Rektor Marsudi: Guru Besar Harus Peka pada Masalah Bangsa
loading...

Rektor Universitas Pancasila Prof. Marsudi Wahyu Kisworo.
A
A
A
Universitas Pancasila (UP) berhasil kembali mengukuhkan guru besar. Kali ini PTS yang telah bersertifikasi unggul ini mengukuhkan empat guru besar, yakni Prof. Dr. apt. Esti Mumpuni, M.Si, Prof. apt. Hesty Utami Ramadaniati, Prof. Devi Roza Krisnandhi Kausar, Ph.D., CHE. dan Prof. Dr. Herawati Zetha Rahman, MT.
Pengukuhan yang dilakukan pada Selasa (25/2/2025) ini dihadiri Ketua Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila (YPPUP) Siswono Yudo Husodo, Rektor UP Prof. Marsudi Wahyu Kisworo beserta jajaran pejabat Universitas Pancasila.
Usai pengukuhan Rektor Marsudi menjelaskan momen ini memiliki arti penting bagi institusinya. Dengan bertambahnya empat guru besar ia berharap UP akan berkontribusi lebih banyak bagi kemaslahatan masyarakat.
"Guru besar adalah jabatan tertinggi bukan hanya guru bagi murid-muridnya tapi guru bangsa. Kita memiliki tambahan empat guru besar, akan menjadikan UP komitmen untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, serta turut dalam pembangunan bangsa. Hari ini dikukuhkan dan kita berikan pesan, guru besar bukan hanya untuk di kelas tapi juga untuk bangsa ini, " tegasnya.
Ia juga mengajak para guru besar UP untuk mulai peduli dengan masalah bangsa, termasuk tagar gerakan kaburaja dulu dan Indonesia gelap. Ia menilai gerakan tersebut sangat menyedihkan karena menggambarkan keadaan yang pesimis bangsa kita. Terkait hal ini, guru besar harus bisa menyikapinya dan berbuat sesuatu agar para anak muda memiliki semangat dan optimis pada Indonesia.
"Para guru besar dituntut bagaimana membuat apa yang dibayangkan anak muda sekarang membawa masa depan kita seram, tidak boleh terjadi, " katanya.
Selain telah diberi amanah guru besar untuk peduli pada masalah bangsa juga guru besar juga mendapatkan hak dari pemerintah. Sehingga sudah selayaknya mereka harus berkontribusi lebih besar bagi masyarakat, bangsa dan negara.
"Mereka telah diberi amanah begitu besar, apalagi mendapat tunjangan khusus dari Pemerintah. Kalau dosen biasa tunjangan sebesar 1 bulan gaji, kalau guru besar tunjangan sebesar 3 bulan gaji perbulan, artinya mereka harus memberikan balik ke masyarakat melalui pemikiran. Ini tugas kita termasuk saya yang juga guru besar untuk meyakinkan anak muda optimis dan tetap tinggal di Indonesia agar Indonesia menjadi negara besar " tegasnya.
Untuk memastikan guru besar UP berkontribusi pada masyarakat UP memiliki rencana induk penelitian dan pengabdian masyarakat yang berdampak pada masyarakat. Hal tersebut mengacu pada problem yang tengah dialami masyarakat dan terkait masalah bangsa yakni pangan, kesehatan, energi dan perubahan iklim.
Para guru besar UP ungkap Rektor Marsudi harus melakukan berbagai kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat dengan mengacu empat bidang tersebut. "Kalau kita bicara masalah pangan bukan berarti pertanian saja. Ada teknologi, kimia, distribusi, macam-macam, " ucapnya. Dengan demikian seluruh guru besar di UP bisa berkontribusi di salah sat bidang tersebut.
Adapun dalam pengukuhan guru besar ini, didominasi oleh para perempuan. Terkait hal ini Rektor Marsudi menyatakan apresiasi yang tinggi. Ia menilai mereka sangat hebat. Dibalik kesibukannya mengurus keluarga, mampu meraih pencapaian guru besar. Guru besar pertama adalah Prof. apt. Hesty Utami R.M., Clin. Pharm., Ph.D. Guru Besar Bidang Farmasi dari Fakultas Farmasi.
Sebagai pakar klinis farmasi, Prof. Hesty Utami memiliki kontribusi besar dalam bidang farmakoterapi dan optimalisasi penggunaan obat di layanan kesehatan. Dengan gelar Ph.D. dan spesialisasi farmasi klinis, ia fokus pada riset intervensi farmasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, pengelolaan penyakit kronis, hingga edukasi penggunaan obat yang aman dan efektif. Pengabdiannya menghubungkan ilmu farmasi dengan praktik kesehatan yang nyata dan berdampak luas.
Ia juga menginisiasi program edukasi bagi pasien dengan penyakit kronis tentang manajemen obat, yang berhasil menurunkan angka rehospitalisasi sebesar 15% di rumah sakit mitra. Ia juga berkontribusi dengan menulis buku teks “Farmasi Klinis: Pendekatan Praktis dalam Terapi” yang menjadi referensi utama di berbagai fakultas farmasi di Indonesia.
Kedua adalah Prof. Dr. Devi Roza Krisnandhi Kausar, Ph.D., CHE guru besar bidang pariwisata dari Fakultas Pariwisata. Devi Roza Krisnandhi Kausar adalah akademisi yang berdedikasi dalam pengembangan ilmu pariwisata. Dengan gelar doktor dari Nagoya University, Jepang, dan sertifikasi Certified Hospitality Educator (CHE) ia aktif mengembangkan riset tentang pariwisata berkelanjutan, pemasaran destinasi, hingga strategi pariwisata digital.
Kiprah Prof. Devi juga telah merambah ke dunia internasional, dengan menerbitkan berbagai publikasi ilmiah dan kolaborasi global yang memperkaya khasanah keilmuan pariwisata.
Prof. Devi telah menerbitkan berbagai artikel di Jurnal Internasional bereputasi, termasuk penelitian tentang dampak media sosial terhadap perilaku wisatawan dan strategi pemasaran destinasi berbasis komunitas.
Selain melakukan penelitian, kerap melakukan proyek Kolaboratif, diantaranya memimpin proyek kolaboratif dengan universitas di Jepang dan Australia dalam pengembangan ekowisata berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara.
Sejumlah penghargaan akademik pun diraih, salah satunya pada tahun 2023 Prof. Devi menerima penghargaan sebagai Peneliti Terbaik dalam bidang pariwisata dari Kementerian Pariwisata Indonesia.
Selanjutnya adalah Prof. Dr. apt. Esti Mumpuni, M.Si, Guru Besar Bidang Farmasi — Fakultas Farmasi. Ia memiliki peran penting dalam riset farmasi, khususnya pengembangan obat herbal dan formulasi farmasi klinis.
Lewat pengalaman panjang sebagai akademisi dan peneliti, ia turut membimbing mahasiswa dan tenaga kesehatan dalam inovasi terapi berbasis bahan alam. Komitmennya terhadap pengembangan ilmu farmasi telah menghasilkan berbagai publikasi ilmiah terindeks dan menjadi rujukan penting di dunia kesehatan.
Pengembangan obat herbal yang dilakukan Prof. Esti berhasil mengisolasi senyawa aktif dari tanaman endemik Indonesia yang berpotensi sebagai terapi antikanker, yang saat ini dalam tahap uji klinis.
Melalui penelitian dan pengembangan yang dilakukannya, Prof. Dr. apt. Esti Mumpuni berhasil mendapatkan penghargaan nasional, serta dianugerahi Penghargaan Peneliti Muda Berprestasi oleh Ikatan Apoteker Indonesia pada tahun 2022.
Ia juga pernah melakukan Kolaborasi Internasional dengan bekerjasama dengan institusi riset di Jerman dalam studi farmakokinetik senyawa herbal untuk pengobatan diabetes.
Keempat, Prof. Dr. Herawati Zetha Rahman, M.T., CPPPSS Guru Besar Bidang Manajemen dan Pembiayaan Inovatif Infrastruktur dari Fakultas Teknik.
Dengan pengalaman akademik dan praktik, ia aktif berkontribusi dalam pengembangan solusi kreatif untuk mendukung pembangunan nasional yang berdaya saing tinggi.
Melalui pengembangan model pembiayaan publik-swasta untuk proyek infrastruktur pedesaan yang telah diadopsi oleh beberapa pemerintah daerah di Indonesia. Prof. Dr. Herawati mendapat penghargaan Profesional, serta diberi gelar Insinyur Profesional Utama oleh Persatuan Insinyur Indonesia pada tahun 2023 atas kontribusinya dalam pengembangan infrastruktur nasional. Bahkan menjadi konsultan utama dalam proyek strategis nasional, termasuk pembangunan jaringan transportasi terpadu di ibu kota baru Indonesia.
Pengukuhan yang dilakukan pada Selasa (25/2/2025) ini dihadiri Ketua Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila (YPPUP) Siswono Yudo Husodo, Rektor UP Prof. Marsudi Wahyu Kisworo beserta jajaran pejabat Universitas Pancasila.
Usai pengukuhan Rektor Marsudi menjelaskan momen ini memiliki arti penting bagi institusinya. Dengan bertambahnya empat guru besar ia berharap UP akan berkontribusi lebih banyak bagi kemaslahatan masyarakat.
"Guru besar adalah jabatan tertinggi bukan hanya guru bagi murid-muridnya tapi guru bangsa. Kita memiliki tambahan empat guru besar, akan menjadikan UP komitmen untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, serta turut dalam pembangunan bangsa. Hari ini dikukuhkan dan kita berikan pesan, guru besar bukan hanya untuk di kelas tapi juga untuk bangsa ini, " tegasnya.
Ia juga mengajak para guru besar UP untuk mulai peduli dengan masalah bangsa, termasuk tagar gerakan kaburaja dulu dan Indonesia gelap. Ia menilai gerakan tersebut sangat menyedihkan karena menggambarkan keadaan yang pesimis bangsa kita. Terkait hal ini, guru besar harus bisa menyikapinya dan berbuat sesuatu agar para anak muda memiliki semangat dan optimis pada Indonesia.
"Para guru besar dituntut bagaimana membuat apa yang dibayangkan anak muda sekarang membawa masa depan kita seram, tidak boleh terjadi, " katanya.
Selain telah diberi amanah guru besar untuk peduli pada masalah bangsa juga guru besar juga mendapatkan hak dari pemerintah. Sehingga sudah selayaknya mereka harus berkontribusi lebih besar bagi masyarakat, bangsa dan negara.
"Mereka telah diberi amanah begitu besar, apalagi mendapat tunjangan khusus dari Pemerintah. Kalau dosen biasa tunjangan sebesar 1 bulan gaji, kalau guru besar tunjangan sebesar 3 bulan gaji perbulan, artinya mereka harus memberikan balik ke masyarakat melalui pemikiran. Ini tugas kita termasuk saya yang juga guru besar untuk meyakinkan anak muda optimis dan tetap tinggal di Indonesia agar Indonesia menjadi negara besar " tegasnya.
Untuk memastikan guru besar UP berkontribusi pada masyarakat UP memiliki rencana induk penelitian dan pengabdian masyarakat yang berdampak pada masyarakat. Hal tersebut mengacu pada problem yang tengah dialami masyarakat dan terkait masalah bangsa yakni pangan, kesehatan, energi dan perubahan iklim.
Para guru besar UP ungkap Rektor Marsudi harus melakukan berbagai kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat dengan mengacu empat bidang tersebut. "Kalau kita bicara masalah pangan bukan berarti pertanian saja. Ada teknologi, kimia, distribusi, macam-macam, " ucapnya. Dengan demikian seluruh guru besar di UP bisa berkontribusi di salah sat bidang tersebut.
Adapun dalam pengukuhan guru besar ini, didominasi oleh para perempuan. Terkait hal ini Rektor Marsudi menyatakan apresiasi yang tinggi. Ia menilai mereka sangat hebat. Dibalik kesibukannya mengurus keluarga, mampu meraih pencapaian guru besar. Guru besar pertama adalah Prof. apt. Hesty Utami R.M., Clin. Pharm., Ph.D. Guru Besar Bidang Farmasi dari Fakultas Farmasi.
Sebagai pakar klinis farmasi, Prof. Hesty Utami memiliki kontribusi besar dalam bidang farmakoterapi dan optimalisasi penggunaan obat di layanan kesehatan. Dengan gelar Ph.D. dan spesialisasi farmasi klinis, ia fokus pada riset intervensi farmasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, pengelolaan penyakit kronis, hingga edukasi penggunaan obat yang aman dan efektif. Pengabdiannya menghubungkan ilmu farmasi dengan praktik kesehatan yang nyata dan berdampak luas.
Ia juga menginisiasi program edukasi bagi pasien dengan penyakit kronis tentang manajemen obat, yang berhasil menurunkan angka rehospitalisasi sebesar 15% di rumah sakit mitra. Ia juga berkontribusi dengan menulis buku teks “Farmasi Klinis: Pendekatan Praktis dalam Terapi” yang menjadi referensi utama di berbagai fakultas farmasi di Indonesia.
Kedua adalah Prof. Dr. Devi Roza Krisnandhi Kausar, Ph.D., CHE guru besar bidang pariwisata dari Fakultas Pariwisata. Devi Roza Krisnandhi Kausar adalah akademisi yang berdedikasi dalam pengembangan ilmu pariwisata. Dengan gelar doktor dari Nagoya University, Jepang, dan sertifikasi Certified Hospitality Educator (CHE) ia aktif mengembangkan riset tentang pariwisata berkelanjutan, pemasaran destinasi, hingga strategi pariwisata digital.
Kiprah Prof. Devi juga telah merambah ke dunia internasional, dengan menerbitkan berbagai publikasi ilmiah dan kolaborasi global yang memperkaya khasanah keilmuan pariwisata.
Prof. Devi telah menerbitkan berbagai artikel di Jurnal Internasional bereputasi, termasuk penelitian tentang dampak media sosial terhadap perilaku wisatawan dan strategi pemasaran destinasi berbasis komunitas.
Selain melakukan penelitian, kerap melakukan proyek Kolaboratif, diantaranya memimpin proyek kolaboratif dengan universitas di Jepang dan Australia dalam pengembangan ekowisata berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara.
Sejumlah penghargaan akademik pun diraih, salah satunya pada tahun 2023 Prof. Devi menerima penghargaan sebagai Peneliti Terbaik dalam bidang pariwisata dari Kementerian Pariwisata Indonesia.
Selanjutnya adalah Prof. Dr. apt. Esti Mumpuni, M.Si, Guru Besar Bidang Farmasi — Fakultas Farmasi. Ia memiliki peran penting dalam riset farmasi, khususnya pengembangan obat herbal dan formulasi farmasi klinis.
Lewat pengalaman panjang sebagai akademisi dan peneliti, ia turut membimbing mahasiswa dan tenaga kesehatan dalam inovasi terapi berbasis bahan alam. Komitmennya terhadap pengembangan ilmu farmasi telah menghasilkan berbagai publikasi ilmiah terindeks dan menjadi rujukan penting di dunia kesehatan.
Pengembangan obat herbal yang dilakukan Prof. Esti berhasil mengisolasi senyawa aktif dari tanaman endemik Indonesia yang berpotensi sebagai terapi antikanker, yang saat ini dalam tahap uji klinis.
Melalui penelitian dan pengembangan yang dilakukannya, Prof. Dr. apt. Esti Mumpuni berhasil mendapatkan penghargaan nasional, serta dianugerahi Penghargaan Peneliti Muda Berprestasi oleh Ikatan Apoteker Indonesia pada tahun 2022.
Ia juga pernah melakukan Kolaborasi Internasional dengan bekerjasama dengan institusi riset di Jerman dalam studi farmakokinetik senyawa herbal untuk pengobatan diabetes.
Keempat, Prof. Dr. Herawati Zetha Rahman, M.T., CPPPSS Guru Besar Bidang Manajemen dan Pembiayaan Inovatif Infrastruktur dari Fakultas Teknik.
Dengan pengalaman akademik dan praktik, ia aktif berkontribusi dalam pengembangan solusi kreatif untuk mendukung pembangunan nasional yang berdaya saing tinggi.
Melalui pengembangan model pembiayaan publik-swasta untuk proyek infrastruktur pedesaan yang telah diadopsi oleh beberapa pemerintah daerah di Indonesia. Prof. Dr. Herawati mendapat penghargaan Profesional, serta diberi gelar Insinyur Profesional Utama oleh Persatuan Insinyur Indonesia pada tahun 2023 atas kontribusinya dalam pengembangan infrastruktur nasional. Bahkan menjadi konsultan utama dalam proyek strategis nasional, termasuk pembangunan jaringan transportasi terpadu di ibu kota baru Indonesia.
(tar)
Lihat Juga :