LSPR akan Buka Program S3 Komunikasi di Awal 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - LSPR Institute of Communication And Business akan membuka program pendidikan tingkat doktoral (S3) Komunikas i pada awal 2024 mendatang. Hal ini untuk membantu pemerintah meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi.
Dosen LSPR Syafiq Assegaf mengatakan, program doktoral komunikasi itu diinisiasi LSPR berhubung banyaknya minat calon mahasiswa, termasuk lulusan magister (S2) LSPR sendiri.
Menurutnya, selama beberapa tahun belakangan alumni S2 LSPR menyatakan keinginannya untuk memperoleh pendidikan setara S3 komunikasi di lembaga yang kredibel dan bermutu.
"Tentu saja akses kepada pendidikan mesti disertai peningkatan mutu, sebab tanpa kualitas yang baik maka akses itu bisa menjadi sia-sia. Syukurlah, upaya peningkatan mutu LSPR telah menunjukkan hasil yang menggembirakan," ujarnya, dalam keterangan resmi, Rabu (13/12/2023).
Baca juga: Mau Studi Komunikasi di Kampus Favorit, Ini Jurusan dan Biaya Kuliah LSPR 2024
Dia menjelaskan, pembukaan S3 Komunikasi termasuk program LSPR untuk membantu meningkatkan angka partisipasi belajar di perguruan tinggi selain dengan program blended learnung dan membuka jurusan S2 Komunikasi Kesehatan.
APK perguruan tinggi (PT) masyarakat Indonesia saat ini masih berada di angka 31,16 persen di tahun 2022 (BPS, 2022).
Dia menjelaskan, hingga akhir 2023 ini, jumlah peserta didik program blended learning LSPR mencapai 1.280 orang.
Terdapat pula sejumlah mahasiswa dari luar negeri seperti Jerman, Dubai, Qatar, Jepang, Malaysia dan Timor Leste. Melalui blended learning, mahasiswa dapat mengatur waktu belajar secara mandiri (misalnya dari rumah) dan hanya datang ke kampus bila diperlukan.
Baca juga: Pertama di Indonesia, LSPR Institute Buka Program Doktoral Kelas Dunia
"Melalui pemanfaatan teknologi informasi yang ada, mahasiswa dapat mengakses materi belajar kapan saja dan di mana saja, sehingga memiliki fleksibilitas waktu dan ruang sesuai dengan kebutuhannya," ucapnya.
Dia mengatakan, secara serius LSPR terus membantu usaha pemerintah dalam pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan, sebagaimana diatur perundang-undangan yang mewajibkan pemerintah dan pemerintah daerah untuk memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang berkualitas bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.
Terlebih pada masa sekarang, ujarnya, ketika akses pendidikan tinggi di dunia menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Sebuah studi tentang akses terhadap pendidikan tinggi yang dilaksanakan Badan PBB di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya (UNESCO) pada akhir 2020 lalu menunjukkan bahwa akses terhadap pendidikan tinggi di dunia meningkat dari 19 % pada tahun 2000 menjadi 38 % pada 2018.
"Yang paling menarik adalah bahwa, secara relatif di Asia Tenggara akses itu naik tiga kali lipat selama periode tersebut, diikuti Asia Tengah dan Selatan dengan peningkatan sebesar 189%," katanya.
Beberapa negara lain di dunia yang angka lulusannya meningkat pesat, di antaranya adalah Albania (empat kali lipat); Iran (tiga kali lipat); dan Colombia (naik dari 5 % pada 2022 menjadi 25 % pada 2018).
Wilayah Asia Tenggara, Amerika Latin dan Karibia telah mengalami peningkatan yang signifikan, masing-masing naik sekitar 30 poin dalam tingkat pendaftaran secara umum. Afrika Utara dan Asia Barat juga rata meningkat 25 poin, diikuti oleh Eropa dan Amerika Utara (22 poin), Asia Tengah dan Selatan, serta wilayah Pasifik (masing-masing 17 poin).
Dosen LSPR Syafiq Assegaf mengatakan, program doktoral komunikasi itu diinisiasi LSPR berhubung banyaknya minat calon mahasiswa, termasuk lulusan magister (S2) LSPR sendiri.
Menurutnya, selama beberapa tahun belakangan alumni S2 LSPR menyatakan keinginannya untuk memperoleh pendidikan setara S3 komunikasi di lembaga yang kredibel dan bermutu.
"Tentu saja akses kepada pendidikan mesti disertai peningkatan mutu, sebab tanpa kualitas yang baik maka akses itu bisa menjadi sia-sia. Syukurlah, upaya peningkatan mutu LSPR telah menunjukkan hasil yang menggembirakan," ujarnya, dalam keterangan resmi, Rabu (13/12/2023).
Baca juga: Mau Studi Komunikasi di Kampus Favorit, Ini Jurusan dan Biaya Kuliah LSPR 2024
Dia menjelaskan, pembukaan S3 Komunikasi termasuk program LSPR untuk membantu meningkatkan angka partisipasi belajar di perguruan tinggi selain dengan program blended learnung dan membuka jurusan S2 Komunikasi Kesehatan.
APK perguruan tinggi (PT) masyarakat Indonesia saat ini masih berada di angka 31,16 persen di tahun 2022 (BPS, 2022).
Dia menjelaskan, hingga akhir 2023 ini, jumlah peserta didik program blended learning LSPR mencapai 1.280 orang.
Terdapat pula sejumlah mahasiswa dari luar negeri seperti Jerman, Dubai, Qatar, Jepang, Malaysia dan Timor Leste. Melalui blended learning, mahasiswa dapat mengatur waktu belajar secara mandiri (misalnya dari rumah) dan hanya datang ke kampus bila diperlukan.
Baca juga: Pertama di Indonesia, LSPR Institute Buka Program Doktoral Kelas Dunia
"Melalui pemanfaatan teknologi informasi yang ada, mahasiswa dapat mengakses materi belajar kapan saja dan di mana saja, sehingga memiliki fleksibilitas waktu dan ruang sesuai dengan kebutuhannya," ucapnya.
Dia mengatakan, secara serius LSPR terus membantu usaha pemerintah dalam pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan, sebagaimana diatur perundang-undangan yang mewajibkan pemerintah dan pemerintah daerah untuk memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang berkualitas bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.
Terlebih pada masa sekarang, ujarnya, ketika akses pendidikan tinggi di dunia menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Sebuah studi tentang akses terhadap pendidikan tinggi yang dilaksanakan Badan PBB di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya (UNESCO) pada akhir 2020 lalu menunjukkan bahwa akses terhadap pendidikan tinggi di dunia meningkat dari 19 % pada tahun 2000 menjadi 38 % pada 2018.
"Yang paling menarik adalah bahwa, secara relatif di Asia Tenggara akses itu naik tiga kali lipat selama periode tersebut, diikuti Asia Tengah dan Selatan dengan peningkatan sebesar 189%," katanya.
Beberapa negara lain di dunia yang angka lulusannya meningkat pesat, di antaranya adalah Albania (empat kali lipat); Iran (tiga kali lipat); dan Colombia (naik dari 5 % pada 2022 menjadi 25 % pada 2018).
Wilayah Asia Tenggara, Amerika Latin dan Karibia telah mengalami peningkatan yang signifikan, masing-masing naik sekitar 30 poin dalam tingkat pendaftaran secara umum. Afrika Utara dan Asia Barat juga rata meningkat 25 poin, diikuti oleh Eropa dan Amerika Utara (22 poin), Asia Tengah dan Selatan, serta wilayah Pasifik (masing-masing 17 poin).
(nnz)