Cerita Dokter Dhani, Survivor Kanker Penerima Beasiswa LPDP ke Jerman
loading...
A
A
A
Baca juga: Kisah Arip Muttaqien, Alumni Generasi Pertama Beasiswa LPDP Kini Berkarier di Sekretariat ASEAN
"Umur (baru) 14 tahun, minder pasti ada. Secara pribadi awalnya masih belum siap, tapi hidup harus terus berjalan dan ini adalah ujian yang akan membuat saya lebih kuat", kata anak pertama dari empat bersaudara ini.
Saat proses amputasi dan penyembuhan di tahun 2008 itu, dia harus melewatkan Ujian Nasional tingkat SMP. Namun tak kenal menyerah, Dhani pun mengulang kelas 9 agar bisa mengikuti ujian dengan baik.
Hari-hari dengan hidup barunya terus berjalan dengan luar biasa. Prestasi akademiknya muncul saat nilainya di SMA menjadi yang tertinggi dan berhak mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan. Sayangnya saat mengambil jurusan kedokteran umum di jalur undangan tersebut, ia belum berhasil.
Foto/YouTube LPDP
Banyak kampus yang mensyaratkan mahasiswanya tidak boleh tuna daksa. Sampai akhirnya ia berjodoh dengan Universitas Padjajaran yang tak mempermasalahkan tuna daksa untuk menempuh kuliah di jurusan pendidikan dokter gigi.
Namun sebelum perkuliahan dimulai, dia sempat dipanggil oleh dekan yang memberitahu bahwa menyelesaikan studi kedokteran dengan status tunadaksa bukanlah segampang membalikkan kedua tangan. Kakak tingkatnya yang tuna daksa menggunakan kursi roda ada yang menyerah dengan tak bisa menyelesaikan studi.
Hal itu justru menambah lecutan pada diri Dhani agar kampus tak perlu mengkhawatirkan kemampuannya untuk merampungkan pendidikan dokter gigi.
Dhani yang berjalan dengan tongkat ini berhasil menyelesaikan studi dan mendapat gelar spesialis dokter gigi pada 2018. Ia kemudian bekerja di klinik dokter gigi dan di Puskesmas di Gorontalo, Sulawesi Utara. Di saat itulah Dhani juga mulai menggunakan kaki palsu atau prostesis untuk lebih mempermudah aktivitasnya.
Dhani yang menghabiskan masa kecilnya di Negeri Panzer itu pun ingin kembali ke Jerman melalui program beasiswa LPDP. Dhani menyasar Humboldt Universitaet di Berlin, Jerman dan mengambil International Health.
"Awalnya kampus saya tidak ada dalam list LPDP Jerman, tetapi karena saya (jalur) afirmasi dan di afirmasi ada nama Humboldt Universitaet dan saya melamar disitu", ungkap Dhani.
Dhani pun mendapat beasiswa dari Kemenkeu ini dan mulai berkuliah di Jerman pada 2020. Dhani berhasil meraih gelar Master of Science in International Health dua tahun setelahnya. Pulang ke Indonesia, jalan karier Dhani ternyata mengikuti ayahnya, yaitu sebagai abdi negara. Dhani hingga saat ini tercatat bekerja di Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan di Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
"Umur (baru) 14 tahun, minder pasti ada. Secara pribadi awalnya masih belum siap, tapi hidup harus terus berjalan dan ini adalah ujian yang akan membuat saya lebih kuat", kata anak pertama dari empat bersaudara ini.
Saat proses amputasi dan penyembuhan di tahun 2008 itu, dia harus melewatkan Ujian Nasional tingkat SMP. Namun tak kenal menyerah, Dhani pun mengulang kelas 9 agar bisa mengikuti ujian dengan baik.
Masuk Unpad Jurusan Dokter Gigi
Hari-hari dengan hidup barunya terus berjalan dengan luar biasa. Prestasi akademiknya muncul saat nilainya di SMA menjadi yang tertinggi dan berhak mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan. Sayangnya saat mengambil jurusan kedokteran umum di jalur undangan tersebut, ia belum berhasil.
Foto/YouTube LPDP
Banyak kampus yang mensyaratkan mahasiswanya tidak boleh tuna daksa. Sampai akhirnya ia berjodoh dengan Universitas Padjajaran yang tak mempermasalahkan tuna daksa untuk menempuh kuliah di jurusan pendidikan dokter gigi.
Namun sebelum perkuliahan dimulai, dia sempat dipanggil oleh dekan yang memberitahu bahwa menyelesaikan studi kedokteran dengan status tunadaksa bukanlah segampang membalikkan kedua tangan. Kakak tingkatnya yang tuna daksa menggunakan kursi roda ada yang menyerah dengan tak bisa menyelesaikan studi.
Hal itu justru menambah lecutan pada diri Dhani agar kampus tak perlu mengkhawatirkan kemampuannya untuk merampungkan pendidikan dokter gigi.
Dhani yang berjalan dengan tongkat ini berhasil menyelesaikan studi dan mendapat gelar spesialis dokter gigi pada 2018. Ia kemudian bekerja di klinik dokter gigi dan di Puskesmas di Gorontalo, Sulawesi Utara. Di saat itulah Dhani juga mulai menggunakan kaki palsu atau prostesis untuk lebih mempermudah aktivitasnya.
Raih Beasiswa LPDP ke Jerman
Dhani yang menghabiskan masa kecilnya di Negeri Panzer itu pun ingin kembali ke Jerman melalui program beasiswa LPDP. Dhani menyasar Humboldt Universitaet di Berlin, Jerman dan mengambil International Health.
"Awalnya kampus saya tidak ada dalam list LPDP Jerman, tetapi karena saya (jalur) afirmasi dan di afirmasi ada nama Humboldt Universitaet dan saya melamar disitu", ungkap Dhani.
Dhani pun mendapat beasiswa dari Kemenkeu ini dan mulai berkuliah di Jerman pada 2020. Dhani berhasil meraih gelar Master of Science in International Health dua tahun setelahnya. Pulang ke Indonesia, jalan karier Dhani ternyata mengikuti ayahnya, yaitu sebagai abdi negara. Dhani hingga saat ini tercatat bekerja di Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan di Kementerian Kesehatan (Kemenkes).