Selalu Raih IPK Tinggi Tiap Semester, Septi Jadi Wisudawan Terbaik ITS
loading...
A
A
A
Semua pencapaiannya tersebut tidak luput dari komitmennya dalam menekuni studi di ITS. Ia mengaku jenjang karir yang dirajutnya berangkat dari penelitian tugas akhir (TA) yang mengkaji persoalan quality control industri perkebunan. Hal itulah yang membawanya pada posisi kerja saat ini sebagai analis riset di perusahaan tempatnya magang sebelumnya.
Baca juga: Kisah Atla, Mantan Ajudan Ridwan Kamil Wisudawan Terbaik UB dengan IPK 3,93
Namun, Septi juga menyampaikan bahwa perjalanannya untuk sampai di titik ini tidaklah mudah. Ia bercerita bahwa dirinya kerap kali mengalami kendala dalam beradaptasi di lingkungan baru.
“Saat awal masuk ITS sebagai mahasiswa (lanjutan) harus beradaptasi dengan kebijakan dan lingkungan baru,” ungkap mahasiswi kelahiran Malang, 20 September 2000 tersebut.
Septi saat itu menyikapi kendala sebagai mesin pacunya untuk terus berkembang. Ia mengaku justru semakin belajar untuk berkomunikasi dan menjalin relasi dengan lingkungan baru.
“Kita harus mau membuka diri dan saling membantu dengan orang lain, dengan begitu kita akan mudah beradaptasi di lingkungan baru sekalipun,” ungkap Septi.
Septi merasa bersyukur dapat melanjutkan studinya di ITS, sebab banyak sekali pengalaman dan peluang yang ditawarkan oleh Kampus Pahlawan ini kepada mahasiswanya. Tidak hanya itu, ia merasa sangat terbantu dengan para dosen dan tenaga kependidikan (tendik) yang sangat suportif.
Ia berpesan agar para mahasiswa ITS yang masih berkuliah saat ini bisa memanfaatkan segala peluang yang ada di ITS untuk menggali minat dan potensi diri
Baca juga: Kisah Atla, Mantan Ajudan Ridwan Kamil Wisudawan Terbaik UB dengan IPK 3,93
Namun, Septi juga menyampaikan bahwa perjalanannya untuk sampai di titik ini tidaklah mudah. Ia bercerita bahwa dirinya kerap kali mengalami kendala dalam beradaptasi di lingkungan baru.
“Saat awal masuk ITS sebagai mahasiswa (lanjutan) harus beradaptasi dengan kebijakan dan lingkungan baru,” ungkap mahasiswi kelahiran Malang, 20 September 2000 tersebut.
Septi saat itu menyikapi kendala sebagai mesin pacunya untuk terus berkembang. Ia mengaku justru semakin belajar untuk berkomunikasi dan menjalin relasi dengan lingkungan baru.
“Kita harus mau membuka diri dan saling membantu dengan orang lain, dengan begitu kita akan mudah beradaptasi di lingkungan baru sekalipun,” ungkap Septi.
Septi merasa bersyukur dapat melanjutkan studinya di ITS, sebab banyak sekali pengalaman dan peluang yang ditawarkan oleh Kampus Pahlawan ini kepada mahasiswanya. Tidak hanya itu, ia merasa sangat terbantu dengan para dosen dan tenaga kependidikan (tendik) yang sangat suportif.
Ia berpesan agar para mahasiswa ITS yang masih berkuliah saat ini bisa memanfaatkan segala peluang yang ada di ITS untuk menggali minat dan potensi diri
(nnz)