GSIS 2025 Kenalkan Manfaat AI dalam Pembelajaran Bagi Insan Pendidikan
loading...

PT Reformasi Generasi Indonesia (REFO) menggelar G-Schools Indonesia Summit (GSIS) 2025. Dihadiri lebih dari 300 peserta yang terdiri dari pemimpin,
A
A
A
JAKARTA - PT Reformasi Generasi Indonesia (REFO) menggelar G-Schools Indonesia Summit (GSIS) 2025. Dihadiri lebih dari 300 peserta yang terdiri dari pemimpin, pengambil keputusan, pendidik, dan influencer dari sekolah -sekolah dengan pembelajaran berbasis teknologi Google di seluruh Indonesia.
Kehadiran AI dalam lanskap pendidikan telah mengubah segalanya. Peluang sekaligus tantangan pun muncul bersamanya. REFO terus menggaungkan tentang AI dengan menginisiasi berbagai program dan acara. Salah satunya adalah G-Schools Indonesia Summit (GSIS), acara tahunan yang hadir dengan tema-tema edukasi seputar pendidikan.
Tahun ini, mengangkat tema “AI: The New Frontier In Education”, GSIS 2025 mengajak seluruh insan pendidikan di Indonesia untuk mengeksplorasi lebih jauh implementasi praktis AI, menembus batasan-batasan yang sudah ada dan membuka batasan-batasan baru mengenai apa yang mungkin dilakukan dengan AI dalam konteks pendidikan, sehingga dapat memberikan dampak langsung bagi sekolah.
GSIS 2025 juga berfokus pada pembelajaran STEM, pendekatan holistik dan interdisipliner yang bertujuan untuk membekali siswa dengan kemampuan beradaptasi, berinovasi, berpikir kritis, dan memecahkan masalah dengan cara yang bijak dan kreatif.
Hal ini selaras dengan imbauan pemerintah untuk fokus pada pembelajaran STEM, demi menghasilkan generasi yang menguasai teknologi, siber, dan AI.
Gary Lim, Head of Education & Channels, Global Workspace for Education, Google for Education, yang juga hadir sebagai salah satu Keynote Speaker dalam GSIS menyatakan bahwa GSIS 2025 merupakan sebuah pengalaman yang luar biasa, “Not only for me, but also for all the leaders and educators that have been invited. I can tell that the learning opportunities have been immensely great, very useful, and hands-on for the participants," ucap Gary, melalui siaran pers, Kamis (20/3/2025).
Pepita Gunawan, Founder and Managing Director REFO, mengatakan bahwa GSIS 2025 adalah kelanjutan dari program tahun lalu. Acara ini, selain sebagai ajang pembelajaran, juga sebagai wadah berjejaring bagi para pemangku kepentingan pendidikan dari sekolah-sekolah pemanfaat teknologi Google dalam pembelajaran di seluruh Indonesia.
“Di GSIS ini, para pejuang pendidikan itu datang, bertemu, dan networking, supaya kita semua dapat membangun support system yang kuat,” kata Pepita.
Menurut Pepita, dengan hadirnya AI dalam dunia pendidikan, saat ini ada peluang baru yang terbentang di depan mata. “AI telah menetapkan batasan-batasan baru dalam dunia pendidikan. Menciptakan peluang sekaligus tantangan, yang mungkin tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Jadi kita harus terus update dan upgrade diri kita dalam literasi AI, agar bisa menavigasi pesatnya perkembangan teknologi AI ini,” kata Pepita lagi.
Di samping empat Keynote Sessions tersebut, GSIS 2025 juga menghadirkan 36 Parallel Sessions yang dibawakan oleh 18 Pembicara yang merupakan praktisi dalam dunia pendidikan.
Parallel Sessions membahas dengan detail tentang praktik-praktik baik pemanfaatan AI dalam konteks pendidikan. Peserta dapat memilih sendiri kelas-kelas sesuai dengan tema yang dibutuhkannya.
Peserta, yang hadir dari berbagai daerah di Indonesia, terlihat sangat antusias mengikuti setiap sesinya. Berpuasa di bulan Ramadan tak mengurangi semangat para pendidik ini untuk terus belajar dan mengembangkan diri.
“Programnya bagus untuk mendapatkan inspirasi. Saya berterima kasih pada REFO karena sudah memberikan insights baru dalam pembelajaran,” ujar Maesaroh dari SMA Terpadu Baiturrahman, Bandung.
“Acaranya oke, dan REFO sangat profesional dalam mengorganisasi event ini. Semoga acara seperti ini bisa dilakukan dua kali dalam setahun,” ungkap Thomas Juniwarto dari Kinderfield Highfield Indonesia, Jakarta.
“It’s all great, dan acaranya sangat menginspirasi,” ungkap Eka Fidyanti Hariana dari SIS School, Cilegon.
Parallel Session yang tiap sesinya berdurasi selama 40 menit pun banyak dirasa kurang lama oleh para peserta.
“Acara bisa dibuat dua hari supaya waktu tiap Parallel Sessions bisa lebih dalam,” ucap Agung Surancoyo dari SMP Negeri 10 Loa Kulu, Kutai Kartanegara.
“Waktu untuk Parallel Session seharusnya lebih lama, supaya pembahasannya bisa lebih mendalam,” kata Hilary Relita dari Sekolah Terpadu Sedaya Bintang, Bandung.
“Acara ini sangat menambah wawasan. Waktu untuk Parallel Sessions diperpanjang, karena 40 menit terasa sangat cepat,” kata Noni Permari dari Nassa School, Bekasi.
Kehadiran AI dalam lanskap pendidikan telah mengubah segalanya. Peluang sekaligus tantangan pun muncul bersamanya. REFO terus menggaungkan tentang AI dengan menginisiasi berbagai program dan acara. Salah satunya adalah G-Schools Indonesia Summit (GSIS), acara tahunan yang hadir dengan tema-tema edukasi seputar pendidikan.
Tahun ini, mengangkat tema “AI: The New Frontier In Education”, GSIS 2025 mengajak seluruh insan pendidikan di Indonesia untuk mengeksplorasi lebih jauh implementasi praktis AI, menembus batasan-batasan yang sudah ada dan membuka batasan-batasan baru mengenai apa yang mungkin dilakukan dengan AI dalam konteks pendidikan, sehingga dapat memberikan dampak langsung bagi sekolah.
GSIS 2025 juga berfokus pada pembelajaran STEM, pendekatan holistik dan interdisipliner yang bertujuan untuk membekali siswa dengan kemampuan beradaptasi, berinovasi, berpikir kritis, dan memecahkan masalah dengan cara yang bijak dan kreatif.
Hal ini selaras dengan imbauan pemerintah untuk fokus pada pembelajaran STEM, demi menghasilkan generasi yang menguasai teknologi, siber, dan AI.
Gary Lim, Head of Education & Channels, Global Workspace for Education, Google for Education, yang juga hadir sebagai salah satu Keynote Speaker dalam GSIS menyatakan bahwa GSIS 2025 merupakan sebuah pengalaman yang luar biasa, “Not only for me, but also for all the leaders and educators that have been invited. I can tell that the learning opportunities have been immensely great, very useful, and hands-on for the participants," ucap Gary, melalui siaran pers, Kamis (20/3/2025).
Pepita Gunawan, Founder and Managing Director REFO, mengatakan bahwa GSIS 2025 adalah kelanjutan dari program tahun lalu. Acara ini, selain sebagai ajang pembelajaran, juga sebagai wadah berjejaring bagi para pemangku kepentingan pendidikan dari sekolah-sekolah pemanfaat teknologi Google dalam pembelajaran di seluruh Indonesia.
“Di GSIS ini, para pejuang pendidikan itu datang, bertemu, dan networking, supaya kita semua dapat membangun support system yang kuat,” kata Pepita.
Menurut Pepita, dengan hadirnya AI dalam dunia pendidikan, saat ini ada peluang baru yang terbentang di depan mata. “AI telah menetapkan batasan-batasan baru dalam dunia pendidikan. Menciptakan peluang sekaligus tantangan, yang mungkin tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Jadi kita harus terus update dan upgrade diri kita dalam literasi AI, agar bisa menavigasi pesatnya perkembangan teknologi AI ini,” kata Pepita lagi.
Di samping empat Keynote Sessions tersebut, GSIS 2025 juga menghadirkan 36 Parallel Sessions yang dibawakan oleh 18 Pembicara yang merupakan praktisi dalam dunia pendidikan.
Parallel Sessions membahas dengan detail tentang praktik-praktik baik pemanfaatan AI dalam konteks pendidikan. Peserta dapat memilih sendiri kelas-kelas sesuai dengan tema yang dibutuhkannya.
Peserta, yang hadir dari berbagai daerah di Indonesia, terlihat sangat antusias mengikuti setiap sesinya. Berpuasa di bulan Ramadan tak mengurangi semangat para pendidik ini untuk terus belajar dan mengembangkan diri.
“Programnya bagus untuk mendapatkan inspirasi. Saya berterima kasih pada REFO karena sudah memberikan insights baru dalam pembelajaran,” ujar Maesaroh dari SMA Terpadu Baiturrahman, Bandung.
“Acaranya oke, dan REFO sangat profesional dalam mengorganisasi event ini. Semoga acara seperti ini bisa dilakukan dua kali dalam setahun,” ungkap Thomas Juniwarto dari Kinderfield Highfield Indonesia, Jakarta.
“It’s all great, dan acaranya sangat menginspirasi,” ungkap Eka Fidyanti Hariana dari SIS School, Cilegon.
Parallel Session yang tiap sesinya berdurasi selama 40 menit pun banyak dirasa kurang lama oleh para peserta.
“Acara bisa dibuat dua hari supaya waktu tiap Parallel Sessions bisa lebih dalam,” ucap Agung Surancoyo dari SMP Negeri 10 Loa Kulu, Kutai Kartanegara.
“Waktu untuk Parallel Session seharusnya lebih lama, supaya pembahasannya bisa lebih mendalam,” kata Hilary Relita dari Sekolah Terpadu Sedaya Bintang, Bandung.
“Acara ini sangat menambah wawasan. Waktu untuk Parallel Sessions diperpanjang, karena 40 menit terasa sangat cepat,” kata Noni Permari dari Nassa School, Bekasi.
(nnz)
Lihat Juga :