Universitas Yarsi Bantu Usaha Ultra Mikro Naik Kelas

Jum'at, 23 Agustus 2024 - 13:30 WIB
loading...
Universitas Yarsi Bantu...
Universitas Yarsi bekerja sama dengan Baitulmal Ummat Islam Bank BNI (Bamuis BNI) memberdayakan pelaku usaha ultra mikro (UMI) naik kelas. Foto/Yarsi.
A A A
JAKARTA - Universitas Yarsi bekerja sama dengan Baitulmal Ummat Islam Bank BNI (Bamuis BNI) memberdayakan pelaku usaha ultra mikro (UMi) naik kelas menjadi usaha yang lebih sukses lagi. Ini merupakan kegiatan pengabdian masyarakat program Magister Manajemen Yarsi.

Dosen Prodi Magister Manajemen Universitas Yarsi Any Setianingrum mengatakan, usaha ultra mikro, yang merupakan lapisan ekonomi terbawah masyarakat, seringkali diwakili oleh pedagang keliling atau usaha kecil yang minim modal dan dukungan.

Baca juga: Universitas Yarsi dan Kemendikbud Bantu Persoalan UMKM Terkait Digitalisasi Bisnis

Sebagai bagian dari program filantropi, Bamuis BNI menyalurkan zakat dan donasi lainnya secara produktif untuk mendukung pengembangan UMi.

"Zakat yang diberikan tidak dimaksudkan untuk konsumtif, tetapi disalurkan sebagai hibah dengan syarat bahwa dana tersebut digunakan untuk kelancaran usaha, bukan untuk keperluan lainnya," katanya, dalam keterangan resmi, Jumat (23/8/2024).

Menurut Any, di sinilah peran Universitas Yarsi menjadi penting, yaitu memastikan bahwa penyaluran zakat ini tepat sasaran dan berkelanjutan.

Baca juga: Rektor Yarsi Terpilih Jadi Ketua Umum GUPPI: Cerdaskan Bangsa Butuh Pendidikan Karakter

"Banyak pelaku UMi menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk untuk kesehatan dan pendidikan," katanya.

Bahkan, pemberian pinjaman dengan bunga rendah sering kali tidak bisa membantu karena mereka tidak memiliki cukup profit untuk menutupi kebutuhan dasar.

Melihat situasi ini, Universitas Yarsi melalui tim Pengabdian Masyarakat bekerja sama dengan Bamuis BNI untuk memberikan monitoring, edukasi, dan pelatihan bagi pelaku UMi, sehingga mereka dapat mengembangkan usahanya secara optimal.

Dia menjelaskan, kerja sama ini juga mengimplementasikan konsep Kampus Merdeka, di mana 13 mahasiswa Universitas Yarsi dan 5 mahasiswa penerima beasiswa dari Bamus BNI dilibatkan dalam program ini.

Para mahasiswa diharapkan tidak hanya mempelajari teori di dalam kelas, tetapi juga turun langsung ke lapangan untuk memahami lebih dalam tentang kewirausahaan dan jiwa filantropi.

"Melalui kegiatan ini, mahasiswa juga didorong untuk mengembangkan ekonomi berbagi atau sharing economy, yang menjadi salah satu fokus utama program ini," ujarnya.

Dalam proses penyaluran dana zakat, katanya, Universitas Yarsi bekerja sama dengan pihak kecamatan untuk memastikan bahwa data persebaran UMi dan kendala yang dihadapi oleh mereka dapat diatasi dengan baik.

"Pendataan dan pendaftaran UMi dilakukan melalui sistem klustering, di mana satu kluster terdiri dari 5 hingga 10 pelaku usaha. Setiap kluster akan dipantau secara ketat untuk mencegah adanya penyalahgunaan dana," imbuhnya.

Dia menuturkan, tantangan lain yang dihadapi oleh UMi adalah ketidakmampuan mereka untuk mengikuti pelatihan karena harus meninggalkan usaha mereka.

"Untuk mengatasi hal ini, dalam pelatihan yang diadakan, mereka diberikan uang saku sebagai pengganti penghasilan yang hilang selama mengikuti pelatihan," ucapnya.

Selain itu, banyak pelaku UMi yang tidak memiliki ponsel atau rekening bank, yang juga menjadi hambatan dalam proses penyaluran dana zakat. Namun program ini telah membantu sebagian dari mereka untuk membuka rekening bank, sehingga dana zakat dapat disalurkan dengan lebih mudah.

Program ini juga dilengkapi dengan evaluasi sebelum dan sesudah pemberdayaan UMi, untuk mengukur motivasi, tingkat keputusasaan, dan perkembangan usaha mereka. Hasil survei menunjukkan bahwa bimbingan yang diberikan telah meningkatkan optimisme pelaku UMi.

"Semangat, optimasi, dan pendampingan adalah tiga faktor utama yang dibutuhkan agar UMi dapat naik kelas dan berkontribusi lebih besar bagi perekonomian Indonesia," tutupnya.

Sementara itu, praktisi usaha kecil dan menengah (UKM), Novrina Sari mengatakan, keterbatasan modal kerap menjadi kendala bagi pelaku UMi.

"Tantangannya pasti di modal tapi kita berusaha untuk konsisten sedikit demi sedikit kita sisihkan dan dibagi otomatis modal dan keuntungan kita berusaha untuk mengatur," kata Novrina.

Ia mengatakan, usahanya bergerak di kuliner makanan dan minum untuk menengah kebawah. Ia merupakan pelaku UKM di Kecamatan Cempaka Putih naungan Jakpreneur.

"Tapi sebenarnya kita memberikan kualitas yang baik karena memang Jakpreneur di fasilitasi oleh pemerintah. Utamanya, untuk sertifikat halal dan keamanan pangannya," pungkasnya.
(nnz)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3167 seconds (0.1#10.140)