpinan pondok.
5.Pesantren itu makanannya seadanya, tidak bergizi
tulis komentar anda