Banyak Dikomplain, Lulusan Vokasi Kurang Tahan Hadapi Tekanan Kerja
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Jendral Pendidikan Vokasi , Wikan Sakarinto menegaskan meskipun lulusan Sekolah Vokasi UGM terserap lapangan kerja, tetapi fakta nasional menunjukkan lulusan vokasi secara umum banyak mendapat komplain dari perusahaan-perusahaan. Mereka dinilai masih kurang tahan menghadapi tekanan dalam dunia kerja.
Selain itu, mereka juga dinilai kurang dapat bekerja sama dan kurang dapat berkomunikasi dengan baik secara lisan ataupun tulisan. Tidak sedikit dari lulusan vokasi secara nasional kurang dalam hal inisiatif. (Baca juga: Juarai Asia Pasifik, ITB Melaju ke Final Huawei ICT Competition Tingkat Dunia )
“Jadi, kalau tidak disuruh tidak jalan dan mudah bosan. Itulah komplain yang datang dari dunia industri. Karenanya jika soft skill kuat, kita yakin ia akan belajar secara mandiri. Perlu sentuh karakter terdalam dari mahasiswa vokasi sebagai value maka dengan sendirinya akan menumbuhkan soft skill dan pada akhirnya juga pada hard skillnya," kata Wikan saat menjadi pembicara pada puncak Dies ke 11 Sekolah Vokasi UGM, Selasa (28/10).
Menurutnya, selengkap apapun gedung dan fasilitas yang dimiliki, sementara kurikulum tidak bisa menjamin soft skill menguat maka semua akan percuma. Oleh karena itu, 80 persen tenaga pengajar Sekolah Vokasi saat ini harus merubah mindset.
Wikan menyebut soft skill menjadi sangat penting, apalagi di era pandemi Covid-19 saat ini. Akibat pandemi Covid-19 banyak perusahaan tidak bisa menyerap lulusan maka kewirausahaan menjadi jawaban. (Baca juga: Tim ITS Sukses Tempati Juara Umum III Satria Data 2020 )
“Berbicara kewirausahaan maka sebetulnya berbicara soft skill yang paling relevan yaitu kemampuan berkomunikasi, presentasi, kemampuan menerima perbedaan, kemampuan dalam team work, kemampuan berbahasa asing dan lain-lain dan yang terpenting juga soal kejujuran dan integritas," terangnya.
Soal soft skill ini, kata Wikan, menjadi kebijakan utama pendidikan vokasi di Indonesia. Penekanan pada soft skill ini, disebutnya, akan menjadi warna permendikbud Sekolah Vokasi mendatang terkait merdeka belajar.
“Untuk lulusan Sekolah Vokasi UGM, dengan tracer study hampir 90 persen sangat valid. Lulusan Sekolah Vokasi idealnya tidak hanya hard skill, tapi juga soft skill, bahkan penguasaan soft skill ini jauh lebih penting," ucapnya.
Selain itu, mereka juga dinilai kurang dapat bekerja sama dan kurang dapat berkomunikasi dengan baik secara lisan ataupun tulisan. Tidak sedikit dari lulusan vokasi secara nasional kurang dalam hal inisiatif. (Baca juga: Juarai Asia Pasifik, ITB Melaju ke Final Huawei ICT Competition Tingkat Dunia )
“Jadi, kalau tidak disuruh tidak jalan dan mudah bosan. Itulah komplain yang datang dari dunia industri. Karenanya jika soft skill kuat, kita yakin ia akan belajar secara mandiri. Perlu sentuh karakter terdalam dari mahasiswa vokasi sebagai value maka dengan sendirinya akan menumbuhkan soft skill dan pada akhirnya juga pada hard skillnya," kata Wikan saat menjadi pembicara pada puncak Dies ke 11 Sekolah Vokasi UGM, Selasa (28/10).
Menurutnya, selengkap apapun gedung dan fasilitas yang dimiliki, sementara kurikulum tidak bisa menjamin soft skill menguat maka semua akan percuma. Oleh karena itu, 80 persen tenaga pengajar Sekolah Vokasi saat ini harus merubah mindset.
Wikan menyebut soft skill menjadi sangat penting, apalagi di era pandemi Covid-19 saat ini. Akibat pandemi Covid-19 banyak perusahaan tidak bisa menyerap lulusan maka kewirausahaan menjadi jawaban. (Baca juga: Tim ITS Sukses Tempati Juara Umum III Satria Data 2020 )
“Berbicara kewirausahaan maka sebetulnya berbicara soft skill yang paling relevan yaitu kemampuan berkomunikasi, presentasi, kemampuan menerima perbedaan, kemampuan dalam team work, kemampuan berbahasa asing dan lain-lain dan yang terpenting juga soal kejujuran dan integritas," terangnya.
Soal soft skill ini, kata Wikan, menjadi kebijakan utama pendidikan vokasi di Indonesia. Penekanan pada soft skill ini, disebutnya, akan menjadi warna permendikbud Sekolah Vokasi mendatang terkait merdeka belajar.
“Untuk lulusan Sekolah Vokasi UGM, dengan tracer study hampir 90 persen sangat valid. Lulusan Sekolah Vokasi idealnya tidak hanya hard skill, tapi juga soft skill, bahkan penguasaan soft skill ini jauh lebih penting," ucapnya.
(mpw)