Kemenristek Dorong Penciptaan Teknopreneur di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kemenristek/BRIN bekerjasama dengan Yayasan INOTEK bersepakat untuk menciptakan lebih banyak teknopreneur di Indonesia. Munculnya usaha-usaha baru dinilai akan membuat ekonomi berjalan dan mengurangi dampak negatif pandemi terhadap ekonomi.
Menristek/Kepala BRIN Bambang P.S Brodjonegoro mengatakan, pada fase awal inisiasi usaha para teknopreneur dan wirausaha pada umumnya membutuhkan pendampingan dari segi teknologi maupun manajemen agar meningkatkan daya saing produk dan usahanya. Oleh karena itu, Pemerintah perlu bergerak cepat membantu wirausaha mengolah sumber daya alam melalui riset dan inovasi agar mampu produk akhir yang bermanfaat bagi masyarakat, terutama membantu teknopreneur dalam menghadapi tantangan dan peluang. (Baca juga: Dihadapan 5.711 Maba UMY, Menko PMK Minta Mahasiswa Tak Mudah Menyerah )
“Di tengah era pandemi setiap negara dituntut untuk mengoptimalkan potensi seluruh sumber daya ekonomi yang dimiliki agar perekonomian terus berjalan dan meminimalkan dampak COVID-19 terhadap dunia usaha. Banyak dunia usaha kesulitan mendapatkan akses modal, mengalami penurunan permintaan, hingga terpaksa memotong dana operasional, dan bahkan harus merumahkan karyawannya,” katanya pada acara Penandatanganan Nota Kesepahaman Kemenristek/BRIN dan Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia (INOTEK): ‘Program Seribu Teknopreneur Sejuta Pekerjaan’ melalui siaran pers, Senin (28/9).
Bambang menambahkan, kegiatan wirausaha berperan penting untuk fase pemulihan perkonomian dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Saat ini terdapat beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan oleh dunia usaha untuk menghadapi era adaptasi pilihan baru, dengan memanfaatkan teknologi dan aspek digital. Di sisi lain difusi teknologi tepat guna juga berperan meningkatkan kinerja dunia usaha.
Program Seribu Teknopreneur Sejuta Pekerjaan (STSP) merupakan program kewirausahaan kolaboratif untuk membuat jaringan teknopreneur di 34 provinsi di Indonesia dengan metode model kewirausahaan yang sesuai dihubungkan dengan investor dan kemitraan berbasis teknologi dan RnD. Program ini memberikan dampak baik dengan menciptakan 1000 lebih Teknopreneur baru yang akan memulai ekonomi lokal di level UMKM dan membantu berkontribusi untuk meningkatkan PDB lokal, membuka akses ke pasar nasional dan global dan menciptakan lapangan pekerjaan langsung lebih dari 1000 teknopreneur dan lebih dari 1 juta pekerjaan tidak langsung (hulu dan hilir). (Baca juga: Milad Ke-69, Rektor UIN Yogya Ajak Civitas Teladani Sunan Kalijaga )
Pendiri Yayasan INOTEK Sandiaga Salahuddin Uno menjelaskan, INOTEK mempunyai visi mengembangkan inovasi di akar rumput dengan menciptakan teknologi tepat guna dan sistem pendampingan yang komprehensif. Program ini akan fokus dalam pengembangan teknopreneur sehingga bisa menyentuh usaha mikro, disektor-sektor utama seperti pangan, konsumsi, maupun sektor lain yang selama ini menggerakan ekonomi bangsa.
Ketua Dewan Pembina Yayasan INOTEK sekaligus Founder Orbit Future Academy Ilham A Habibie mengungkapkan, program STSP berusaha untuk mengumpulkan dukungan dari ekosistem yang berkembang yang dibutuhkan oleh wirausaha-wirausaha tersebut untuk tumbuh menjadi bisnis yang sukses dan dapat naik kelas. Di samping itu INOTEK dan Orbit Future Academy juga peduli terhadap kesetaraan gender melalui program pemberdayaan wirausaha wanita atau Women Technopreneur Indonesia dalam sub Program STSP.
“Kita mempunyai target program pemberdayaan entrepreneur wanita sebanyak 30% dari pencapaian STSP selama 3 tahun, jadi kita membuat suatu sub program Women Technopreneur Indonesia yang dimulai sejak awal implementasi program. Kita berharap nota kesepahaman ini menjadi kekuatan tersendiri dalam menjalankan program STSP yang secara kolaboratif memberi dukungan, pembinaan, pendampingan, fasilitasi kewirausahaan bagi teknopreneur agar mampu menghasilkan produk inovasi,” ujar Ilham A Habibie.
Lihat Juga: Mendikti Sains dan Teknologi Satryo Soemantri Brodjonegoro Lakukan Perbaikan secara Perlahan
Menristek/Kepala BRIN Bambang P.S Brodjonegoro mengatakan, pada fase awal inisiasi usaha para teknopreneur dan wirausaha pada umumnya membutuhkan pendampingan dari segi teknologi maupun manajemen agar meningkatkan daya saing produk dan usahanya. Oleh karena itu, Pemerintah perlu bergerak cepat membantu wirausaha mengolah sumber daya alam melalui riset dan inovasi agar mampu produk akhir yang bermanfaat bagi masyarakat, terutama membantu teknopreneur dalam menghadapi tantangan dan peluang. (Baca juga: Dihadapan 5.711 Maba UMY, Menko PMK Minta Mahasiswa Tak Mudah Menyerah )
“Di tengah era pandemi setiap negara dituntut untuk mengoptimalkan potensi seluruh sumber daya ekonomi yang dimiliki agar perekonomian terus berjalan dan meminimalkan dampak COVID-19 terhadap dunia usaha. Banyak dunia usaha kesulitan mendapatkan akses modal, mengalami penurunan permintaan, hingga terpaksa memotong dana operasional, dan bahkan harus merumahkan karyawannya,” katanya pada acara Penandatanganan Nota Kesepahaman Kemenristek/BRIN dan Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia (INOTEK): ‘Program Seribu Teknopreneur Sejuta Pekerjaan’ melalui siaran pers, Senin (28/9).
Bambang menambahkan, kegiatan wirausaha berperan penting untuk fase pemulihan perkonomian dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Saat ini terdapat beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan oleh dunia usaha untuk menghadapi era adaptasi pilihan baru, dengan memanfaatkan teknologi dan aspek digital. Di sisi lain difusi teknologi tepat guna juga berperan meningkatkan kinerja dunia usaha.
Program Seribu Teknopreneur Sejuta Pekerjaan (STSP) merupakan program kewirausahaan kolaboratif untuk membuat jaringan teknopreneur di 34 provinsi di Indonesia dengan metode model kewirausahaan yang sesuai dihubungkan dengan investor dan kemitraan berbasis teknologi dan RnD. Program ini memberikan dampak baik dengan menciptakan 1000 lebih Teknopreneur baru yang akan memulai ekonomi lokal di level UMKM dan membantu berkontribusi untuk meningkatkan PDB lokal, membuka akses ke pasar nasional dan global dan menciptakan lapangan pekerjaan langsung lebih dari 1000 teknopreneur dan lebih dari 1 juta pekerjaan tidak langsung (hulu dan hilir). (Baca juga: Milad Ke-69, Rektor UIN Yogya Ajak Civitas Teladani Sunan Kalijaga )
Pendiri Yayasan INOTEK Sandiaga Salahuddin Uno menjelaskan, INOTEK mempunyai visi mengembangkan inovasi di akar rumput dengan menciptakan teknologi tepat guna dan sistem pendampingan yang komprehensif. Program ini akan fokus dalam pengembangan teknopreneur sehingga bisa menyentuh usaha mikro, disektor-sektor utama seperti pangan, konsumsi, maupun sektor lain yang selama ini menggerakan ekonomi bangsa.
Ketua Dewan Pembina Yayasan INOTEK sekaligus Founder Orbit Future Academy Ilham A Habibie mengungkapkan, program STSP berusaha untuk mengumpulkan dukungan dari ekosistem yang berkembang yang dibutuhkan oleh wirausaha-wirausaha tersebut untuk tumbuh menjadi bisnis yang sukses dan dapat naik kelas. Di samping itu INOTEK dan Orbit Future Academy juga peduli terhadap kesetaraan gender melalui program pemberdayaan wirausaha wanita atau Women Technopreneur Indonesia dalam sub Program STSP.
“Kita mempunyai target program pemberdayaan entrepreneur wanita sebanyak 30% dari pencapaian STSP selama 3 tahun, jadi kita membuat suatu sub program Women Technopreneur Indonesia yang dimulai sejak awal implementasi program. Kita berharap nota kesepahaman ini menjadi kekuatan tersendiri dalam menjalankan program STSP yang secara kolaboratif memberi dukungan, pembinaan, pendampingan, fasilitasi kewirausahaan bagi teknopreneur agar mampu menghasilkan produk inovasi,” ujar Ilham A Habibie.
Lihat Juga: Mendikti Sains dan Teknologi Satryo Soemantri Brodjonegoro Lakukan Perbaikan secara Perlahan
(mpw)