Lindungi Flora dan Fauna Langka, UGM Bangun Pusat Riset Biodiversitas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada ( UGM ) akan membangun pusat laboratorium biodiversitas Indonesia. Pusat riset tersebut dibangun untuk melestarikan genetik tanaman dan fauna langka di Indonesia yang sekarang hampir terancam punah.
Beberapa sumber genetik yang nantinya akan dilestarikan yakni sumber hewan komodo, burung cendrawasih, bunga raflesia dan beragam flora dan fauna endemik yang ada di Indonesia.
Dekan Fakultas Biologi UGM Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono menjelaskan, pusat riset tersebut akan terdiri dari tiga lantai dengan ukuran 30 x 12 meter persegi dengan desain gedung menyerupai biji anggrek.
“Dibuat dan didesain sebagai bangunan ikonik berasal dari struktur biji anggrek. Kita juga bekerja sama dengan perusahaan metaverse untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga gedung ini nantinya bisa digunakan untuk riset, kerja sama kolaborasi, dan sinergi,” katanya, dikutip dari laman UGM, Minggu (12/3/2023).
Baca juga: Latar Belakang Pendidikan Wapres Ma'ruf Amin, Lengkap dengan Penghargaan yang Pernah Diterima
Prof Budi mengatakan, proses pembangunan laboratorium itu akan selesai dalam waktu 5-6 bulan dan akan diresmikan pada puncak Dies Biologi UGM pada 19 September 2023 mendatang.
Laboratorium itu juga akan menggunakan teknologi biometrik dan kultur jaringan. Pemanfaatan teknologi kultur jaringan, menurut Prof Budi sudah puluhan tahun diterapkan dalam pelestarian berbagai jenis anggrek asli Indonesia.
“Untuk anggrek sendiri sudah diteliti lebih dari 40 tahun, sekarang ini banyak biodiversitas flora dan fauna termasuk mikroba dan virus, berbagai flora dan fauna endemik bagi indonesia akan kita teliti,” ujarnya.
Terkait penamaan laboratorium yang menggunakan nama Profesor Moeso Suryowinoto, dia menjelaskan, ini sebagai salah satu bentuk penghargaan dari fakultas Biologi kepada Prof Moeso yang telah mendedikasikan hidupnya dalam pengembangan fakultas dan pelestarian anggrek di Indonesia pada era 1970-an.
“Kita membangun lab ini di atas lahan bekas bangunan laboratorium kultur jaringan yang didirikan Prof Moeso dulu dengan menggunakan uang pribadi. Kita ingin mengenang jasa beliau beliau lewat nama bangunan ini," terangnya.
Beberapa sumber genetik yang nantinya akan dilestarikan yakni sumber hewan komodo, burung cendrawasih, bunga raflesia dan beragam flora dan fauna endemik yang ada di Indonesia.
Dekan Fakultas Biologi UGM Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono menjelaskan, pusat riset tersebut akan terdiri dari tiga lantai dengan ukuran 30 x 12 meter persegi dengan desain gedung menyerupai biji anggrek.
“Dibuat dan didesain sebagai bangunan ikonik berasal dari struktur biji anggrek. Kita juga bekerja sama dengan perusahaan metaverse untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga gedung ini nantinya bisa digunakan untuk riset, kerja sama kolaborasi, dan sinergi,” katanya, dikutip dari laman UGM, Minggu (12/3/2023).
Baca juga: Latar Belakang Pendidikan Wapres Ma'ruf Amin, Lengkap dengan Penghargaan yang Pernah Diterima
Prof Budi mengatakan, proses pembangunan laboratorium itu akan selesai dalam waktu 5-6 bulan dan akan diresmikan pada puncak Dies Biologi UGM pada 19 September 2023 mendatang.
Laboratorium itu juga akan menggunakan teknologi biometrik dan kultur jaringan. Pemanfaatan teknologi kultur jaringan, menurut Prof Budi sudah puluhan tahun diterapkan dalam pelestarian berbagai jenis anggrek asli Indonesia.
“Untuk anggrek sendiri sudah diteliti lebih dari 40 tahun, sekarang ini banyak biodiversitas flora dan fauna termasuk mikroba dan virus, berbagai flora dan fauna endemik bagi indonesia akan kita teliti,” ujarnya.
Terkait penamaan laboratorium yang menggunakan nama Profesor Moeso Suryowinoto, dia menjelaskan, ini sebagai salah satu bentuk penghargaan dari fakultas Biologi kepada Prof Moeso yang telah mendedikasikan hidupnya dalam pengembangan fakultas dan pelestarian anggrek di Indonesia pada era 1970-an.
“Kita membangun lab ini di atas lahan bekas bangunan laboratorium kultur jaringan yang didirikan Prof Moeso dulu dengan menggunakan uang pribadi. Kita ingin mengenang jasa beliau beliau lewat nama bangunan ini," terangnya.