Respons Kemajuan Teknologi, RMI-AWS Kolaborasi Cetak Talenta Digital Para Santri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU dan Amazon Web Services (AWS) Indonesia kolaborasi menyelenggarakan program Laptop for Builders. Kerja sama ini merupakan hasil dari buah pemikiran RMI-AWS bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau yang disebut dengan revolusi industri 4.0 harus direspons oleh kalangan Pesantren dengan bertransformasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.
Bentuk program ini adalah webinar dan pelatihan-pelatihan bagi Santri yang terbagi dalam kelompok Master Trainer dan Teachers. Program ini diikuti oleh 20 Pesantren yang masing-masing mengirimkan 1 Master Trainer dan 4 Teachers.
Program yang telah berjalan sejak Desember 2020 ini sudah menyelesaikan materi pelatihan berupa pembuatan website, pembuatan aplikasi android, cloud computing 101, cloud literacy (inventor), AWS cloud basic, data scientist dan materi lainnya. Semua program pelatihan tersebut menggunakan sistem AWS service dan AWS educate K-12.
"Santri diharapkan tidak hanya ahli dalam ilmu agama, menjadi penerus para Ulama, dan penjaga moral tapi lebih dari itu yakni memiliki karakter dan life skill dalam merespon kemajuan teknologi. Karena itu, kita perlu serius mempersiapkan para santri memiliki kompetensi esensial yang diperlukan santri di masa mendatang,” kata Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU, KH. Abdul Ghaffar Rozin dalam keterangan pers, Minggu (11/7/2021).
Abdul Ghaffar mengatakan, output dengan diberikannya materi-materi dari program ini adalah agar supaya santri dapat mengenal dasar dari teknologi cloud computing. Kemudian para santri juga didorong agar belajar secara mandiri dengan fasilitas yang sudah diberikan baik berupa laptop maupun akses gratis melalui AWS educate tentang teknologi cloud computing.
Harapannya, lanjut dia, program ini memberi manfaat kepada santri khususnya dan untuk pesantren dan umat Islam pada umumnya dalam pemanfaatan teknologi. Target dari program ini adalah santri mampu membuat website secara mandiri, website untuk informasi, pengembangan dakwah dan publikasi ilmu-ilmu khas pesantren dan dalam jangka panjang santri dapat berkontribusi lebih luas dalam industri startup di Indonesia.
"Digitalisasi di pesantren untuk saat ini merupakan tuntutan, maka yang harus membangun digital sistem di pesantren, baik jaringan maupun sistem data harus dari santri sendiri bukan orang luar pesantren karena ini terkait dengan keamanan siber. Karena itu, kita perlu serius mempersiapkan para santri memiliki kompetensi esensial yang diperlukan santri di masa mendatang," harapnya.
20 Pesantren peserta dalam program ini di antaranya Pesantren Al-Burdah, Pesantren Aswaja Nusantara, Pesantren Annur Garut, Pesantren Rodlotul Mubtadi’in, Pesantren Mambaus Sholihin Suci, Pesantren Nuril Anwar Maron, Pesantren Al-Iman, Pesantren Maunah, Pesantren Darussalam Subah, Pesantren Maslakul Huda, Pesantren Qothrotul Falah, Pesantren Al-Badi’iyah, Pesantren Darunnajaah, Pesantren Ekonomi Darul Ukhwah, Pesantren Langitan, Pesantren Darul Ulum Poncol, Pesantren Tremas, Pesantren Luhur Ats-Tsaqafah, Pesantren Fathurrabbaniy, dan Pesantren Sanam.
Bentuk program ini adalah webinar dan pelatihan-pelatihan bagi Santri yang terbagi dalam kelompok Master Trainer dan Teachers. Program ini diikuti oleh 20 Pesantren yang masing-masing mengirimkan 1 Master Trainer dan 4 Teachers.
Program yang telah berjalan sejak Desember 2020 ini sudah menyelesaikan materi pelatihan berupa pembuatan website, pembuatan aplikasi android, cloud computing 101, cloud literacy (inventor), AWS cloud basic, data scientist dan materi lainnya. Semua program pelatihan tersebut menggunakan sistem AWS service dan AWS educate K-12.
"Santri diharapkan tidak hanya ahli dalam ilmu agama, menjadi penerus para Ulama, dan penjaga moral tapi lebih dari itu yakni memiliki karakter dan life skill dalam merespon kemajuan teknologi. Karena itu, kita perlu serius mempersiapkan para santri memiliki kompetensi esensial yang diperlukan santri di masa mendatang,” kata Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU, KH. Abdul Ghaffar Rozin dalam keterangan pers, Minggu (11/7/2021).
Abdul Ghaffar mengatakan, output dengan diberikannya materi-materi dari program ini adalah agar supaya santri dapat mengenal dasar dari teknologi cloud computing. Kemudian para santri juga didorong agar belajar secara mandiri dengan fasilitas yang sudah diberikan baik berupa laptop maupun akses gratis melalui AWS educate tentang teknologi cloud computing.
Harapannya, lanjut dia, program ini memberi manfaat kepada santri khususnya dan untuk pesantren dan umat Islam pada umumnya dalam pemanfaatan teknologi. Target dari program ini adalah santri mampu membuat website secara mandiri, website untuk informasi, pengembangan dakwah dan publikasi ilmu-ilmu khas pesantren dan dalam jangka panjang santri dapat berkontribusi lebih luas dalam industri startup di Indonesia.
"Digitalisasi di pesantren untuk saat ini merupakan tuntutan, maka yang harus membangun digital sistem di pesantren, baik jaringan maupun sistem data harus dari santri sendiri bukan orang luar pesantren karena ini terkait dengan keamanan siber. Karena itu, kita perlu serius mempersiapkan para santri memiliki kompetensi esensial yang diperlukan santri di masa mendatang," harapnya.
20 Pesantren peserta dalam program ini di antaranya Pesantren Al-Burdah, Pesantren Aswaja Nusantara, Pesantren Annur Garut, Pesantren Rodlotul Mubtadi’in, Pesantren Mambaus Sholihin Suci, Pesantren Nuril Anwar Maron, Pesantren Al-Iman, Pesantren Maunah, Pesantren Darussalam Subah, Pesantren Maslakul Huda, Pesantren Qothrotul Falah, Pesantren Al-Badi’iyah, Pesantren Darunnajaah, Pesantren Ekonomi Darul Ukhwah, Pesantren Langitan, Pesantren Darul Ulum Poncol, Pesantren Tremas, Pesantren Luhur Ats-Tsaqafah, Pesantren Fathurrabbaniy, dan Pesantren Sanam.