Ekonomi Hijau, Tanoto Foundation Siapkan Generasi Muda dengan Skill SDGs
loading...
A
A
A
Michael menjelaskan, SDG AI menargetkan keterlibatan semua pemangku kepentingan SDGs, yakni pemerintah, akademisi, swasta, filantropi, organisasi masyarakat, dan media.
Saat SAC 2024, Michael pun mengajak untuk berfokus pada salah satu bidang SDGs, yakni bidang prioritas ke-11, penciptaan kota dan komunitas berkelanjutan.
Di bidang ini, banyak unsur yang harus diwujudkan di antaranya perumahan yang aman dan terjangkau, sistem transportasi publik yang baik, hingga penyediaan ruang publik yang inklusif.
Di bidang-bidang tersebut, banyak persoalan yang sebenarnya dapat diatasi melalui pendekatan SDGs dan green economy namun belum menemukan solusi.
Contohnya, baru 56% warga yang mempunyai akses ke transportasi publik atau 90% sampah berasal dari rumah tangga yang belum dikelola dengan baik.
“Jika lulusan perguruan tinggi mempunyai perspektif SDGs, mereka akan membuat solusi-solusi di bidang tersebut sehingga banyak SDGs terpenuhi” kata Michael.
Ia menjelaskan, pendekatan pendidikan berkelanjutan tengah dikembangkan di sejumlah perguruan tinggi dan menargetkan perubahan perilaku, sikap, dan kompetensi lulusannya sesuai prinsip SDGs.
Penerapannya pun tak berhenti sebatas pada aspek fisik, seperti pendirian bangunan hijau atau penggunaan energi baru terbarukan.
Pendidikan berkelanjutan juga perlu masuk di kurikulum akademik dan pembelajaran langsung di lapangan untuk mencari solusi-solusi atas berbagai persoalan nyata.
“Mahasiswa tidak hanya belajar di kelas, tapi juga ada learning experience, belajar secara multidisipliner, dilengkapi berbagai keahlian yang relevan,” katanya.
Saat SAC 2024, Michael pun mengajak untuk berfokus pada salah satu bidang SDGs, yakni bidang prioritas ke-11, penciptaan kota dan komunitas berkelanjutan.
Di bidang ini, banyak unsur yang harus diwujudkan di antaranya perumahan yang aman dan terjangkau, sistem transportasi publik yang baik, hingga penyediaan ruang publik yang inklusif.
Di bidang-bidang tersebut, banyak persoalan yang sebenarnya dapat diatasi melalui pendekatan SDGs dan green economy namun belum menemukan solusi.
Contohnya, baru 56% warga yang mempunyai akses ke transportasi publik atau 90% sampah berasal dari rumah tangga yang belum dikelola dengan baik.
“Jika lulusan perguruan tinggi mempunyai perspektif SDGs, mereka akan membuat solusi-solusi di bidang tersebut sehingga banyak SDGs terpenuhi” kata Michael.
Ia menjelaskan, pendekatan pendidikan berkelanjutan tengah dikembangkan di sejumlah perguruan tinggi dan menargetkan perubahan perilaku, sikap, dan kompetensi lulusannya sesuai prinsip SDGs.
Penerapannya pun tak berhenti sebatas pada aspek fisik, seperti pendirian bangunan hijau atau penggunaan energi baru terbarukan.
Pendidikan berkelanjutan juga perlu masuk di kurikulum akademik dan pembelajaran langsung di lapangan untuk mencari solusi-solusi atas berbagai persoalan nyata.
“Mahasiswa tidak hanya belajar di kelas, tapi juga ada learning experience, belajar secara multidisipliner, dilengkapi berbagai keahlian yang relevan,” katanya.