Kolaborasi Multi Pihak Jadi Kunci Tercapainya SDGs
loading...
A
A
A
Benny juga menambahkan bahwa kolaborasi bukan hanya tentang pendanaan, namun juga termasuk mengkolaborasikan pengetahuan dan keahlian masing-masing. “Kami telah memulai berbagai kerja sama dengan berbagai pihak, bukan hanya untuk mengumpulkan sumber daya, melainkan juga berbagi pengalaman, pengetahuan, dan jejaring, yang tentu akan melengkapi satu sama lainnya dalam mencapai tujuan kemitraan,” tutup Benny.
Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Ekonomi dan Sosial Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) Li Junhua menyatakan, SDGs belum sesuai jalurnya. Saat ini, kata dia, ada sekitar 600 juta penduduk dunia masih mengalami kemiskinan, sementara 50 persen perempuan tak memiliki akses pembiayaan.
Menurutnya, komitmen pendanaan global saat ini mungkin tak selaras dengan prinsip-prinsip SDGs. “Beberapa upaya sedang dilakukan untuk menyelaraskan hal itu. Kita harus berhasil, berhasil bersama-sama, melalui perubahan secara menyeluruh,” ujar Junhua.
Ia menjelaskan, pembiayaan inovatif harus berfokus pada dampak nyata di negara-negara berkembang. “Bukan hanya di bidang lingkungan hidup, melainkan juga mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan multi-pihak, secara bilateral dan trilateral.
Selain itu, mendorong kolaborasi negara Selatan-Selatan untuk memastikan bahwa aliran dana tersebut efektif,” paparnya.
Salah satu panelis lain, Sekretaris Pembangunan Nasional Ekuador, Sariva Moya, menyatakan bahwa sejak 2015 pendanaan global memang terus meningkat. Namun tak semua dari alokasi pendanaan itu membuahkan hasil nyata.
Ia pun menekankan perlunya pendekatan komprehensif untuk mengatasi berbagai tantangan pembiayaan tersebut, seperti adanya standar umum dan kerja sama multilateral.
“Tantangan pendanaan inovatif tak dapat diselesaikan sendiri-sendiri, melainkan melalui kolaborasi dan rasa saling percaya,” tandasnya.
Lihat Juga: Bangun Inovasi Pengetahuan untuk Pembangunan Berkelanjutan, FST UT Gelar Seminar Internasional
Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Ekonomi dan Sosial Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) Li Junhua menyatakan, SDGs belum sesuai jalurnya. Saat ini, kata dia, ada sekitar 600 juta penduduk dunia masih mengalami kemiskinan, sementara 50 persen perempuan tak memiliki akses pembiayaan.
Menurutnya, komitmen pendanaan global saat ini mungkin tak selaras dengan prinsip-prinsip SDGs. “Beberapa upaya sedang dilakukan untuk menyelaraskan hal itu. Kita harus berhasil, berhasil bersama-sama, melalui perubahan secara menyeluruh,” ujar Junhua.
Ia menjelaskan, pembiayaan inovatif harus berfokus pada dampak nyata di negara-negara berkembang. “Bukan hanya di bidang lingkungan hidup, melainkan juga mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan multi-pihak, secara bilateral dan trilateral.
Selain itu, mendorong kolaborasi negara Selatan-Selatan untuk memastikan bahwa aliran dana tersebut efektif,” paparnya.
Salah satu panelis lain, Sekretaris Pembangunan Nasional Ekuador, Sariva Moya, menyatakan bahwa sejak 2015 pendanaan global memang terus meningkat. Namun tak semua dari alokasi pendanaan itu membuahkan hasil nyata.
Ia pun menekankan perlunya pendekatan komprehensif untuk mengatasi berbagai tantangan pembiayaan tersebut, seperti adanya standar umum dan kerja sama multilateral.
“Tantangan pendanaan inovatif tak dapat diselesaikan sendiri-sendiri, melainkan melalui kolaborasi dan rasa saling percaya,” tandasnya.
Lihat Juga: Bangun Inovasi Pengetahuan untuk Pembangunan Berkelanjutan, FST UT Gelar Seminar Internasional
(nnz)