Hasil Penelitian, Mahasiswa Generasi Z Lemah Literasi Informasi dan Digital
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perkembangan teknologi digital saat ini, mau tidak mau menuntut literasi informasi menggunakan media digital. Penggunaan media digital sebagai sarana pencarian informasi dilakukan oleh generasi muda yang masuk kategori native digital.
Namun, ada temuan menarik dari riset yang dilakukan oleh Dr. Lestari Nurhajati dari Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR Jakarta dan Dr. Frida Kusumastuti dari Universitas Muhammadiyah Malang pada kelompok mahasiswa baru 2020, yang merupakan kelompok Generasi Z.
Kedua peneliti ini menemukan bahwa cara pencarian informasi di kalangan mahasiswa baru tidak banyak berubah seperti saat mereka sekolah menengah. Saat mereka menggunakan buku sebagai sumber informasi, generasi Z ini memilih hanya berdasarkan judul buku. Tidak melihat siapa nama pengarang dan kredibilitas pengarangnya. (Baca juga: Rancang Aplikasi Go-Elderly, 6 Mahasiswa UI Juarai Kompetisi Internasional )
Begitupula dalam mencari informasi di media digital. Mereka juga tidak melihat kredibilitas sumber informasi, melainkan hanya melihat topik yang dibutuhkan saja. Kalaupun ada yang memilih informasi atau pesan dari influencer, mereka merasa cukup melihat kredibilitas influencer dari reputasinya yang tidak mengendors barang KW bukan soal kepakaran influencer.
"Hal ini menunjukkan kurangnya daya kritis di kalangan mereka, sebagai salah satu kompetensi literasi. Tantangan terbesar yang dihadapi para mahasiswa baru ini adalah pengembangan kemampuan berpikir kritisnya,” kata Frida Kusumastuti saat pemaparan hasil penelitian dalam seminar nasional 'Sejarah Gerakan, Peta, dan Paradigma Literasi Indonesia: Perkembangan dan Pencapaian' via daring, Selasa (27/10/2020). (Baca juga: Mahasiswa FTUI Raih Juara Tiga Dunia di Kompetisi Metal Cup 2020 )
Seminar nasional yang diikuti lebih dari 300 peserta dengan 65 paper terpilih, diselenggarakan oleh Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) bersama Komunitas Taman Baca dan didukung oleh Perpustakaan Nasional (26-27/10).
Pada kesempatan yang sama, Ketua Tim Peneliti Lestari Nurhajati, juga memaparkan hasil penelitian yang berjudul “Potensi Generasi Z dalam Pencapaian Lietrasi Informasi dan Literasi Digital di Indonesia”. Dia menggarisbawahi bahwa pemahaman dan konsep literasi informasi dan literasi digital seringkali seolah dipisahkan demikian rupa. "Mestinya di masa kini, literasi digital merupakan langkah besar untuk menyatukan semua gerakan literasi pada Generasi Z," terang Lestari.
Analisis tersebut diperkuat dengan hasil penelusuran menggunakan teknik big data analysis Talkwalker.com, tentang perbincangan digital literasi dan digital informasi. Dalam seminggu awal Oktober 2020, perbincangan tentang literasi digital maupun literasi informasi dimonopoli oleh generasi muda usia 18-24 tahun. (Baca juga: Rektor IPB:Ketahanan Keluarga Faktor Penting Hadapi Pandemi Covid-19 )
“Dari data olahan tampak jelas bahwa gen Z inilah yang dominan menjadi pelaku dari proses literasi informasi dan literasi digital ini,” kata dosen dari Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR Jakarta tersebut.
Namun, ada temuan menarik dari riset yang dilakukan oleh Dr. Lestari Nurhajati dari Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR Jakarta dan Dr. Frida Kusumastuti dari Universitas Muhammadiyah Malang pada kelompok mahasiswa baru 2020, yang merupakan kelompok Generasi Z.
Kedua peneliti ini menemukan bahwa cara pencarian informasi di kalangan mahasiswa baru tidak banyak berubah seperti saat mereka sekolah menengah. Saat mereka menggunakan buku sebagai sumber informasi, generasi Z ini memilih hanya berdasarkan judul buku. Tidak melihat siapa nama pengarang dan kredibilitas pengarangnya. (Baca juga: Rancang Aplikasi Go-Elderly, 6 Mahasiswa UI Juarai Kompetisi Internasional )
Begitupula dalam mencari informasi di media digital. Mereka juga tidak melihat kredibilitas sumber informasi, melainkan hanya melihat topik yang dibutuhkan saja. Kalaupun ada yang memilih informasi atau pesan dari influencer, mereka merasa cukup melihat kredibilitas influencer dari reputasinya yang tidak mengendors barang KW bukan soal kepakaran influencer.
"Hal ini menunjukkan kurangnya daya kritis di kalangan mereka, sebagai salah satu kompetensi literasi. Tantangan terbesar yang dihadapi para mahasiswa baru ini adalah pengembangan kemampuan berpikir kritisnya,” kata Frida Kusumastuti saat pemaparan hasil penelitian dalam seminar nasional 'Sejarah Gerakan, Peta, dan Paradigma Literasi Indonesia: Perkembangan dan Pencapaian' via daring, Selasa (27/10/2020). (Baca juga: Mahasiswa FTUI Raih Juara Tiga Dunia di Kompetisi Metal Cup 2020 )
Seminar nasional yang diikuti lebih dari 300 peserta dengan 65 paper terpilih, diselenggarakan oleh Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) bersama Komunitas Taman Baca dan didukung oleh Perpustakaan Nasional (26-27/10).
Pada kesempatan yang sama, Ketua Tim Peneliti Lestari Nurhajati, juga memaparkan hasil penelitian yang berjudul “Potensi Generasi Z dalam Pencapaian Lietrasi Informasi dan Literasi Digital di Indonesia”. Dia menggarisbawahi bahwa pemahaman dan konsep literasi informasi dan literasi digital seringkali seolah dipisahkan demikian rupa. "Mestinya di masa kini, literasi digital merupakan langkah besar untuk menyatukan semua gerakan literasi pada Generasi Z," terang Lestari.
Analisis tersebut diperkuat dengan hasil penelusuran menggunakan teknik big data analysis Talkwalker.com, tentang perbincangan digital literasi dan digital informasi. Dalam seminggu awal Oktober 2020, perbincangan tentang literasi digital maupun literasi informasi dimonopoli oleh generasi muda usia 18-24 tahun. (Baca juga: Rektor IPB:Ketahanan Keluarga Faktor Penting Hadapi Pandemi Covid-19 )
“Dari data olahan tampak jelas bahwa gen Z inilah yang dominan menjadi pelaku dari proses literasi informasi dan literasi digital ini,” kata dosen dari Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR Jakarta tersebut.
(mpw)