Gandeng Lulusan SMK, BP2MI Siapkan Tenaga Pendamping Lansia ke Jepang
loading...
A
A
A
Prioritas program ini adalah Lulusan SMK Kesehatan (kompetensi Keahlian perawat Kesehatan, Keperawatan Sosial dan Pekerja Sosial/Social Worker) tahun 2020, dikarenakan pada akhir pembelajaran mereka terkendala pandemi COVID-19, sehingga baik pembelajaran maupun pengujiannya tidak dapat berjalan lancar.
Para calon peserta pelatihan telah disiapkan oleh sekolah masing-masing dalam kemampuan Bahasa Jepang setara N5. Kemampuan Bahasa tersebut akan ditingkatkan untuk mencapai sertifikat dari Japan Foundation untuk kemampuan Bahasa Jepang selevel JLPT N4 atau setara JFT Basic A2 dan memiliki sertifikat lulus Skill Exam Careworker dari Prometric yang akan ditempuh melalui pelatihan selama 4 sampai 6 bulan.
Seperti diketahui, pandemi menyebabkan banyak PHK, namun tenaga Caregiver justru banyak dibutuhkan karena banyak lansia tidak dimungkinkan bepergian dan membutuhkan pedamping untuk aktivitasnya.
"Terlebih lagi Jepang, sebagai negara yang berpenduduk mayoritas lansia mempunyai kebutuhan sebanyak 60.000 selama 5 tahun dan demand tahun 2020 sebanyak 1.200, untuk tenaga Caregiver melalui visa kerja/Tekutugino dengan penghasilan yang menggiurkan," kata Deputi Penempatan dan Perlindungan Kawasan Amerika Dan Pasifik BP2MI Drs. Dwi Ananto.
Baik Direktur SMK maupun Deputi Penempatan dan Perlindungan Kawasan Amerika Dan Pasifik BP2MI, telah sepakat untuk terus meningkatkan kolaborasi agar kebekerjaan lulusan SMK semakin meningkat.
M Bakrun mengharapkan pada masa mendatang siswa SMK dapat dijajaki minatnya untuk bekerja di dalam atau di luar negeri. Bila berminat ke luar negeri maka akan disiapkan sejak kelas 11 (kelas II SMK) dengan penguatan Bahasa dan budaya negara tujuan, agar langsung siap bekerja di luar negeri begitu lulus dari SMK.
Pada kesempatan yang sama, Dwi Ananto mengingatkan agar para calon Tenaga kerja selalu menjaga kesehatan agar benar-benar siap untuk diberangkatkan bekerja ke luar negeri, serta menghindarkan keadaan sehat di dalam negeri tetapi gagal bekerja, karena mengalami sakit saat di luar negeri.
Para calon peserta pelatihan telah disiapkan oleh sekolah masing-masing dalam kemampuan Bahasa Jepang setara N5. Kemampuan Bahasa tersebut akan ditingkatkan untuk mencapai sertifikat dari Japan Foundation untuk kemampuan Bahasa Jepang selevel JLPT N4 atau setara JFT Basic A2 dan memiliki sertifikat lulus Skill Exam Careworker dari Prometric yang akan ditempuh melalui pelatihan selama 4 sampai 6 bulan.
Seperti diketahui, pandemi menyebabkan banyak PHK, namun tenaga Caregiver justru banyak dibutuhkan karena banyak lansia tidak dimungkinkan bepergian dan membutuhkan pedamping untuk aktivitasnya.
"Terlebih lagi Jepang, sebagai negara yang berpenduduk mayoritas lansia mempunyai kebutuhan sebanyak 60.000 selama 5 tahun dan demand tahun 2020 sebanyak 1.200, untuk tenaga Caregiver melalui visa kerja/Tekutugino dengan penghasilan yang menggiurkan," kata Deputi Penempatan dan Perlindungan Kawasan Amerika Dan Pasifik BP2MI Drs. Dwi Ananto.
Baik Direktur SMK maupun Deputi Penempatan dan Perlindungan Kawasan Amerika Dan Pasifik BP2MI, telah sepakat untuk terus meningkatkan kolaborasi agar kebekerjaan lulusan SMK semakin meningkat.
M Bakrun mengharapkan pada masa mendatang siswa SMK dapat dijajaki minatnya untuk bekerja di dalam atau di luar negeri. Bila berminat ke luar negeri maka akan disiapkan sejak kelas 11 (kelas II SMK) dengan penguatan Bahasa dan budaya negara tujuan, agar langsung siap bekerja di luar negeri begitu lulus dari SMK.
Pada kesempatan yang sama, Dwi Ananto mengingatkan agar para calon Tenaga kerja selalu menjaga kesehatan agar benar-benar siap untuk diberangkatkan bekerja ke luar negeri, serta menghindarkan keadaan sehat di dalam negeri tetapi gagal bekerja, karena mengalami sakit saat di luar negeri.
(mpw)