Mahasiswa UNY Teliti Daun Bandotan dan Tembelekan Jadi Antimikroba Herbal
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Mahasiswa program studi (prodi) Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Diana Okfy melakukan penelitian antimikroba herbal daun Bandotan (Ageratum conyzoides L.) dan tembelekan (Lantana camara L) untuk menghambat bakteri coli dan jamur.
Anitmikroba herbal berbahan daun bandotan dan tembekan ini selain aman digunakan dan ramah lingkungan juga akan mengurangi pengunaan bahan kimia. (Baca juga: UMM Kukuhkan Guru Besar Baru Bidang Logistik dan Rantai Pasok )
Diana Oktfy mengatakan daun bandotan dan tembelekan memiliki kandungan senyawa kimia berupa flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan steroid yang berperan sebagai antimikroba. Selain itu tumbuhan tersebut selama ini digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit.
Tumbuhan bandotan sebagai obat luka baru, luka berdarah, eksim, dan mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Sedangkan tembelekan untuk obat maag, malaria, influenza, tumor, pembengkakan, demam empedu, letusan eksim, sakit perut, sakit gigi dan sebagai antiseptik untuk luka..
“Itulah awal saya melakukan penelitian aktifitas antimikroba daun bandotan dan tembelekan untuk antimikroba (kemampuan menghambat maupun mematikan pertumbuhan mikroba) escherichia coli (bakteri penyebab sakit perut atau diare) dan candida albicans (bakteri penyebab infeksi jamur),” kata Diana, Sabtu (19/9/2020). (Baca juga: Gandeng UNS, Pemkab Magetan Siapkan Lahan Bangun Universitas Negeri )
Diana menjelaskan, berdasarkan penelitian ekstrak daun tembelekan dan bandotan yang telah diujikan terhadap bakteri Escherichia coli menunjukkan adanya aktivitas antibakteri. Hal tersebut dapat dilihat dari zona bening yang terbentuk pada masing-masing medium perlakuan dengan pengamatan selama 48 jam yang diinkubasi pada suhu 37°C.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun tembelekan dan bandotan memiliki kemampuan daya hambat yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil pengamatan ke-3 jam zona hambat sudah mulai terbentuk.
“Kontrol positif yang digunakan dalam uji antibakteri adalah kloramfenikol dengan komposisi 60 mg per 10 mL akuades steril,” jelasnya. (Baca juga: Aplikasi Indoor Planting Bawa Mahasiswa ITS Rebut Emas )
Selain itu, ekstrak daun tembelekan dan bandotan mampu menghambat pertumbuhan fungi candida albicans dengan adanya diameter zona hambat. Terlihat pada waktu pengamatan ke-9 jam sudah mulai terbentuk zona bening di sekitar paper disk dan lebih jelas terlihat pada waktu pengamatan ke-18 jam.
“Hal ini membuktikan ekstrak daun tembelekan dan bandotan dapat berfungsi sebagai antifungi,” paparnya.
Hasil penelitian ekstrak daun tembelekan dan bandotan juga mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dengan rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk 6,93 hingga 14,25 mm dan mampu menghambat pertumbuhan fungi candida albicans dengan rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk 6,03 hingga 7,79 mm.
“Namun kemampuan daya hambat masih bersifat bakteriostatik dan fungistatik.” terangnya.
Konsentrasi ekstrak daun tembelekan dan bandotan yang paling optimum untuk menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli adalah ekstrak daun tembelekan 100% dengan rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk berukuran 14,25 mm pada pengamatan ke 6 jam.
Sedangkan konsentrasi yang paling optimum untuk menghambat pertumbuhan fungi candila albicans adalah kombinasi kedua ekstrak tersebut dengan konsentrasi 50:50%, rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk berukuran 7,63 mm pada pengamatan jam ke 42 jam.
Anitmikroba herbal berbahan daun bandotan dan tembekan ini selain aman digunakan dan ramah lingkungan juga akan mengurangi pengunaan bahan kimia. (Baca juga: UMM Kukuhkan Guru Besar Baru Bidang Logistik dan Rantai Pasok )
Diana Oktfy mengatakan daun bandotan dan tembelekan memiliki kandungan senyawa kimia berupa flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan steroid yang berperan sebagai antimikroba. Selain itu tumbuhan tersebut selama ini digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit.
Tumbuhan bandotan sebagai obat luka baru, luka berdarah, eksim, dan mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Sedangkan tembelekan untuk obat maag, malaria, influenza, tumor, pembengkakan, demam empedu, letusan eksim, sakit perut, sakit gigi dan sebagai antiseptik untuk luka..
“Itulah awal saya melakukan penelitian aktifitas antimikroba daun bandotan dan tembelekan untuk antimikroba (kemampuan menghambat maupun mematikan pertumbuhan mikroba) escherichia coli (bakteri penyebab sakit perut atau diare) dan candida albicans (bakteri penyebab infeksi jamur),” kata Diana, Sabtu (19/9/2020). (Baca juga: Gandeng UNS, Pemkab Magetan Siapkan Lahan Bangun Universitas Negeri )
Diana menjelaskan, berdasarkan penelitian ekstrak daun tembelekan dan bandotan yang telah diujikan terhadap bakteri Escherichia coli menunjukkan adanya aktivitas antibakteri. Hal tersebut dapat dilihat dari zona bening yang terbentuk pada masing-masing medium perlakuan dengan pengamatan selama 48 jam yang diinkubasi pada suhu 37°C.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun tembelekan dan bandotan memiliki kemampuan daya hambat yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil pengamatan ke-3 jam zona hambat sudah mulai terbentuk.
“Kontrol positif yang digunakan dalam uji antibakteri adalah kloramfenikol dengan komposisi 60 mg per 10 mL akuades steril,” jelasnya. (Baca juga: Aplikasi Indoor Planting Bawa Mahasiswa ITS Rebut Emas )
Selain itu, ekstrak daun tembelekan dan bandotan mampu menghambat pertumbuhan fungi candida albicans dengan adanya diameter zona hambat. Terlihat pada waktu pengamatan ke-9 jam sudah mulai terbentuk zona bening di sekitar paper disk dan lebih jelas terlihat pada waktu pengamatan ke-18 jam.
“Hal ini membuktikan ekstrak daun tembelekan dan bandotan dapat berfungsi sebagai antifungi,” paparnya.
Hasil penelitian ekstrak daun tembelekan dan bandotan juga mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dengan rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk 6,93 hingga 14,25 mm dan mampu menghambat pertumbuhan fungi candida albicans dengan rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk 6,03 hingga 7,79 mm.
“Namun kemampuan daya hambat masih bersifat bakteriostatik dan fungistatik.” terangnya.
Konsentrasi ekstrak daun tembelekan dan bandotan yang paling optimum untuk menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli adalah ekstrak daun tembelekan 100% dengan rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk berukuran 14,25 mm pada pengamatan ke 6 jam.
Sedangkan konsentrasi yang paling optimum untuk menghambat pertumbuhan fungi candila albicans adalah kombinasi kedua ekstrak tersebut dengan konsentrasi 50:50%, rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk berukuran 7,63 mm pada pengamatan jam ke 42 jam.
(mpw)