Bantu Olah Air Bersih, ITS Aplikasikan Proses Reverse-Osmosis Membrane
loading...
A
A
A
JAKARTA - Masih sering ditemuinya air sumur yang mengandung bakteri dan senyawa logam, tentunya cukup mengganggu dalam pemenuhan kebutuhan air bersih di masyarakat. Menindaklanjuti kondisi tersebut, Tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengaplikasikan proses reverse-osmosis membrane sebagai metode penjernihan air untuk kebutuhan air minum.
Tim Abmas yang berada di bawah arahan Prof Dr Fahimah Martak ini mengawali penelitian dengan mencari metode yang cocok untuk pengolahan air minum. Dalam program ini, pengujian kualitas air sumur menjadi hal yang utama. “Selain itu, sampel air untuk pengujian juga berasal dari air kolam Departemen Kimia ITS serta air PDAM yang mengandung kontaminan seperti bakteri E. Coli, senyawa beracun, dan logam berat,” katanya melalui siaran pers, Jumat (23/10). (Baca juga: Luar Biasa! ITS Raih Medali Terbanyak di Ajang Gemastik 2020 )
Guru besar Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Analitika Data ITS tersebut menuturkan bahwa metode yang telah diuji berhasil diselesaikan dan menghasilkan produk berupa air minum sesuai standar baku mutu air minum pada PP Nomor 82 Tahun 2001. Untuk itu, metode tersebut dibuat dalam sebuah rangkaian alat dengan spesifikasi seperti pengolahan air minum pada umumnya sesuai arahan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Rangkaian alat tersebut terdiri dari pemisahan melalui lima rangkaian penyaring (filter) untuk menyaring logam berat, partikel-partikel berukuran mikro, serta menghilangkan bau. Setelah itu, air berpindah ke reaktor ultraviolet yang mampu mematikan mikroba. “Selanjutnya, air dialirkan melalui membran reverse osmosis untuk memurnikan dari kandungan logam, virus, ataupun bakteri,” papar guru besar bidang senyawa kompleks tersebut.
Alat penjernihan air tersebut telah diberikan kepada Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ishlahiyah yang terletak di Desa Pagentan, Kecamatan Singosari, Malang. Hal ini dilakukan dalam upaya pemenuhan kemandirian air minum dan peningkatan ekonomi masyarakat setempat. Untuk itu, sosialisasi mengenai penjernihan air dan cara pengoperasian alat juga diberikan kepada para santri dan pengurus ponpes. (Baca juga: Ini Bocoran Resmi Agar Pengajuan Beasiswa Unggulan Kemendikbud Anda Diterima )
Fahimah mengungkapkan bahwa alat yang telah berhasil dipasang tersebut memiliki sumber air yang langsung terhubung dengan keran air masjid yang bersumber dari air sumur. Ketika keran air dihidupkan, maka air dapat langsung melewati proses pengolahan tanpa perlu ditampung dalam tandon. “Hal ini merupakan langkah efisien untuk pengolahan air minum, sehingga penghuni ponpes dapat langsung meminum air hasil olahannya,” terangnya.
Di balik keberhasilan pengujian, Tim Abmas ITS ini juga telah melalui sejumlah tantangan karena memerlukan waktu sedikit lebih lama dari perkiraan merujuk pada kondisi air yang akan diolah. Hal tersebut menyebabkan perlunya studi literatur mendalam agar menghasilkan metode siap pakai dan produk air minum yang aman. “Pandemi Covid-19 pun menjadikan program yang sudah dijadwalkan sejak bulan Juni lalu ini mengalami perubahan jadwal, sehingga banyak waktu dan tenaga yang dipangkas,” terang Fahimah.
Dengan demikian, Fahimah beserta tim berharap alat pengolahan air hasil penelitian timnya ini menjadikan para santri dapat memanfaatkan air minum tersebut, sehingga mampu menghemat biaya pembelian air minum kemasan. Begitupun dengan masyarakat wilayah setempat, karena alat penjernihan tersebut diletakkan di masjid sehingga dapat dimanfaatkan semua pihak.
Tim Abmas yang berada di bawah arahan Prof Dr Fahimah Martak ini mengawali penelitian dengan mencari metode yang cocok untuk pengolahan air minum. Dalam program ini, pengujian kualitas air sumur menjadi hal yang utama. “Selain itu, sampel air untuk pengujian juga berasal dari air kolam Departemen Kimia ITS serta air PDAM yang mengandung kontaminan seperti bakteri E. Coli, senyawa beracun, dan logam berat,” katanya melalui siaran pers, Jumat (23/10). (Baca juga: Luar Biasa! ITS Raih Medali Terbanyak di Ajang Gemastik 2020 )
Guru besar Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Analitika Data ITS tersebut menuturkan bahwa metode yang telah diuji berhasil diselesaikan dan menghasilkan produk berupa air minum sesuai standar baku mutu air minum pada PP Nomor 82 Tahun 2001. Untuk itu, metode tersebut dibuat dalam sebuah rangkaian alat dengan spesifikasi seperti pengolahan air minum pada umumnya sesuai arahan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Rangkaian alat tersebut terdiri dari pemisahan melalui lima rangkaian penyaring (filter) untuk menyaring logam berat, partikel-partikel berukuran mikro, serta menghilangkan bau. Setelah itu, air berpindah ke reaktor ultraviolet yang mampu mematikan mikroba. “Selanjutnya, air dialirkan melalui membran reverse osmosis untuk memurnikan dari kandungan logam, virus, ataupun bakteri,” papar guru besar bidang senyawa kompleks tersebut.
Alat penjernihan air tersebut telah diberikan kepada Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ishlahiyah yang terletak di Desa Pagentan, Kecamatan Singosari, Malang. Hal ini dilakukan dalam upaya pemenuhan kemandirian air minum dan peningkatan ekonomi masyarakat setempat. Untuk itu, sosialisasi mengenai penjernihan air dan cara pengoperasian alat juga diberikan kepada para santri dan pengurus ponpes. (Baca juga: Ini Bocoran Resmi Agar Pengajuan Beasiswa Unggulan Kemendikbud Anda Diterima )
Fahimah mengungkapkan bahwa alat yang telah berhasil dipasang tersebut memiliki sumber air yang langsung terhubung dengan keran air masjid yang bersumber dari air sumur. Ketika keran air dihidupkan, maka air dapat langsung melewati proses pengolahan tanpa perlu ditampung dalam tandon. “Hal ini merupakan langkah efisien untuk pengolahan air minum, sehingga penghuni ponpes dapat langsung meminum air hasil olahannya,” terangnya.
Di balik keberhasilan pengujian, Tim Abmas ITS ini juga telah melalui sejumlah tantangan karena memerlukan waktu sedikit lebih lama dari perkiraan merujuk pada kondisi air yang akan diolah. Hal tersebut menyebabkan perlunya studi literatur mendalam agar menghasilkan metode siap pakai dan produk air minum yang aman. “Pandemi Covid-19 pun menjadikan program yang sudah dijadwalkan sejak bulan Juni lalu ini mengalami perubahan jadwal, sehingga banyak waktu dan tenaga yang dipangkas,” terang Fahimah.
Dengan demikian, Fahimah beserta tim berharap alat pengolahan air hasil penelitian timnya ini menjadikan para santri dapat memanfaatkan air minum tersebut, sehingga mampu menghemat biaya pembelian air minum kemasan. Begitupun dengan masyarakat wilayah setempat, karena alat penjernihan tersebut diletakkan di masjid sehingga dapat dimanfaatkan semua pihak.
(mpw)