JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah membuat kurikulum darurat untuk pendidikan di tengah pandemi COVID-19.
Mendikbud Nadiem Anwar Makarim mengatakan, kurikulum baru di tengah pandemi COVID-19 ini sengaja dibuat secara lebih sederhana dengan menurunkan sekitar 40% bobot pembelajaran dari materi pendidikan secara normal.
Menurutnya, jika biasanya untuk membahas perubahan sebuah kurikulum dibutuhkan waktu beberapa tahun, pembahasan kurikulum khusus pendidikan di tengah pandemi COVID-19 ini hanya dilakukan dalam kurun waktu sekitar 2-3 bulan saja. "Kami ada penurunan 40% dari kompetensi dasar," ujar Nadiem saat Rapat Kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (27/8/2020). (Baca juga: Selain Kurikulum Darurat, Kemendikbud Juga Siapkan Modul Khusus PAUD-SD )
Nadiem mengatakan, kurikulum pendidikan di tengah pandemi yang disiapkan Kemendikbud hanya menyiapkan materi-materi pendidikan dasar yang esensial terhadap literasi dan yang berkaitan dengan prasyarat kelulusan untuk masuk ke jenjang pendidikan berikutnya. "Sesuai dengan semangat Merdeka Belajar, kami memberikan kurikulum darurat ini sebagai opsi. Perubahan kurikulum yang diberikan pusat itu menuai pro dan kontra. Tidak semua guru ingin dipaksa pindah ke kurikulum lain. Kami ingin menyederhanakan," tuturnya.
Mendikbud menegaskan bahwa kurikulum baru khusus pandemi COVID-19 ini sifatnya adalah opsional, bukan sebuah keharusan. Karena itu, tidak ada paksaan bagi para guru untuk menerapkan kurikulum darurat tersebut. Bagi guru yang tidak menghendaki kurikulum darurat yang disiapkan maka boleh tetap menggunakan Kurikulum 2013 seperti biasa sebelum pandemi COVID-19 terjadi. (Baca juga: Anggarkan Rp1 T, Mendikbud Jamin Tak Ada Mahasiswa yang DO Saat COVID-19 )
"Kenapa diberikan opsi? Karena ini dari guru, untuk guru. Guru dan kepala sekolah yang memilih kurikulum darurat ini dengan menyederhanakan kompetensi dasar dan kompetensi inti," tuturnya.
Dikatakan Nadiem, dengan kurikulum darurat yang dibuat lebih sederhana, para guru bisa memiliki waktu lebih untuk mendalami materi yang lebih sedikit dengan ruang gerak lebih besar untuk melakukan inovasi. "Guru juga diberikan waktu untuk anak-anak yang tertinggal," katanya.
Mendikbud Nadiem Anwar Makarim mengatakan, kurikulum baru di tengah pandemi COVID-19 ini sengaja dibuat secara lebih sederhana dengan menurunkan sekitar 40% bobot pembelajaran dari materi pendidikan secara normal.
Menurutnya, jika biasanya untuk membahas perubahan sebuah kurikulum dibutuhkan waktu beberapa tahun, pembahasan kurikulum khusus pendidikan di tengah pandemi COVID-19 ini hanya dilakukan dalam kurun waktu sekitar 2-3 bulan saja. "Kami ada penurunan 40% dari kompetensi dasar," ujar Nadiem saat Rapat Kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (27/8/2020). (Baca juga: Selain Kurikulum Darurat, Kemendikbud Juga Siapkan Modul Khusus PAUD-SD )
Nadiem mengatakan, kurikulum pendidikan di tengah pandemi yang disiapkan Kemendikbud hanya menyiapkan materi-materi pendidikan dasar yang esensial terhadap literasi dan yang berkaitan dengan prasyarat kelulusan untuk masuk ke jenjang pendidikan berikutnya. "Sesuai dengan semangat Merdeka Belajar, kami memberikan kurikulum darurat ini sebagai opsi. Perubahan kurikulum yang diberikan pusat itu menuai pro dan kontra. Tidak semua guru ingin dipaksa pindah ke kurikulum lain. Kami ingin menyederhanakan," tuturnya.
Baca Juga:
Mendikbud menegaskan bahwa kurikulum baru khusus pandemi COVID-19 ini sifatnya adalah opsional, bukan sebuah keharusan. Karena itu, tidak ada paksaan bagi para guru untuk menerapkan kurikulum darurat tersebut. Bagi guru yang tidak menghendaki kurikulum darurat yang disiapkan maka boleh tetap menggunakan Kurikulum 2013 seperti biasa sebelum pandemi COVID-19 terjadi. (Baca juga: Anggarkan Rp1 T, Mendikbud Jamin Tak Ada Mahasiswa yang DO Saat COVID-19 )
"Kenapa diberikan opsi? Karena ini dari guru, untuk guru. Guru dan kepala sekolah yang memilih kurikulum darurat ini dengan menyederhanakan kompetensi dasar dan kompetensi inti," tuturnya.
Dikatakan Nadiem, dengan kurikulum darurat yang dibuat lebih sederhana, para guru bisa memiliki waktu lebih untuk mendalami materi yang lebih sedikit dengan ruang gerak lebih besar untuk melakukan inovasi. "Guru juga diberikan waktu untuk anak-anak yang tertinggal," katanya.
(mpw)
Berita Terkait
- Kesal Diberitakan Meninggal Dunia, Ashanty :"Alhamdulillah Masih Dikasih Hidup Sama Allah"
- Asyik, Kuota Internet Gratis Bisa Buat Nonton Youtube
- Bantuan Kuota Dilanjutkan, Ini Besaran Kuota yang akan Diterima
- Kabar Gembira, Bantuan Kuota Data Internet Dilanjutkan Mulai Maret
- Mendikbud Umumkan Kebijakan Bantuan Kuota Data Internet Siang Ini
- Setahun Pandemi, Pasien Nomor 01 Ini Kembali Bercerita saat Kena Corona
- Menkes Targetkan 38 Juta Orang Divaksin COVID-19 Hingga Juni 2021
- PKS Dorong Riset Vaksin Nusantara Lewat Proses Akuntabel
- Kebakaran Lahan Hanguskan Ruang Belajar dan Perpustakaan Sekolah
- Ini Kemampuan yang Harus Dimiliki Guru Saat Mengajar Selama Pandemi

TULIS KOMENTAR ANDA!