Berbasis IoT, Alat Monitong Cuaca dan Udara Unair Raih HKI

Sabtu, 21 Januari 2023 - 09:04 WIB
loading...
Berbasis IoT, Alat Monitong...
FTMM Unair berhasil ciptakan inovasi perangkat monitoring cuaca dan kualitas udara dengan IoT bernama AIRFEEL. Foto/Laman Unair.
A A A
JAKARTA - Tim peneliti FTMM Unair berhasil ciptakan inovasi perangkat monitoring cuaca dan kualitas udara dengan sistem internet of things (IoT) bernama AIRFEEL. Inovasi tersebut berhasil mendapatkan paten HKI ( hak kekayaan intelektual ) pada tahun 2021 lalu.

Prisma Megantoro selaku ketua tim peneliti menuturkan, AIRFEEL merupakan suatu perangkat yang dapat digunakan untuk mengukur kondisi cuaca serta kualitas udara, yang dilengkapi dengan berbagai sensor.

“AIRFEEL ini bisa digunakan untuk mengukur suhu, kelembaban udara, tekanan udara, kecepatan angin dan curah hujan. Alat ini dilengkapi tujuh sensor udara yang digunakan untuk mengukur polusi, seperti ozon, CO2, CO, hidrogen, metana, dan yang lainnya,” ungkap Prisma, dikutip dari laman Unair, Sabtu (21/1/2023).

AIRFEEL juga dilengkapi dengan stasiun lapangan atau field station yang terdiri dari sensor-sensor dan kontroler yang hasil pengukurannya akan diunggah ke internet server serta base station untuk selanjutnya disimpan.

Perjalanan Penelitian

AIRFEEL terdiri dari empat seri. Seri pertama telah dirancang sejak tahun 2020, sebelum akhirnya mengalami berbagai perkembangan seperti saat ini.

Baca juga: Cerita Izza, Mahasiswa FMIPA UNY Putri Buruh Serabutan yang Sukses Lulus Cum Laude

“Penelitian ini berawal dari tahun 2020, yang digawangi oleh kami, para dosen pemula dan diketuai oleh saya sendiri,” tutur Prisma.

Seri pertama tersebut kemudian dikembangkan menjadi seri kedua dengan fungsi dan kegunaan yang lebih luas. Pengembangan itu kemudian diikuti dengan pendirian research center di Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin Universitas Airlangga (FTMM Unair) yang salah satunya berfokus pada visibility pembangkit listrik dengan energi terbarukan di Indonesia.

Tahun 2022, seri ketiga mulai dikembangkan. Dalam pengembangan itu, AIRFEEL mengalami penambahan sensor untuk mengukur O2, CO2, dan CO. AIRFEEL seri ketiga itu sukses digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ACHD Unair di Sumenep, Madura.

Sementara itu, versi keempat akan terus dikembangan dengan berbagai penambahan dan pembaruan sistem.

“Versi keempat akan dikembangkan lagi secara lebih luas. Nantinya akan dilengkapi dengan versi android dan versi hardware,” kata Prisma.

Manfaat dan Kegunaan

Menurut Prisma, mengetahui kondisi cuaca serta kualitas udara sangat penting untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk dari fenomena alam yang terjadi. Seiring dengan semakin tidak menentunya kondisi cuaca serta kualitas udara, khususnya di Surabaya, maka AIRFEEL menjadi perangkat yang sangat dibutuhkan.

Baca juga: ITERA Berhasil Abadikan Komet Langka, Ini Penampakannya

“Pertama tentu saja karena penting untuk mengetahui kondisi kualitas udara di lingkungan kita. Oleh karena itu, percobaan pertama AIRFEEL waktu itu dilakukan di Unair Kampus C,” kata Prisma.

“Selain itu, monitoring cuaca dari perangkat AIRFEEL ini juga penting terutama terkait dengan pengetahuan kondisi cuaca dan perubahan iklim,” imbuhnya.

Secara luas, AIRFEEL dapat digunakan baik oleh akademisi, mahasiswa, masyarakat, maupun industri untuk mengukur kondisi cuaca dan kualitas udara di berbagai lokasi dan dalam berbagai kondisi.

“Jadi, manfaatnya banyak sekali. Di bidang keilmuan misalnya, AIRFEEL ini dapat digunakan baik di bidang ilmu instrumentasi, lingkungan, kesehatan, maupun bidang lainnya. AIRFEEL juga dapat digunakan untuk mengukur potensi energi angin dan energi surya. Dan, AIRFEEL bisa jadi pendukung penelitian untuk bidang ilmu lain yang berkaitan dengan cuaca dan kualitas udara,” papar Prisma.

Meski berhasil ciptakan inovasi tersebut, tentu saja penelitian yang digawangi dosen FTMM Unair ini berjalan bukan tanpa tantangan. Pasalnya, FTMM pada saat itu masih menjadi fakultas yang benar-benar baru, sehingga penelitian dilakukan tanpa bantuan mahasiswa.

Baru pada akhir tahun 2020, penelitian ini dilakukan dengan kolaborasi bersama mahasiswa FTMM sehingga pengembangan dapat lebih luas dan lebih canggih.

“Akhir 2020 baru ada mahasiswa, lalu dilanjutkan 2021-2022 sehingga alat ini bisa lebih canggih dan pengembangannya lebih luas,” ujar Prisma.

Ke depan, Prisma berharap, pengembangan AIRFEEL dapat terus dilanjutkan dengan berbagai penambahan inovasi dan sistem yang lebih canggih. Selain itu, ia juga berharap AIRFEEL dapat menarik minat industri serta dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat secara luas.

“Saya harap, produk ini bisa menarik minat industri dan dapat digunakan sebagai alat-alat pendukung. Kedua, saya harap alat ini bisa digunakan secara meluas di masyarakat dan bisa mengembangkan kehidupan masyarakat seperti untuk keperluan pariwisata maupun lingkungan,” pungkasnya.
(nnz)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1072 seconds (0.1#10.140)