Kisah Arifin, Anak Korban Tsunami Aceh yang Tembus Prodi HI UGM dan Ingin Jadi Diplomat
loading...
A
A
A
“Ternyata beasiswanya tidak full, asrama dan biaya hidup tidak ditanggung. Saat itu saya bilang ke anaknya untuk tidak usah diambil karena memang tidak mampu biayanya, bantu-bantu di rumah jualan saja,” terangnya.
Mereka pun lantas ke sekolah untuk menyampaikan hal tersebut. Namun, pihak sekolah menyarankan Arifin tetap lanjut kuliah. Bagaimana tidak, Arifin menjadi salah satu dari 2 lulusan MAN 1 Banda Aceh yang berhasil menjadi angkatan pertama tembus masuk UGM.
“Soal biaya hidup kata sekolah nanti bisa cari beasiswa KIP. Semoga dapat, kalau tidak ya anaknya cari beasiswa lainnya untuk hidup di Jogja,”imbuh Mukhlis.
Tak lama lagi sang putra akan segera berangkat menuntut ilmu ke PTN yang saat ini dipimpin Rektor Prof Ova Emilia itu. Kendati begitu ia masih galau soal biaya transportasi yang begitu besar menuju Yogyakarta.
“Tiket belum ada, semoga bisa segera terkumpul sedikit demi sedikit untuk berangkatkan anak ke Jogja,” ucapnya.
Mukhlis berharap nantinya anaknya bisa menjalani kuliah dengan lancar, lulus tepat waktu, dan segera mendapatkan pekerjaan.
“Kami hanya bisa mendoakan anaknya bisa lancar kuliah dan jadi orang sukses, bisa membantu keluarga nantinya,”harapnya.
Arifin merupakan satu di antara ribuan anak bangsa yang berhasil diterima kuliah di UGM. Meski terlahir dari keluarga yang kurang mampu namun ia berhasil membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi tidak menjadi penghalang bagi seseorang meraih pendidikan setinggi-tingginya.
UGM sebagai lembaga pendidikan tinggi telah berkomitmen membuka akses pendidikan seluas-luasnya bagi masyarakat termasuk bagi masyarakat kurang mampu, 3 T, serta penyandang disabilitas.
Mereka pun lantas ke sekolah untuk menyampaikan hal tersebut. Namun, pihak sekolah menyarankan Arifin tetap lanjut kuliah. Bagaimana tidak, Arifin menjadi salah satu dari 2 lulusan MAN 1 Banda Aceh yang berhasil menjadi angkatan pertama tembus masuk UGM.
“Soal biaya hidup kata sekolah nanti bisa cari beasiswa KIP. Semoga dapat, kalau tidak ya anaknya cari beasiswa lainnya untuk hidup di Jogja,”imbuh Mukhlis.
Tak lama lagi sang putra akan segera berangkat menuntut ilmu ke PTN yang saat ini dipimpin Rektor Prof Ova Emilia itu. Kendati begitu ia masih galau soal biaya transportasi yang begitu besar menuju Yogyakarta.
“Tiket belum ada, semoga bisa segera terkumpul sedikit demi sedikit untuk berangkatkan anak ke Jogja,” ucapnya.
Mukhlis berharap nantinya anaknya bisa menjalani kuliah dengan lancar, lulus tepat waktu, dan segera mendapatkan pekerjaan.
“Kami hanya bisa mendoakan anaknya bisa lancar kuliah dan jadi orang sukses, bisa membantu keluarga nantinya,”harapnya.
Arifin merupakan satu di antara ribuan anak bangsa yang berhasil diterima kuliah di UGM. Meski terlahir dari keluarga yang kurang mampu namun ia berhasil membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi tidak menjadi penghalang bagi seseorang meraih pendidikan setinggi-tingginya.
UGM sebagai lembaga pendidikan tinggi telah berkomitmen membuka akses pendidikan seluas-luasnya bagi masyarakat termasuk bagi masyarakat kurang mampu, 3 T, serta penyandang disabilitas.
(nnz)