Keren, 5 Pelajar Beda Kota Ini Kolaborasi Musik Tanpa Bertemu Fisik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang berlangsung lebih dari satu tahun, membuat jutaan anak-anak tercerabut dari kehidupan sosialnya. Keseharian anak-anak yang biasanya padat aktivitas sekolah, les musik, klub olahraga dan ekstrakurikuler , harus dibatasi. Sebagian aktivitas yang biasa dilakukan tatap muka, terpaksa beralih ke daring dengan mengandalkan penggunaan gawai.
Seiring waktu, sederet masalah pun muncul. Salah satunya, kecanduan gawai . Penggunaan gawai seharusnya selesai saat proses belajar daring berakhir, namun faktanya tak sedikit orang tua yang membiarkan anak berkutat dengan gawai hingga sore bahkan malam hari. Sayangnya, bagi sebagian siswa, gawai tak lagi digunakan mendukung proses pendidikan, namun untuk mengakses konten lainnya, terutama game online.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melakukan survei terhadap 25.000 anak di 34 provinsi terkait waktu penggunaan gawai untuk hal yang tidak terkait proses pendidikan. Hasilnya, sebanyak 36,5% anak menggunakan gawai selama 1 sampai 2 jam untuk hal yang tidak berkaitan dengan pembelajarannya. Sebanyak 34,8% menghabiskan waktu 2 hingga 5 jam dan 25,4% bahkan menggunakan waktu lebih lebih dari 5 jam di luar keperluan sekolah.
Fakta lebih ekstrim terkait dampak penggunaan gawai tanpa pengawasan orang tua, terungkap dari sidak Wakil Gubernur Jawa Barat UU Ruzhanul Ulum di Rumah Sakit Jiwa Cisarua Jawa Barat pada 17 Maret 2021. Dari hasil sidak, terungkap jumlah anak yang dirawat inap maupun rawat jalan akibat kecanduan gawai, meningkat selama pandemi.
Sadar akan fakta mengkhawatirkan tersebut, sebagian orang tua mencari beragam cara mendorong anak-anak lebih produktif mengisi waktu di rumah. Salah satunya bermain musik, bahkan membuat proyek kolaborasi musik. Seperti yang dilakukan oleh Wunderkind, band yang digawangi Aisha (vokal), Tata (bass), Biel (gitar), Vicki (gitar) dan Mika (drum).
Kelima anak usia 9 hingga 11 tahun tersebut, berasal dari kota berbeda dan belum pernah bertemu secara fisik. Namun keterbatasan jarak, tak membuat mereka berhenti membuat karya. Salah satunya dengan mengaransemen ulang lagu It's The Hard Knock Life, soundtrack film drama musikal Annie.
"Anak-anak ini punya kesamaan suka musik, lalu bertemu secara daring dan sepakat membuat kolaborasi musik. Belum pernah ketemu sama sekali, ngobrolnya ya lewat sosial media," kata Ferganata Indra ayah dari Vicki, Sabtu (10/4/2021).
Ya, keterbatasan jarak di tengah pandemi Covid-19, tak seharusnya membuat anak-anak berhenti membuat karya. Kemudahan teknologi menyediakan beragam saluran komunikasi, bahkan untuk menciptakan hal-hal rumit seperti kolaborasi musik.
Seiring waktu, sederet masalah pun muncul. Salah satunya, kecanduan gawai . Penggunaan gawai seharusnya selesai saat proses belajar daring berakhir, namun faktanya tak sedikit orang tua yang membiarkan anak berkutat dengan gawai hingga sore bahkan malam hari. Sayangnya, bagi sebagian siswa, gawai tak lagi digunakan mendukung proses pendidikan, namun untuk mengakses konten lainnya, terutama game online.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melakukan survei terhadap 25.000 anak di 34 provinsi terkait waktu penggunaan gawai untuk hal yang tidak terkait proses pendidikan. Hasilnya, sebanyak 36,5% anak menggunakan gawai selama 1 sampai 2 jam untuk hal yang tidak berkaitan dengan pembelajarannya. Sebanyak 34,8% menghabiskan waktu 2 hingga 5 jam dan 25,4% bahkan menggunakan waktu lebih lebih dari 5 jam di luar keperluan sekolah.
Fakta lebih ekstrim terkait dampak penggunaan gawai tanpa pengawasan orang tua, terungkap dari sidak Wakil Gubernur Jawa Barat UU Ruzhanul Ulum di Rumah Sakit Jiwa Cisarua Jawa Barat pada 17 Maret 2021. Dari hasil sidak, terungkap jumlah anak yang dirawat inap maupun rawat jalan akibat kecanduan gawai, meningkat selama pandemi.
Sadar akan fakta mengkhawatirkan tersebut, sebagian orang tua mencari beragam cara mendorong anak-anak lebih produktif mengisi waktu di rumah. Salah satunya bermain musik, bahkan membuat proyek kolaborasi musik. Seperti yang dilakukan oleh Wunderkind, band yang digawangi Aisha (vokal), Tata (bass), Biel (gitar), Vicki (gitar) dan Mika (drum).
Kelima anak usia 9 hingga 11 tahun tersebut, berasal dari kota berbeda dan belum pernah bertemu secara fisik. Namun keterbatasan jarak, tak membuat mereka berhenti membuat karya. Salah satunya dengan mengaransemen ulang lagu It's The Hard Knock Life, soundtrack film drama musikal Annie.
"Anak-anak ini punya kesamaan suka musik, lalu bertemu secara daring dan sepakat membuat kolaborasi musik. Belum pernah ketemu sama sekali, ngobrolnya ya lewat sosial media," kata Ferganata Indra ayah dari Vicki, Sabtu (10/4/2021).
Ya, keterbatasan jarak di tengah pandemi Covid-19, tak seharusnya membuat anak-anak berhenti membuat karya. Kemudahan teknologi menyediakan beragam saluran komunikasi, bahkan untuk menciptakan hal-hal rumit seperti kolaborasi musik.