Suka Duka Kehidupan Kuliah Mahasiswa Kedokteran di Luar Negeri, Butuh Mental Kuat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Apa saja suka duka kuliah Kedokteran di luar negeri? Menjadi dokter merupakan impian banyak orang. Banyak faktornya, bisa jadi karena cinta dengan pelajaran IPA, latar belakang keluarga, punya jiwa sosial yang tinggi atau terinspirasi dari buku atau film.
Sebelum menjadi dokter, tentunya kamu harus menempuh pendidikan kedokteran terlebih dahulu. Kamu bahkan bisa kuliah kedokteran tak hanya di Indonesia saja, tapi juga di luar negeri.
Kehidupan mahasiswa kedokteran di luar negeri tentunya akan berbeda dibandingkan kehidupan mahasiswa kedokteran di Indonesia. Bagi kamu yang ingin kuliah di luar negeri, yuk, intip fakta-fakta kehidupan mahasiswa kedokteran di luar negeri dalam artikel kali ini supaya kamu bisa lebih siap lagi jika berminat kuliah Kedokteran di luar negeri
Sudah bukan rahasia lagi untuk masuk ke jurusan kedokteran memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Apalagi untuk kuliah kedokteran di luar negeri, hasil UAN bukan jadi patokan keberhasilan kamu diterima. Kamu juga harus memenuhi persyaratan akademis dan bahasa Inggris dari universitas luar negeri yang kamu tuju.
Sudah masuk ke jurusan kedokteran susah, bagaimana dengan proses kuliahnya? Tentu nggak mudah. Apalagi kalau kamu ingin mengambil spesialisasi, akan ada tahap lanjutan selesai dari kuliah kedokteran. Ditambah hampir semua pelajarannya menggunakan bahasa Inggris dan istilah-istilah kedokteran yang rumit.
Saat kamu sudah memutuskan menjadi mahasiswa kedokteran, berarti kamu sudah harus siap untuk menerima kenyataan kalau kamu akan lebih sibuk dibandingkan mahasiswa dari jurusan lain. Bahkan kamu harus siap untuk belajar hingga 24 jam.
Hal ini dikarenakan tugas jurusan kedokteran memanglah sulit. Belum lagi kamu tidak hanya akan belajar teori saja tetapi juga akan belajar praktikum juga. Saking sibuknya terkadang mahasiswa kedokteran di luar negeri sampai lupa homesick
Kehidupan mahasiswa kedokteran bisa dibilang lebih panjang dari pada mahasiswa jurusan lain. Bagaimana tidak, untuk menempuh pendidikan Sarjana Kedokteran saja kamu membutuhkan butuh waktu 4-6 tahun. Belum lagi kalau kamu ingin mengambil spesialisasi, berarti harus mengambil program profesi atau sering disebut koas atau dokter muda selama 1,5- 2 tahun.
Setelah itu kamu akan menjalani program Internship selama 1 tahun. Baru setelah selesai koas, kamu akan menjalani program spesialis selama 4-6 tahun. Setidaknya untuk menjadi dokter spesialis kamu bisa menghabiskan waktu hingga 12 tahun!
Selain di kelas, kehidupan mahasiswa kedokteran juga sering berlangsung di aula-aula besar kampus. Tentunya untuk mengikuti seminar dari praktisi di bidang kedokteran. Beberapa seminar ada yang gratis dan ada pula yang berbayar.
Harganya pun kadang nggak bersahabat dengan kantong mahasiswa. Tapi mau bagaimana? Mengikuti seminar ini bisa membuat kamu mendapatkan ilmu langsung dari praktisi yang ahli di bidangnya. Yakin deh, ilmu dari seminar-seminar ini akan berguna banget saat kamu sudah terjun menangani pasien nanti.
Sebagai mahasiswa kedokteran kelak, kamu butuh mental yang sangat amat kuat. Darah? Wah, kamu nggak bisa punya alasan untuk takut dengan hal yang lumrah di dunia kedokteran ini. Belum lagi jadwal kuliah yang padat dan sulit, mau nggak mau kamu juga harus mengorbankan waktu tidur apalagi sekedar pulang ke Indonesia bertemu keluarga.
Belum lagi waktu kuliah yang lebih panjang dari pada jurusan lain, di tengah jalan tentunya kamu bertanya-tanya, apakah menempuh masa study selama ini worth it? Makanya kamu harus kuat mental dan mantap pendirian di saat memilih jurusan ini.
Apalagi kalau kuliah di luar negeri yang jauh dari rumah kamu. Tapi percaya deh, di ujung terowongan yang gelap akan ada cahaya yang menyambut kamu. Artinya, kamu akan mendapatkan peluang karire yang gemilang di bidang kesehatan baik di luar negeri atau di negara sendiri.
Lihat Juga: Dosen UNJ Gelar Pelatihan Website Weebly untuk Tingkatkan ICT Literacy Mahasiswa Vietnam
Sebelum menjadi dokter, tentunya kamu harus menempuh pendidikan kedokteran terlebih dahulu. Kamu bahkan bisa kuliah kedokteran tak hanya di Indonesia saja, tapi juga di luar negeri.
Kehidupan mahasiswa kedokteran di luar negeri tentunya akan berbeda dibandingkan kehidupan mahasiswa kedokteran di Indonesia. Bagi kamu yang ingin kuliah di luar negeri, yuk, intip fakta-fakta kehidupan mahasiswa kedokteran di luar negeri dalam artikel kali ini supaya kamu bisa lebih siap lagi jika berminat kuliah Kedokteran di luar negeri
Ini Suka Duka Kuliah Kedokteran di Kampus Luar Negeri
1. Masuknya Sulit, Kuliahnya Juga Tak Santai
Sudah bukan rahasia lagi untuk masuk ke jurusan kedokteran memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Apalagi untuk kuliah kedokteran di luar negeri, hasil UAN bukan jadi patokan keberhasilan kamu diterima. Kamu juga harus memenuhi persyaratan akademis dan bahasa Inggris dari universitas luar negeri yang kamu tuju.
Baca Juga
Sudah masuk ke jurusan kedokteran susah, bagaimana dengan proses kuliahnya? Tentu nggak mudah. Apalagi kalau kamu ingin mengambil spesialisasi, akan ada tahap lanjutan selesai dari kuliah kedokteran. Ditambah hampir semua pelajarannya menggunakan bahasa Inggris dan istilah-istilah kedokteran yang rumit.
2. Terlalu Sibuk Sampai Lupa Homesick
Saat kamu sudah memutuskan menjadi mahasiswa kedokteran, berarti kamu sudah harus siap untuk menerima kenyataan kalau kamu akan lebih sibuk dibandingkan mahasiswa dari jurusan lain. Bahkan kamu harus siap untuk belajar hingga 24 jam.
Hal ini dikarenakan tugas jurusan kedokteran memanglah sulit. Belum lagi kamu tidak hanya akan belajar teori saja tetapi juga akan belajar praktikum juga. Saking sibuknya terkadang mahasiswa kedokteran di luar negeri sampai lupa homesick
3. Siapkan Diri untuk Waktu Belajar Lebih Panjang
Kehidupan mahasiswa kedokteran bisa dibilang lebih panjang dari pada mahasiswa jurusan lain. Bagaimana tidak, untuk menempuh pendidikan Sarjana Kedokteran saja kamu membutuhkan butuh waktu 4-6 tahun. Belum lagi kalau kamu ingin mengambil spesialisasi, berarti harus mengambil program profesi atau sering disebut koas atau dokter muda selama 1,5- 2 tahun.
Setelah itu kamu akan menjalani program Internship selama 1 tahun. Baru setelah selesai koas, kamu akan menjalani program spesialis selama 4-6 tahun. Setidaknya untuk menjadi dokter spesialis kamu bisa menghabiskan waktu hingga 12 tahun!
4. Harus Banyak Mengikuti Seminar
Selain di kelas, kehidupan mahasiswa kedokteran juga sering berlangsung di aula-aula besar kampus. Tentunya untuk mengikuti seminar dari praktisi di bidang kedokteran. Beberapa seminar ada yang gratis dan ada pula yang berbayar.
Harganya pun kadang nggak bersahabat dengan kantong mahasiswa. Tapi mau bagaimana? Mengikuti seminar ini bisa membuat kamu mendapatkan ilmu langsung dari praktisi yang ahli di bidangnya. Yakin deh, ilmu dari seminar-seminar ini akan berguna banget saat kamu sudah terjun menangani pasien nanti.
5. Butuh Mental yang Kuat
Sebagai mahasiswa kedokteran kelak, kamu butuh mental yang sangat amat kuat. Darah? Wah, kamu nggak bisa punya alasan untuk takut dengan hal yang lumrah di dunia kedokteran ini. Belum lagi jadwal kuliah yang padat dan sulit, mau nggak mau kamu juga harus mengorbankan waktu tidur apalagi sekedar pulang ke Indonesia bertemu keluarga.
Belum lagi waktu kuliah yang lebih panjang dari pada jurusan lain, di tengah jalan tentunya kamu bertanya-tanya, apakah menempuh masa study selama ini worth it? Makanya kamu harus kuat mental dan mantap pendirian di saat memilih jurusan ini.
Apalagi kalau kuliah di luar negeri yang jauh dari rumah kamu. Tapi percaya deh, di ujung terowongan yang gelap akan ada cahaya yang menyambut kamu. Artinya, kamu akan mendapatkan peluang karire yang gemilang di bidang kesehatan baik di luar negeri atau di negara sendiri.
Lihat Juga: Dosen UNJ Gelar Pelatihan Website Weebly untuk Tingkatkan ICT Literacy Mahasiswa Vietnam
(wyn)