Universitas Khairun Olah Makanan Khas Maluku Utara dalam Kemasan Kaleng

Jum'at, 28 April 2023 - 13:37 WIB
loading...
Universitas Khairun...
Tim Universitas Khairun yang mengembangkan sayur lilin kemasan kaleng. Foto/SINDOnews/Neneng Zubaidah.
A A A
MALUKU UTARA - Universitas Khairun Ternate (Unkhair) mengolah makanan khas Maluku Utara yaitu sayur lilin yang dikemas dalam kaleng. Dikemas dengan teknologi pengalengan, maka sayur lilin pun bisa dipromosikan hingga ke mancanegara.

Dosen Teknologi Hasil Pertanian Universitas Khairun Ternate Angela Wulansari mengatakan, sayur lilin merupakan makanan khas tradisi Maluku Utara yang biasa dikonsumsi sehari-hari dan sajian wajib saat acara adat.

Sayur lilin merupakan salah satu makanan tradisional Maluku Utara yang terbuat dari sayur lilin (Saccharum edule) yang diberi kuah santan.

"Kami ingin mengangkat makanan tradisional khas Maluku Utara supaya dikenal secara nasional," kata Angela saat ditemui di Universitas Khairun, Kota Ternate, Maluku Utara, Kamis (27/4/2023).

Baca juga: Implementasi Kurikulum Merdeka Tarik Minat Ribuan Sekolah di Maluku Utara

Dalam rangka itulah, Angela yang satu tim dengan Dosen Fakultas Ekonomi Ikrima dan Siti Nurhaliza yang masih mahasiswa jurusan Teknologi Hasil Pertanian mengolah sayur lilin yang dikemas dalam bentuk kaleng.

Dia menjelaskan, sayur lilin yang telah dikalengkan itu akan bisa diperpanjang masa konsumsinya. "Karena ini kan masa simpannya pendek jika tak dikalengkan. Kalau dikalengkan itu bisa tahan sampai setahun," ungkapnya.

Dia mengatakan, sayur lilin ini merupakan produk olahan siap makan. "Cukup dibuka kalengnya, dipanaskan sebentar di microwave ataupun kompor dan bisa langsung disajikan," tuturnya.

Universitas Khairun Olah Makanan Khas Maluku Utara dalam Kemasan Kaleng


Makanan khas Maluku Utara yang dikemas dalam kaleng oleh Universitas Khairun. Foto/Neneng Zubaidah.

Dia menuturkan, produknya ini baru dipasarkan secara terbatas saja. Namun mereka berharap produknya bisa dijual bebas karena saat ini pihaknya tengah mengurus perizinan di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Dengan masa simpan yang panjang inilah maka sayur lilin, makanan khas dari Indonesia Timur ini bisa dikenalkan tak hanya di level lokal namun juga nasional bahkan hingga ke mancanegara.

Jika sudah ada izin BPOM, tuturnya, pendatang yang liburan ke Maluku Utara akan bisa mendapatkannya di toko oleh-oleh karena belum ada produk serupa yang dijual sebagai buah tangan di sana. Kisaran harga jualnya per kaleng antara Rp25 ribu-Rp30 ribu.

Baca juga: Kisah Inspiratif Guru Penggerak yang Diangkat Jadi Kepala Sekolah SDN 3 Ternate

Menurut Angela, sayur lilin dalam kemasan kaleng ini merupakan produk dari program Matching Fund Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan bekerja sama dengan koperasi Universitas Khairun.

Sayur lilin ini merupakan projek Matching Fund Kedaireka perdana dari kampusnya pada tahun 2022 yang mendapat pendanaan sebanyak Rp130 juta untuk modal riset hingga produksi.

Sedangkan program matching fund kembali berlanjut di tahun 2023 dengan pengembangan produk dan mitra industri yang berbeda untuk memperkuat pendanaannya.

"Tahun ini kita dapat Rp211 juta dari Kedaireka dengan pengajuan produk baru ayam paniki, ikan garu rica, sama sambal cumi," terangnya.

Produk baru itu tersebut rencananya masih dikemas dalam bentuk kaleng, katanya, karena permintaan dari masyarakat masih tinggi. Pihak rektorat pun sudah bekerja sama dengan beberapa kementerian dan industri yang bersedia memasarkan produk mereka.

Wakil Dekan I Fakultas Teknik Universitas Khairun Suyuti menambahkan, 2023 ini merupakan tahun kedua kampusnya lolos program Matching Fund. Jika tahun lalu, dana yang didapat sebesar Rp367 juta maka tahun ini untuk batch 1 dana yang didapat Rp796 juta.

Suyuti menjelaskan, dengan adanya program Matching Fund ini akan memberikan kesempatan kepada para dosen di kampusnya untuk giat meneliti dan hilirisasi dari penelitian yang telah mereka buat.

Menurutnya, potensi Universitas Khairun untuk penelitian hingga hilirasi itu sangat tinggi, terlebih saat ini ada 15 ribu mahasiswa Universitas Khairun yang tersebar di 8 fakultas.

"Dengan keterlibatan mahasiswa ini bisa menjadi wadah sosialsiasi ke masyarakat karena mahasiswa ini kan bisa turun ke lapangan sehingga pesan dan kesan mahasiswa yang disampaikan melalui Kedaireka bisa diterima," ucapnya.

Suyuti mengatakan, program Maching Fund ini bagus sebagai wadah animo dosen untuk meneliti sangat tinggi. Namun dia berharap ada standar yang berbeda dalam implementasi program Matching Fund bagi perguruan tinggi di luar Pulau Jawa.

"Standar itu mungkin jangan bisa disamakan dengan yang ada di Jawa karena agak beda sehingga kami juga bisa berlari agar tidak jauh tertinggal dengan kampus yang ada di Jawa," harapnya.
(nnz)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2362 seconds (0.1#10.140)