Cerita Ayu, Anak Buruh Bangunan yang Ingin Jadi Perawat Profesional di UNUD
loading...
A
A
A
BALI - Lahir dari keluarga tak mampu tak memupuskan semangat Ni Wayan Ayu Kumala untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Mahasiswi yang jago silat ini kuliah di jurusan S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Udayana (UNUD).
Ayu, panggilan akrabnya merupakan anak dari seorang buruh bangunan di Gianyar, Bali. Saat ini ia tinggal hanya berdua dengan ayahnya. Ibunya sudah meninggal sejak dia masih sekolah di Taman Kanak-Kanak (TK).
Ia mengaku, ayahnya banting tulang menjadi buruh bangunan karena ingin anak semata wayangnya itu bisa sekolah setinggi-tingginya. Bahkan pendapatan ayahnya yang bekerja keras setiap hari itu lebih banyak ditabung daripada untuk keperluan lain.
Baca juga: 6 Institut Seni Terbaik di Indonesia Beserta Prodinya Versi Webometrics 2023
"Bapak dia kerja setiap hari dan gak mau belanja banyak-banyak. Dihemat untuk saya sekolah dan kuliah," ujarnya ketika ditemui di gedung Rektorat Universitas Udayana, Bali, Rabu (16/11/2023).
Ayu menjelaskan, dia awalnya mendaftar di Universitas Udayana melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Sayangnya dia gagal di jalur undangan tersebut.
Hingga akhirnya dia mencoba mendaftar kembali di jalur Penelusuran Jalur Mandiri Prestasi (PJMP) Universitas Udayana. Kali ini Ayu berhasil mewujudkan asa kuliah di Udayana.
Sejatinya, meski sudah diterima jalur mandiri prestasi namun Ayu sempat mau gagal kuliah. Lantaran saat ayahnya mengetahui Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang mesti dibayar Ayu, ayahnya tak menyangka uang tabungannya selama ini pun tidak mencukupi.
"Saya dapat UKT kategori 3 senilai Rp7.5 juta. Dia schock saat melihat berapa UKT yang harus dibayar di jurusan Keperawatan," ujar Ayu saat mengenang masa lalu.
Di saat bapak dan anak ini kebingungan soal UKT, ada kerabat mereka yang menawarkan bantuan untuk membayar UKT agar Ayu bisa kuliah. Namun ternyata status Ayu sebagai penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) semasa SMA bisa dilanjut hingga perguruan tinggi.
Ayu pun bisa kuliah karena namanya sudah terdaftar di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti). Dibantu oleh bagian kemahasiswaan FK UNUD, Ayu pun terdaftar menjadi mahasiswa penerima KIP Kuliah di Udayana.
Ayu mengungkapkan, dia kecebur di jurusan Keperawatan ini awalnya karena keinginan ayahnya yang ingin dia menjadi perawat. Sejatinya Ayu ingin menjadi seorang insinyur dan ingin kuliah di jurusan Teknik Sipil.
"Bapak yang minta anaknya masuk ke Keperawatan. Jujur setengah-hati (masuk ke Keperawatan) karena ingin masuk di Teknik Sipil," kenangnya saat pertama masuk jurusan Keperawatan.
Alasan dia ingin masuk Teknik Sipil karena dia kagum dengan ayahnya yang bisa membangun sebuah bangunan dari fondasi hingga menjadi tempat tinggal. Meski hanya sebagai buruh, namun membangun sebuah bangunan yang aman dan tahan lama membutuhkan sebuah skill sempurna.
Baca juga: Rincian Biaya Kuliah Dokter Spesialis di UGM, Salah Satu Kampus Kedokteran Terbaik di Indonesia
Namun kini Ayu mengaku tak salah masuk jurusan Keperawatan yang diinginkan ayahnya itu karena dia senang mendapat ilmu-ilmu baru Keperawatan yang ternyata tak hanya membahas mengenai kesehatan fisik namun juga psikologis manusia.
Ayu pun rajin belajar agar bisa cepat lulus dan dapat menjadi seorang perawat profesional. Bahkan biaya hidup dari KIP dia sisihkan untuk ditabung untuk nanti keperluan ujian sertifikasi profesi keperawatan.
Ayu yang bercita-cita menjadi perawat ini ternyata seorang mahasiswi berprestasi di bidang olahraga. Tepatnya silat. Bahkan Ayu baru-baru ini meraih medali emas dan perak di Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi (Perti) kelas kategori A.
Ayu mengaku sudah ikut pencak silat sejak kecil dengan kakak sepupunya. Pada awal kelas 5 SD ia pun mengikuti kejuaraan silat pertamanya mulai tingkat kabupaten, kecamatan, hingga nasional. Cita-citanya adalah ingin mengharumkan nama bangsa dari cabang olahraga silat di kejuaraan internasional.
Saat ini Ayu mesti pintar-pintar membagi waktu antara latihan silat dengan belajar agar tidak tertinggal materi kuliah dengan teman-temannya sebab harapan dia adalah ingin membahagiakan ayahnya itu yang terus berjuang keras demi anak semata wayangnya tersebut.
Ayu, panggilan akrabnya merupakan anak dari seorang buruh bangunan di Gianyar, Bali. Saat ini ia tinggal hanya berdua dengan ayahnya. Ibunya sudah meninggal sejak dia masih sekolah di Taman Kanak-Kanak (TK).
Ia mengaku, ayahnya banting tulang menjadi buruh bangunan karena ingin anak semata wayangnya itu bisa sekolah setinggi-tingginya. Bahkan pendapatan ayahnya yang bekerja keras setiap hari itu lebih banyak ditabung daripada untuk keperluan lain.
Baca juga: 6 Institut Seni Terbaik di Indonesia Beserta Prodinya Versi Webometrics 2023
"Bapak dia kerja setiap hari dan gak mau belanja banyak-banyak. Dihemat untuk saya sekolah dan kuliah," ujarnya ketika ditemui di gedung Rektorat Universitas Udayana, Bali, Rabu (16/11/2023).
Diterima di UNUD Jalur Mandiri Prestasi
Ayu menjelaskan, dia awalnya mendaftar di Universitas Udayana melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Sayangnya dia gagal di jalur undangan tersebut.
Hingga akhirnya dia mencoba mendaftar kembali di jalur Penelusuran Jalur Mandiri Prestasi (PJMP) Universitas Udayana. Kali ini Ayu berhasil mewujudkan asa kuliah di Udayana.
Sejatinya, meski sudah diterima jalur mandiri prestasi namun Ayu sempat mau gagal kuliah. Lantaran saat ayahnya mengetahui Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang mesti dibayar Ayu, ayahnya tak menyangka uang tabungannya selama ini pun tidak mencukupi.
"Saya dapat UKT kategori 3 senilai Rp7.5 juta. Dia schock saat melihat berapa UKT yang harus dibayar di jurusan Keperawatan," ujar Ayu saat mengenang masa lalu.
Di saat bapak dan anak ini kebingungan soal UKT, ada kerabat mereka yang menawarkan bantuan untuk membayar UKT agar Ayu bisa kuliah. Namun ternyata status Ayu sebagai penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) semasa SMA bisa dilanjut hingga perguruan tinggi.
Ayu pun bisa kuliah karena namanya sudah terdaftar di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti). Dibantu oleh bagian kemahasiswaan FK UNUD, Ayu pun terdaftar menjadi mahasiswa penerima KIP Kuliah di Udayana.
Cita-Cita Menjadi Perawat Profesional
Ayu mengungkapkan, dia kecebur di jurusan Keperawatan ini awalnya karena keinginan ayahnya yang ingin dia menjadi perawat. Sejatinya Ayu ingin menjadi seorang insinyur dan ingin kuliah di jurusan Teknik Sipil.
"Bapak yang minta anaknya masuk ke Keperawatan. Jujur setengah-hati (masuk ke Keperawatan) karena ingin masuk di Teknik Sipil," kenangnya saat pertama masuk jurusan Keperawatan.
Alasan dia ingin masuk Teknik Sipil karena dia kagum dengan ayahnya yang bisa membangun sebuah bangunan dari fondasi hingga menjadi tempat tinggal. Meski hanya sebagai buruh, namun membangun sebuah bangunan yang aman dan tahan lama membutuhkan sebuah skill sempurna.
Baca juga: Rincian Biaya Kuliah Dokter Spesialis di UGM, Salah Satu Kampus Kedokteran Terbaik di Indonesia
Namun kini Ayu mengaku tak salah masuk jurusan Keperawatan yang diinginkan ayahnya itu karena dia senang mendapat ilmu-ilmu baru Keperawatan yang ternyata tak hanya membahas mengenai kesehatan fisik namun juga psikologis manusia.
Ayu pun rajin belajar agar bisa cepat lulus dan dapat menjadi seorang perawat profesional. Bahkan biaya hidup dari KIP dia sisihkan untuk ditabung untuk nanti keperluan ujian sertifikasi profesi keperawatan.
Mahasiswi Keperawatan yang Jago Silat
Ayu yang bercita-cita menjadi perawat ini ternyata seorang mahasiswi berprestasi di bidang olahraga. Tepatnya silat. Bahkan Ayu baru-baru ini meraih medali emas dan perak di Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi (Perti) kelas kategori A.
Ayu mengaku sudah ikut pencak silat sejak kecil dengan kakak sepupunya. Pada awal kelas 5 SD ia pun mengikuti kejuaraan silat pertamanya mulai tingkat kabupaten, kecamatan, hingga nasional. Cita-citanya adalah ingin mengharumkan nama bangsa dari cabang olahraga silat di kejuaraan internasional.
Saat ini Ayu mesti pintar-pintar membagi waktu antara latihan silat dengan belajar agar tidak tertinggal materi kuliah dengan teman-temannya sebab harapan dia adalah ingin membahagiakan ayahnya itu yang terus berjuang keras demi anak semata wayangnya tersebut.
(nnz)