Kompetisi IN2FOOD Bangun Kesadaran Mahasiswa Indonesia dan Asing pada Isu Food Waste
loading...
A
A
A
JAKARTA - STEM Universitas Prasetiya Mulya telah sukses menggelar kompetisi internasional tentang isu sampah makanan (food waste). Ini sebagai upaya membangun kesadaran mahasiswa Indonesia dan juga internasional akan isu keberlanjutan lingkungan.
Kompetisi dengan tema From Food Good Waste to Good Taste at the Marriot Indonesia ini digelar melalui N2FOOD Consortium Universities pada 7 hingga 18 Agustus 2023.
Anggota konsorsium tersebut adalah Universitas Prasetiya Mulya, Universitas Ghent, Universitas Tampere, HTH Belanda, Universitas Prasetiya Mulya, Universitas Binus, Universitas Ma Chung, Universitas Pembangunan Jaya, dan Universitas Katolik Parahyangan.
Kompetisi ini merupakan bagian dari Proyek IN2FOOD yang didanai Erasmus+ Capacity Building on Higher Education. Total ada 68 mahasiswa yang mengikuti kompetisi internasional ini.
Baca juga: Green Hydrogen, Gagasan Bahan Bakar dari Air Laut Persembahan Mahasiswa UI
Dekan STEM Universitas Prasetiya Mulya (STEM Prasmul) Stevanus Wisnu Wijaya mengatakan, acara yang mengumpulkan mahasiswa dari berbagai negara dibuat lintas negara, kampus, dan juga disiplin ilmu.
"Mereka membentuk kelompok. Namun tidak boleh satu universitas dan negara tetapi antar negara yang tujuannya membangun kerja sama interkultur antar budaya," kata Stevanus, dalam keterangan resmi, Selasa (22/8/2023).
Tim mahasiswa dari berbagai latar belakang budaya dan negara ini lalu terjun ke lapangan, membuat prototipe dan usulan-usulan yang kemudian dilombakan dan dipamerkan.
"Prototipe ini lalu dilombakan, dipamerkan, mendapat penilaian kemudian dipilih mana prototipe yang paling implementatif, yang paling dapat diterapkan di lapangan," ujarya.
Dari kerja sama tim ini, ungkap Stevanus, kompetisi internasional ini dapat mengumpulkan ide-ide out of the box dari mahasiswa sambil membangun budaya kerja antar negara. Ini pun dapat membangun kesadaran bersama terkait dengan isu sampah makanan.
Selain itu, kata Stevanus, isu sampah makanan ini bisa bergaung ke dunia internasional karena ide-ide para mahasiswa ini akan diposting di media sosial mahasiswa yang berasal dari berbagai negara.
Baca juga: Perjuangan Adib, Daftar MOSMA Sambil Merawat Ibu, Marbot Masjid Ini Diterima Kuliah di AS
"Persoalan sampah makanan ini masalah bersama. Bukan persoalan satu negara saja, bukan satu kelompok saja tetapi persoalan global yang dihadapi umat manusia selama ini," ucapnya.
Stevanus menerangkan, tujuan jangka panjang kompetisi ini tak hanya mendapatkan pemenang namun juga membangun kesadaran bersama bahwa persoalan sampah ini merupakan salah satu isu pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang harus diperhatikan dunia.
"Program ini juga untuk meningkatkan kapasitas dunia pendidikan tinggi untuk merespons isu-isu global. Terutama untuk membangun generasi muda yang paham dan sadar tentang keberlanjutan lingkungan," pungkasnya.
Tiga mahasiswa STEM Prasmul yang mendapatkan juara di kompetisi ini adalah Alexander Bryan dari prodi Food Business Technology (FBT 2020) meraih juara 1, Malven Morgens (ESE 2022) yang mendapat juara 2, dan Valen Miecila (ESE 2020) menyabet juara 3.
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah III ProfDr Toni Toharudin mengatakan, kompetisi IN2FOOD ini termasuk implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MKBM) dan juga mewujudkan Indeks Kinerja Utama (IKU) Kolaborasi Internasional.
"Kompetisi ini searah dengan kebijakan Mas Menteri (Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim) untuk kompetisi internasional ini diharuskan diperbanyak," ungkapnya.
Program semacam summer course namun bersifat kompetisi seperti ini, katanya, akan berdampak baik bagi mahasiswa Indonesia karena bisa bertukar ide dan informasi dengan mahasiswa internasional agar dapat menambah wawasan pengetahuannya.
Lihat Juga: Dorong UMKM Naik Kelas, Mahasiswa UPM Pamerkan Produk Usaha Rakyat di Saung Rahayat 2024
Kompetisi dengan tema From Food Good Waste to Good Taste at the Marriot Indonesia ini digelar melalui N2FOOD Consortium Universities pada 7 hingga 18 Agustus 2023.
Anggota konsorsium tersebut adalah Universitas Prasetiya Mulya, Universitas Ghent, Universitas Tampere, HTH Belanda, Universitas Prasetiya Mulya, Universitas Binus, Universitas Ma Chung, Universitas Pembangunan Jaya, dan Universitas Katolik Parahyangan.
Kompetisi ini merupakan bagian dari Proyek IN2FOOD yang didanai Erasmus+ Capacity Building on Higher Education. Total ada 68 mahasiswa yang mengikuti kompetisi internasional ini.
Baca juga: Green Hydrogen, Gagasan Bahan Bakar dari Air Laut Persembahan Mahasiswa UI
Dekan STEM Universitas Prasetiya Mulya (STEM Prasmul) Stevanus Wisnu Wijaya mengatakan, acara yang mengumpulkan mahasiswa dari berbagai negara dibuat lintas negara, kampus, dan juga disiplin ilmu.
"Mereka membentuk kelompok. Namun tidak boleh satu universitas dan negara tetapi antar negara yang tujuannya membangun kerja sama interkultur antar budaya," kata Stevanus, dalam keterangan resmi, Selasa (22/8/2023).
Tim mahasiswa dari berbagai latar belakang budaya dan negara ini lalu terjun ke lapangan, membuat prototipe dan usulan-usulan yang kemudian dilombakan dan dipamerkan.
"Prototipe ini lalu dilombakan, dipamerkan, mendapat penilaian kemudian dipilih mana prototipe yang paling implementatif, yang paling dapat diterapkan di lapangan," ujarya.
Dari kerja sama tim ini, ungkap Stevanus, kompetisi internasional ini dapat mengumpulkan ide-ide out of the box dari mahasiswa sambil membangun budaya kerja antar negara. Ini pun dapat membangun kesadaran bersama terkait dengan isu sampah makanan.
Selain itu, kata Stevanus, isu sampah makanan ini bisa bergaung ke dunia internasional karena ide-ide para mahasiswa ini akan diposting di media sosial mahasiswa yang berasal dari berbagai negara.
Baca juga: Perjuangan Adib, Daftar MOSMA Sambil Merawat Ibu, Marbot Masjid Ini Diterima Kuliah di AS
"Persoalan sampah makanan ini masalah bersama. Bukan persoalan satu negara saja, bukan satu kelompok saja tetapi persoalan global yang dihadapi umat manusia selama ini," ucapnya.
Stevanus menerangkan, tujuan jangka panjang kompetisi ini tak hanya mendapatkan pemenang namun juga membangun kesadaran bersama bahwa persoalan sampah ini merupakan salah satu isu pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang harus diperhatikan dunia.
"Program ini juga untuk meningkatkan kapasitas dunia pendidikan tinggi untuk merespons isu-isu global. Terutama untuk membangun generasi muda yang paham dan sadar tentang keberlanjutan lingkungan," pungkasnya.
Tiga mahasiswa STEM Prasmul yang mendapatkan juara di kompetisi ini adalah Alexander Bryan dari prodi Food Business Technology (FBT 2020) meraih juara 1, Malven Morgens (ESE 2022) yang mendapat juara 2, dan Valen Miecila (ESE 2020) menyabet juara 3.
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah III ProfDr Toni Toharudin mengatakan, kompetisi IN2FOOD ini termasuk implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MKBM) dan juga mewujudkan Indeks Kinerja Utama (IKU) Kolaborasi Internasional.
"Kompetisi ini searah dengan kebijakan Mas Menteri (Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim) untuk kompetisi internasional ini diharuskan diperbanyak," ungkapnya.
Program semacam summer course namun bersifat kompetisi seperti ini, katanya, akan berdampak baik bagi mahasiswa Indonesia karena bisa bertukar ide dan informasi dengan mahasiswa internasional agar dapat menambah wawasan pengetahuannya.
Lihat Juga: Dorong UMKM Naik Kelas, Mahasiswa UPM Pamerkan Produk Usaha Rakyat di Saung Rahayat 2024
(nnz)