Guru Harus Berperan dalan Membangun Watak, Kompetensi dan Peradaban
loading...
A
A
A
JAKARTA - Guru besar Antropologi UI Imam B Prasojo memandang guru di era perubahan harus mampu membangun watak, membangun kompetensi dan membangun peradaban.
Hal ini disampaikan Imam pada webinar dalam rangka Peringatan Hari Guru Nasional 2020 dengan mengangkat tema Harmoni Organisasi Profesi Guru yang diseselenggarakan Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud.
Webinar ini diikuti oleh 2.000 peserta yang terdiri dari guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan praktisi pendidikan dalam room zoom. “Keberagaman kita sebagai bangsa dan pandemi yang menimpa diharapkan dapat memunculkan kecerdasan guru dalam beradaptasi dan berinovasi,” katanya melalui siaran pers, Jumat (27/11). (Baca juga: Seleksi Guru PPPK, Guru Wajib Terdata di Dapodik )
Bagi Imam, guru itu bukan terbatas pada guru-guru yang ada di Kemendikbud, melainkan guru-guru yang ada di kehidupan, para pegiat Pendidikan maupun komunitas-komunitas yang bergerak di Pendidikan.
Webinar ini juga menghadirkan mantan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Muthia Hatta. Dia menekankan, pendidikan sebagai sarana membangun karakter bangsa. "Bangsa Indonesia jangan sampai menjadi negara yang gamang dikarenakan lemahnya karakter bangsa. Kita harus menjadi tuan ditanah kita sendiri,” ucapnya. (Baca juga: PGRI: Prioritaskan Guru Honorer yang Sudah Mengabdi Lebih dari 15 Tahun )
Sejarah, antropologi, PPKn, Bahasa Indonesia adalah pelajaran-pelajaran penting yang memiliki muatan kebangsaan. Pendidikan karakter oleh guru yang baik membuat Bung Hatta mencintai bangsa dan negaranya. Apa yang diajarkan oleh guru-gurunya pada masa sekolah membuat Bung Hatta dan Bung Karno di kemudian hari ikut memproklamirkan Indonesia.
Sementara Presiden Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Sumardiansyah Perdana Kusuma melihat guru sebagai profesi yang mulia dan terhormat. Dia mengatakan, guru memiliki peranan penting dalam memajukan dunia Pendidikan dan ikut menentukan arah perjalanan bangsa. Guru adalah kurikulum yang sesungguhnya (living curriculum).
Menurut dia, guru bersentuhan langsung dengan peserta didik dan lingkungan. Karena itu dalam pengambilan kebijakan, posisi guru harus diletakan sebagai subjek. (Baca juga: Kejar Usulan Formasi dari Daerah, Kemendikbud akan Intensifkan Sosialisasi )
"Kurikulum, media, metode hanyalah sebatas alat, namun kapasitas guru lahir dan batin menjadi hal fundamental dalam implementasi pemajuan dunia Pendidikan,” imbuhnya.
Dia juga menghimbau agar di tengah masalah Pendidikan yang semakin kompleks, guru harus ikut dalam organisasi profesi agar bisa bersama masyarakat dan pemerintah, gotong royong memperkuat ekosistem Pendidikan.
Lihat Juga: Tegaskan Independensi dan Standar Mutu Pendidikan, Majelis Masyayikh Sosialisasikan UU Pesantren
Hal ini disampaikan Imam pada webinar dalam rangka Peringatan Hari Guru Nasional 2020 dengan mengangkat tema Harmoni Organisasi Profesi Guru yang diseselenggarakan Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud.
Webinar ini diikuti oleh 2.000 peserta yang terdiri dari guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan praktisi pendidikan dalam room zoom. “Keberagaman kita sebagai bangsa dan pandemi yang menimpa diharapkan dapat memunculkan kecerdasan guru dalam beradaptasi dan berinovasi,” katanya melalui siaran pers, Jumat (27/11). (Baca juga: Seleksi Guru PPPK, Guru Wajib Terdata di Dapodik )
Bagi Imam, guru itu bukan terbatas pada guru-guru yang ada di Kemendikbud, melainkan guru-guru yang ada di kehidupan, para pegiat Pendidikan maupun komunitas-komunitas yang bergerak di Pendidikan.
Webinar ini juga menghadirkan mantan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Muthia Hatta. Dia menekankan, pendidikan sebagai sarana membangun karakter bangsa. "Bangsa Indonesia jangan sampai menjadi negara yang gamang dikarenakan lemahnya karakter bangsa. Kita harus menjadi tuan ditanah kita sendiri,” ucapnya. (Baca juga: PGRI: Prioritaskan Guru Honorer yang Sudah Mengabdi Lebih dari 15 Tahun )
Sejarah, antropologi, PPKn, Bahasa Indonesia adalah pelajaran-pelajaran penting yang memiliki muatan kebangsaan. Pendidikan karakter oleh guru yang baik membuat Bung Hatta mencintai bangsa dan negaranya. Apa yang diajarkan oleh guru-gurunya pada masa sekolah membuat Bung Hatta dan Bung Karno di kemudian hari ikut memproklamirkan Indonesia.
Sementara Presiden Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Sumardiansyah Perdana Kusuma melihat guru sebagai profesi yang mulia dan terhormat. Dia mengatakan, guru memiliki peranan penting dalam memajukan dunia Pendidikan dan ikut menentukan arah perjalanan bangsa. Guru adalah kurikulum yang sesungguhnya (living curriculum).
Menurut dia, guru bersentuhan langsung dengan peserta didik dan lingkungan. Karena itu dalam pengambilan kebijakan, posisi guru harus diletakan sebagai subjek. (Baca juga: Kejar Usulan Formasi dari Daerah, Kemendikbud akan Intensifkan Sosialisasi )
"Kurikulum, media, metode hanyalah sebatas alat, namun kapasitas guru lahir dan batin menjadi hal fundamental dalam implementasi pemajuan dunia Pendidikan,” imbuhnya.
Dia juga menghimbau agar di tengah masalah Pendidikan yang semakin kompleks, guru harus ikut dalam organisasi profesi agar bisa bersama masyarakat dan pemerintah, gotong royong memperkuat ekosistem Pendidikan.
Lihat Juga: Tegaskan Independensi dan Standar Mutu Pendidikan, Majelis Masyayikh Sosialisasikan UU Pesantren
(mpw)