Wujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, UI Menjangkau Pelosok Negeri Melalui Program Pengmas
loading...
A
A
A
DEPOK - Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPM) Universitas Indonesia (UI) rutin melakukan program pengabdian masyarakat (Pengmas) di seluruh wilayah Tanah Air. Kegiatan ini merupakan wujud komitmen UI dalam melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi, dalam membantu mengurai permasalahan yang terjadi di masyarakat.
“Berbagai bentuk kegiatan pengmas dilakukan dalam bidang sosial, kesehatan, budaya, hingga pendidikan di berbagai wilayah Indonesia. Pengmas UI juga dilakukan di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T),” tutur Prof. Agung Waluyo, S.Kp., M.Sc., Ph.D Direktur Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPM) Universitas Indonesia (UI) saat di Kampus UI Depok, Kamis (10/10/2024).
Pengmas UI di daerah 3T memiliki peran penting dalam memberdayakan ekonomi lokal, menyediakan akses pendidikan, kesehatan, kebudayaan, hingga infrastruktur. Ada dua hal yang dilakukan UI dalam program pengabdian masyarakat, yaitu pemberian layanan langsung dan pemberdayaan masyarakat.
Pemberian layanan yang manfaatnya dirasakan langsung, seperti layanan kesehatan atau produk inovasi yang dapat digunakan oleh masyarakat. Sedangkan pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui upaya peningkatan kemampuan dan kemauan memecahkan masalah sesuai dengan potensi masing-masing.
Prof. Agung, sapaannya, mencontohkan, salah satu kegiatan pengmas DPPM UI yang bekerja sama dengan DITMAWA, BEM FKGUI dan FIKUI untuk daerah terluar dilakukan di Atambua perbatasan Indonesia dan Timor Leste dilakukan melalui Gerakan UI Mengajar (GUIM). GUIM merupakan kegiatan pengabdian masyarakat yang berfokus pada bidang pendidikan di daerah 3T.
“Mahasiswa UI tidak hanya berfokus transfer knowledge kepada guru dan siswa, tapi kami hadir dengan membangun Pojok Sikat Gigi untuk memberi edukasi dalam menjaga kesehatan mulut dan gigi. Kami bekerja sama dengan Pemda setempat, Bank Syariah Indonesia dan PT Unilever untuk pembangunan pojok sikat gigi dan menyediakan pasta serta sikat gigi,“ jelas Guru Besar Tetap Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) Universitas Indonesia (UI).
Menjaga Warisan Budaya
Belum lama ini, DPPM UI juga memberikan layanan kesehatan di Desa Adat Geriana Kauh, Karangasem, Bali. penulis jurnal internasional Understanding HIV-related Stigma Among Indonesian Nurses ini mengatakan, pelayanan kesehatan merupakan upaya membangun resiliensi masyarakat, agar menjadi masyarakat yang mandiri.
Pada program ini, UI bekerja sama dengan beberapa lembaga yang memberikan layanan kesehatan, antara lain STIKES Kesdam IX Udayana, STIKES Wira Medika Bali, PT Unicare Clinic, RSU Prima Medika Denpasar, dan UPTD Puskesmas Selat.
“Kami bekerja sama dengan kampus di sana agar program pemberdayaan masyarakat ini harus bisa sustainable, dan bukan hanya hit and run. Kegiatan pemberdayaan ini butuh pendampingan yang berkesinambungan agar masyarakat bisa menyadari bahwa kemandirian bermanfaat untuk diri mereka sendiri,” katanya.
DPPM UI telah menginisiasi berbagai program untuk Desa Adat Geriana Kauh, termasuk pelestarian Tari Sang Hyang Dedari di Karangasem, Bali, yang ditetapkan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai Intangible World Heritage sejak 2016 lalu.
UI mendirikan Museum Sang Hyang Dedari Giri Amerta yang diresmikan pada 2019, sebagai upaya untuk menjaga warisan budaya, dan menumbuhkan pariwisata desa agar masyarakat adat dapat mandiri.
“Melalui program pengmas ini, UI berhasil menjaga warisan budaya di Tanah Air. Bahkan, beberapa warisan budaya tersebut ada yang hampir punah,” tutur Instruktur Klinik HIV/AIDS Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo mulai dari 1995 hingga saat ini.
Mahasiswa UI saat melakukan program pengmas di Atambua, NTT. (Foto: Humas UI)
Setiap program pengmas yang dilakukan UI harus memiliki potensi sustainability, melibatkan pemangku kepentingan, kontribusi industri atau perusahaan yang mau berpartisipasi. Program ini bukan berarti tanpa kendala. Walau dana pengmas yang dialokasikan Rp4 miliar dalam setahun untuk menjangkau berbagai daerah di Indonesia, DPPM UI tetap mengupayakan hasil kegiatan dengan maksimal sesuai kebutuhan masyarakat.
Prof. Agung menambahkan, kegiatan DPPM UI dapat bermanfaat dan menjadi solusi bagi permasalahan masyarakat Indonesia. Salah satunya inovasi digitalisasi di bidang kesehatan dengan meluncurkan aplikasi EndCorona. Aplikasi ini ditujukan untuk membantu masyarakat hadapi wabah Covid-19.
“Dalam empat tahun terakhir hingga Oktober 2024 ini lebih dari 1500 kegiatan pengmas. Jumlah ini adalah total keseluruhan pengmas UI. Namun untuk yang menggunakan alokasi dana pengmas ada sekitar 1000 kegiatan pengmas,” tutur Prof. Agung yang pernah menjadi konsultan Human Resource for Health, Nursing And Midwifery WHO Indonesia.
Tim DPPM UI saat melakukan pemeriksaan kesehatan dan pendampingan pengelolaan usaha di Geriana Kauh, Karangasem, Bali. (Foto: dok Humas UI)
Festival PPM 2024
Sebagai bentuk apresiasi kepada dosen yang merupakan pengabdi masyarakat dalam program pengmas, dan wujud pemenuhan UI terhadap dharma pengabdian kepada masyarakat, DPPM UI mengadakan Festival Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) 2024 di Perpustakaan UI Depok pada 2–4 Oktober 2024.
"Festival PPM adalah kegiatan rutin kami yang merupakan diseminasi hasil kegiatan pengmas selama satu tahun pengabdian. Kemudian memberikan penghargaan dan pendanaan kepada para pengabdi,” ungkap pria yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Kerjasama Dalam dan Luar Negeri Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) ini.
Festival PPM yang mengusung tema "Sosia Saintika: Kelindan Asa dalam Karya Anak Bangsa" merupakan bentuk sosialisasi program-program Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat yang telah dilaksanakan pada tahun 2020-2024.
Selain itu, program ini juga ditujukan untuk menjaring kerjasama para pihak dari lintas sektoral guna menjalankan dan mengimplementasikan Tri Dharma perguruan tinggi, yaitu Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, dan Pengabdian kepada Masyarakat.
Agung berharap, program pengmas bisa diikuti lebih banyak expertise, mitra industri, dan masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan ini. Intinya DPPM beserta seluruh sivitas UI siap membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah terpencil.
“Berbagai bentuk kegiatan pengmas dilakukan dalam bidang sosial, kesehatan, budaya, hingga pendidikan di berbagai wilayah Indonesia. Pengmas UI juga dilakukan di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T),” tutur Prof. Agung Waluyo, S.Kp., M.Sc., Ph.D Direktur Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPM) Universitas Indonesia (UI) saat di Kampus UI Depok, Kamis (10/10/2024).
Pengmas UI di daerah 3T memiliki peran penting dalam memberdayakan ekonomi lokal, menyediakan akses pendidikan, kesehatan, kebudayaan, hingga infrastruktur. Ada dua hal yang dilakukan UI dalam program pengabdian masyarakat, yaitu pemberian layanan langsung dan pemberdayaan masyarakat.
Pemberian layanan yang manfaatnya dirasakan langsung, seperti layanan kesehatan atau produk inovasi yang dapat digunakan oleh masyarakat. Sedangkan pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui upaya peningkatan kemampuan dan kemauan memecahkan masalah sesuai dengan potensi masing-masing.
Prof. Agung, sapaannya, mencontohkan, salah satu kegiatan pengmas DPPM UI yang bekerja sama dengan DITMAWA, BEM FKGUI dan FIKUI untuk daerah terluar dilakukan di Atambua perbatasan Indonesia dan Timor Leste dilakukan melalui Gerakan UI Mengajar (GUIM). GUIM merupakan kegiatan pengabdian masyarakat yang berfokus pada bidang pendidikan di daerah 3T.
“Mahasiswa UI tidak hanya berfokus transfer knowledge kepada guru dan siswa, tapi kami hadir dengan membangun Pojok Sikat Gigi untuk memberi edukasi dalam menjaga kesehatan mulut dan gigi. Kami bekerja sama dengan Pemda setempat, Bank Syariah Indonesia dan PT Unilever untuk pembangunan pojok sikat gigi dan menyediakan pasta serta sikat gigi,“ jelas Guru Besar Tetap Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) Universitas Indonesia (UI).
Menjaga Warisan Budaya
Belum lama ini, DPPM UI juga memberikan layanan kesehatan di Desa Adat Geriana Kauh, Karangasem, Bali. penulis jurnal internasional Understanding HIV-related Stigma Among Indonesian Nurses ini mengatakan, pelayanan kesehatan merupakan upaya membangun resiliensi masyarakat, agar menjadi masyarakat yang mandiri.
Pada program ini, UI bekerja sama dengan beberapa lembaga yang memberikan layanan kesehatan, antara lain STIKES Kesdam IX Udayana, STIKES Wira Medika Bali, PT Unicare Clinic, RSU Prima Medika Denpasar, dan UPTD Puskesmas Selat.
“Kami bekerja sama dengan kampus di sana agar program pemberdayaan masyarakat ini harus bisa sustainable, dan bukan hanya hit and run. Kegiatan pemberdayaan ini butuh pendampingan yang berkesinambungan agar masyarakat bisa menyadari bahwa kemandirian bermanfaat untuk diri mereka sendiri,” katanya.
DPPM UI telah menginisiasi berbagai program untuk Desa Adat Geriana Kauh, termasuk pelestarian Tari Sang Hyang Dedari di Karangasem, Bali, yang ditetapkan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai Intangible World Heritage sejak 2016 lalu.
UI mendirikan Museum Sang Hyang Dedari Giri Amerta yang diresmikan pada 2019, sebagai upaya untuk menjaga warisan budaya, dan menumbuhkan pariwisata desa agar masyarakat adat dapat mandiri.
“Melalui program pengmas ini, UI berhasil menjaga warisan budaya di Tanah Air. Bahkan, beberapa warisan budaya tersebut ada yang hampir punah,” tutur Instruktur Klinik HIV/AIDS Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo mulai dari 1995 hingga saat ini.
Mahasiswa UI saat melakukan program pengmas di Atambua, NTT. (Foto: Humas UI)
Setiap program pengmas yang dilakukan UI harus memiliki potensi sustainability, melibatkan pemangku kepentingan, kontribusi industri atau perusahaan yang mau berpartisipasi. Program ini bukan berarti tanpa kendala. Walau dana pengmas yang dialokasikan Rp4 miliar dalam setahun untuk menjangkau berbagai daerah di Indonesia, DPPM UI tetap mengupayakan hasil kegiatan dengan maksimal sesuai kebutuhan masyarakat.
Prof. Agung menambahkan, kegiatan DPPM UI dapat bermanfaat dan menjadi solusi bagi permasalahan masyarakat Indonesia. Salah satunya inovasi digitalisasi di bidang kesehatan dengan meluncurkan aplikasi EndCorona. Aplikasi ini ditujukan untuk membantu masyarakat hadapi wabah Covid-19.
“Dalam empat tahun terakhir hingga Oktober 2024 ini lebih dari 1500 kegiatan pengmas. Jumlah ini adalah total keseluruhan pengmas UI. Namun untuk yang menggunakan alokasi dana pengmas ada sekitar 1000 kegiatan pengmas,” tutur Prof. Agung yang pernah menjadi konsultan Human Resource for Health, Nursing And Midwifery WHO Indonesia.
Tim DPPM UI saat melakukan pemeriksaan kesehatan dan pendampingan pengelolaan usaha di Geriana Kauh, Karangasem, Bali. (Foto: dok Humas UI)
Festival PPM 2024
Sebagai bentuk apresiasi kepada dosen yang merupakan pengabdi masyarakat dalam program pengmas, dan wujud pemenuhan UI terhadap dharma pengabdian kepada masyarakat, DPPM UI mengadakan Festival Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) 2024 di Perpustakaan UI Depok pada 2–4 Oktober 2024.
"Festival PPM adalah kegiatan rutin kami yang merupakan diseminasi hasil kegiatan pengmas selama satu tahun pengabdian. Kemudian memberikan penghargaan dan pendanaan kepada para pengabdi,” ungkap pria yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Kerjasama Dalam dan Luar Negeri Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) ini.
Festival PPM yang mengusung tema "Sosia Saintika: Kelindan Asa dalam Karya Anak Bangsa" merupakan bentuk sosialisasi program-program Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat yang telah dilaksanakan pada tahun 2020-2024.
Selain itu, program ini juga ditujukan untuk menjaring kerjasama para pihak dari lintas sektoral guna menjalankan dan mengimplementasikan Tri Dharma perguruan tinggi, yaitu Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, dan Pengabdian kepada Masyarakat.
Agung berharap, program pengmas bisa diikuti lebih banyak expertise, mitra industri, dan masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan ini. Intinya DPPM beserta seluruh sivitas UI siap membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah terpencil.
(skr)