Ratusan Guru dan Dosen Ikuti Seminar KGSB Soal Pengajaran Inklusi bagi Siswa ABK
loading...
A
A
A
Founder KGSB, Ruth Andriani mengatakan KGSB berupaya memfasilitasi para tenaga pendidik dan orang tua dalam meningkatkan pemahaman terkait ABK. Peran orang tua yang positif berpengaruh terhadap penyelenggaraan sekolah inklusi.
Selain anak berkebutuhan khusus, keluarga dari anak berkebutuhan khusus juga membutuhkan pendampingan konseling yang tepat agar dapat mendukung anaknya secara maksimal”
“Semoga webinar ini bisa menginspirasi para tenaga pendidik dan orang tua agar mampu menerapkan pengajaran inklusi untuk anak didik dengan metode yang tepat. Karena layanan bimbingan konseling bagi ABK bertujuan agar anak dapat mencapai penyesuaian dan perkembangan yang optimal sesuai dengan kemampuannya, bakat, dan nilai-nilai yang dimilikinya. Mengingat setiap anak memiliki kelebihan dan keunikan tersendiri,” ujar Ruth.
Founder Rumah Guru BK, Ana Susanti M.Pd. CEP, CHt dalam paparannya menjelaskan bahwa layanan pendidikan inklusif menjadi paradigma baru yang menuntut sistem di sekolah harus menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan belajar peserta didik. Namun salah satu yang menjadi kendala sekolah reguler yang baru menyelenggarakan pendidikan inklusif adalah mengidentifikasi atau menemukenali ABK yang terdapat di sekolah mereka.
Menemukenali ABK menjadi sebuah cara untuk mengetahui kondisi kelainan atau penyimpangan seorang anak seperti kelainan fisik, intelektual, sosial, emosional dan atau sensoris neurologis dengan membandingkan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak yang seusianya.
Hal ini bisa dimulai dari mengenali secara sederhana perbedaan tumbuh kembang ABK dengan anak yang seusianya semisal balita tanpa merangkak, kontrol emosi yang buruk sering tantrum serta hambatan dalam mengenali huruf, benda dan angka.
Setelah ABK dikenali melalui cara sederhana bisa dilanjutkan dengan asesmen yang dilakukan oleh tenaga profesional seperti dokter, psikolog, neurolog, orthopedagog, terapis dan lainnya. Salah satu asesmen yang dapat diterapkan adalah asesmen yang menggali potensi ABK.
“Dari hasil menemukenali ABK tadi kita dapat membuat data untuk menghimpun informasi penting. Hal ini sangat dibutuhkan untuk dapat mengenali potensi dari masing-masing ABK, sehingga kita dapat menentukan metode pengajaran yang tepat. Tidak hanya guru, saya juga berharap kita bisa menjadi orang tua berdaya yang menyadari kondisi anak kita tanpa harus malu akan kondisinya. Karena sejatinya setiap anak istimewa,” terang Ana.
Tantangan yang kerap dihadapi oleh ABK dan keluarganya adalah sering terjadi pandangan yang keliru tentang ABK dan mitos-mitos yang melingkupi ABK. Hal ini terjadi karena kurangnya literasi dan kesadaran masyarakat mengenai disabilitas. Kondisi ini diperburuk dengan perlakuan diskriminasi terhadap ABK dengan tidak menyediakan kesempatan yang layak dan perlakuan adil.
Menurut Dosen Departemen Psikologi Universitas Brawijaya, Unita Werdi Rahajeng, S.Psi., M.Psi. Psikolog, kebutuhan ABK dapat terpenuhi bila didukung dengan aksesibiltas dan akomodasi. Aksesibiltas agar mereka mendapatkan kesempatan dan dukungan mendapatkan hak yang setara dengan warga negara lainnya, misalnya Universal Design Learning (UDL).
Selain anak berkebutuhan khusus, keluarga dari anak berkebutuhan khusus juga membutuhkan pendampingan konseling yang tepat agar dapat mendukung anaknya secara maksimal”
“Semoga webinar ini bisa menginspirasi para tenaga pendidik dan orang tua agar mampu menerapkan pengajaran inklusi untuk anak didik dengan metode yang tepat. Karena layanan bimbingan konseling bagi ABK bertujuan agar anak dapat mencapai penyesuaian dan perkembangan yang optimal sesuai dengan kemampuannya, bakat, dan nilai-nilai yang dimilikinya. Mengingat setiap anak memiliki kelebihan dan keunikan tersendiri,” ujar Ruth.
Founder Rumah Guru BK, Ana Susanti M.Pd. CEP, CHt dalam paparannya menjelaskan bahwa layanan pendidikan inklusif menjadi paradigma baru yang menuntut sistem di sekolah harus menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan belajar peserta didik. Namun salah satu yang menjadi kendala sekolah reguler yang baru menyelenggarakan pendidikan inklusif adalah mengidentifikasi atau menemukenali ABK yang terdapat di sekolah mereka.
Menemukenali ABK menjadi sebuah cara untuk mengetahui kondisi kelainan atau penyimpangan seorang anak seperti kelainan fisik, intelektual, sosial, emosional dan atau sensoris neurologis dengan membandingkan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak yang seusianya.
Hal ini bisa dimulai dari mengenali secara sederhana perbedaan tumbuh kembang ABK dengan anak yang seusianya semisal balita tanpa merangkak, kontrol emosi yang buruk sering tantrum serta hambatan dalam mengenali huruf, benda dan angka.
Setelah ABK dikenali melalui cara sederhana bisa dilanjutkan dengan asesmen yang dilakukan oleh tenaga profesional seperti dokter, psikolog, neurolog, orthopedagog, terapis dan lainnya. Salah satu asesmen yang dapat diterapkan adalah asesmen yang menggali potensi ABK.
“Dari hasil menemukenali ABK tadi kita dapat membuat data untuk menghimpun informasi penting. Hal ini sangat dibutuhkan untuk dapat mengenali potensi dari masing-masing ABK, sehingga kita dapat menentukan metode pengajaran yang tepat. Tidak hanya guru, saya juga berharap kita bisa menjadi orang tua berdaya yang menyadari kondisi anak kita tanpa harus malu akan kondisinya. Karena sejatinya setiap anak istimewa,” terang Ana.
Tantangan yang kerap dihadapi oleh ABK dan keluarganya adalah sering terjadi pandangan yang keliru tentang ABK dan mitos-mitos yang melingkupi ABK. Hal ini terjadi karena kurangnya literasi dan kesadaran masyarakat mengenai disabilitas. Kondisi ini diperburuk dengan perlakuan diskriminasi terhadap ABK dengan tidak menyediakan kesempatan yang layak dan perlakuan adil.
Menurut Dosen Departemen Psikologi Universitas Brawijaya, Unita Werdi Rahajeng, S.Psi., M.Psi. Psikolog, kebutuhan ABK dapat terpenuhi bila didukung dengan aksesibiltas dan akomodasi. Aksesibiltas agar mereka mendapatkan kesempatan dan dukungan mendapatkan hak yang setara dengan warga negara lainnya, misalnya Universal Design Learning (UDL).