Kembangkan Aplikasi Kesehatan, Tim Diaspora Indonesia Sabet Juara 1 di Taiwan
loading...
A
A
A
Selama penjurian, Mr Evan Lim selaku juri sangat menyanjung fitur “Panic Button” yang dikembangkan oleh Tim FINIC yang mana berhasil memecahkan masalah esensial yang ada di masyarakat saat ini.
Kelima anggota FINIC berasal dari sejumlah kota di Indonesia. Yakni, Albert dari Kota Kendal, Jawa Tengah, dengan keahliannya dalam Human-AI Interaction yang berperan sebagai Team Leader dan UX Designer + Engineer.
Berikutnya adalah Ardi dari Kota Sidoarjo, Jawa Timur, dengan keahlian di AI-Enabled Network yang berperan sebagai System Architect. Dilanjut oleh Felix dari Kota Medan dengan keahliannya untuk pengembangan full stack yang berperan sebagai Backend developer.
Kemudian Irfandi dari provinsi Aceh dengan spesialisasi dalam pengembangan bisnis dan pemasaran sebagai Business analyst. Dan yang terakhir Steven dari Sidoarjo, Jawa Tengah, dengan keahlian Deep learning menggunakan model berbasis CNN yang berperan sebagai front-end developer.
Ide awal dari aplikasi ini sendiri muncul dari pengalaman masing-masing anggota FINIC di Taiwan yang sulit dalam menemukan layanan yang baik, dapat diandalkan serta tepat.
Kesulitan dalam menemukan layanan kesehatan inipun juga nyata ketika mereka tidak dapat menemukan satu aplikasi kesehatan yang memudahkan orang asing yang tinggal di Taiwan untuk mencari klinik ataupun layanan kesehatan yang sesuai dengan yang mereka butuhkan.
Dari keresahan tersebut, lahirlah ide aplikasi ini untuk mempermudah akses informasi serta layanan yang terkait dengan kebutuhan perawatan kesehatan pengguna.
Berawal dari permasalahan yang mereka alami selama studi di Taiwan, FINIC mengadakan wawancara dan penelitian lebih dalam mengenai hal ini. Hasil dari survey yang mereka lakukan menemukan bahwa keresahan inipun adalah keresahan-keresahan yang umum dirasakan oleh orang asing yang menetap di Taiwan.
Menurut statistik sendiri, orang asing yang menetap di Taiwan untuk berbagai keperluan seperti studi dan bekerja pun dapat mencapai 1 juta penduduk. Kendala Bahasa adalah faktor utama dari keresahan tersebut. Namun, keresahan inipun merambah ke masalah-masalah lain seperti sulitnya mencari klinik atau dokter yang tepat sesuai dengan gejala yang dirasakan, atau sulitnya mengkonsultasikan gejala-gejala tersebut kepada dokter atau awak medis yang dapat berakibat fatal.
False diagnosis serta kebutuhan akan bantuan darurat tanpa ada orang di sekitarnya yang mampu berkomunikasi dengan Bahasa inggris pun menjadi faktor-faktor keresahan yang dipertimbangkan kelima anggota FINIC.
Sebuah aplikasi layanan satu atap bernama FINIC kemudian dikembangkan untuk mengatasi masalah ini. Fitur pertama adalah halaman registrasi dan tentang saya, dimana pengguna harus mendaftar menggunakan akun LINE mereka, menyatakan kemampuan bahasa mereka, ID mereka, dan sebagainya.
Kelima anggota FINIC berasal dari sejumlah kota di Indonesia. Yakni, Albert dari Kota Kendal, Jawa Tengah, dengan keahliannya dalam Human-AI Interaction yang berperan sebagai Team Leader dan UX Designer + Engineer.
Berikutnya adalah Ardi dari Kota Sidoarjo, Jawa Timur, dengan keahlian di AI-Enabled Network yang berperan sebagai System Architect. Dilanjut oleh Felix dari Kota Medan dengan keahliannya untuk pengembangan full stack yang berperan sebagai Backend developer.
Kemudian Irfandi dari provinsi Aceh dengan spesialisasi dalam pengembangan bisnis dan pemasaran sebagai Business analyst. Dan yang terakhir Steven dari Sidoarjo, Jawa Tengah, dengan keahlian Deep learning menggunakan model berbasis CNN yang berperan sebagai front-end developer.
Ide awal dari aplikasi ini sendiri muncul dari pengalaman masing-masing anggota FINIC di Taiwan yang sulit dalam menemukan layanan yang baik, dapat diandalkan serta tepat.
Kesulitan dalam menemukan layanan kesehatan inipun juga nyata ketika mereka tidak dapat menemukan satu aplikasi kesehatan yang memudahkan orang asing yang tinggal di Taiwan untuk mencari klinik ataupun layanan kesehatan yang sesuai dengan yang mereka butuhkan.
Dari keresahan tersebut, lahirlah ide aplikasi ini untuk mempermudah akses informasi serta layanan yang terkait dengan kebutuhan perawatan kesehatan pengguna.
Berawal dari permasalahan yang mereka alami selama studi di Taiwan, FINIC mengadakan wawancara dan penelitian lebih dalam mengenai hal ini. Hasil dari survey yang mereka lakukan menemukan bahwa keresahan inipun adalah keresahan-keresahan yang umum dirasakan oleh orang asing yang menetap di Taiwan.
Menurut statistik sendiri, orang asing yang menetap di Taiwan untuk berbagai keperluan seperti studi dan bekerja pun dapat mencapai 1 juta penduduk. Kendala Bahasa adalah faktor utama dari keresahan tersebut. Namun, keresahan inipun merambah ke masalah-masalah lain seperti sulitnya mencari klinik atau dokter yang tepat sesuai dengan gejala yang dirasakan, atau sulitnya mengkonsultasikan gejala-gejala tersebut kepada dokter atau awak medis yang dapat berakibat fatal.
False diagnosis serta kebutuhan akan bantuan darurat tanpa ada orang di sekitarnya yang mampu berkomunikasi dengan Bahasa inggris pun menjadi faktor-faktor keresahan yang dipertimbangkan kelima anggota FINIC.
Sebuah aplikasi layanan satu atap bernama FINIC kemudian dikembangkan untuk mengatasi masalah ini. Fitur pertama adalah halaman registrasi dan tentang saya, dimana pengguna harus mendaftar menggunakan akun LINE mereka, menyatakan kemampuan bahasa mereka, ID mereka, dan sebagainya.