Pakar Mikrobiologi UEU: 228 Juta Warga Harus Divaksin Jika Ingin Capai Herd Immunity

Kamis, 19 Agustus 2021 - 12:49 WIB
loading...
A A A
Walaupun pertambahan kasus harian COVID-19 sudah mulai memperlihatkan penurunan pada minggu ini dibandingkan dengan minggu-minggu sebelumnya, namun masih tingginya angka BOR ini dapat berdampak pada masih sulitnya penderita COVID-19 untuk mendapatkan perawatan yang memadai di rumah sakit.

Sehingga masih banyak pasien COVID-19 bergejala sedang atau berat terpaksa melakukan isolasi mandiri di rumah dan tidak memperoleh penanganan dan perawatan yang memadai”, paparnya.

“Saat ini, menurut data Kementerian Kesehatan laju penularan COVID-19 mengalami pergeseran ke luar Jawa-Bali. Beberapa wilayah mengalami kenaikan drastis kasus COVID-19 hingga mencapai 270,4 persen dalam sebulan, pada 9 Juli-8 Agustus 2021. Kenaikan tertinggi terjadi di Sulawesi sebesar 516,2 persen, Nusa Tenggara 395,7 persen, Kalimantan 324,3 persen, Sumatera 209,5 persen, serta Maluku dan Papua 159,1 persen,” terangnya.

“Peningkatan kasus corona di luar Jawa-Bali perlu diwaspadai mengingat hingga 8 Agustus 2021, ada 13 provinsi di luar Jawa yang tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit untuk penanganan COVID-19 masih di atas 60 persen”, lanjutnya.

Butuh Dukungan Semua Pihak
Sehubungan dengan masih tingginya kasus COVID-19 Indonesia, Prof. Maksum menyarankan bahwa sangat diperlukan dukungan, kerja sama, dan peran serta masyarakat luas termasuk para tokoh agama guna bahu-membahu untuk menanggulangi badai COVID-19 ini secara maksimal. "Dengan saling mendukung dan bekerja sama, insya Allah kita akan dapat keluar dari masalah kemanusiaan di negeri ini," tambahnya.

Hal yang harus dilakukan guna menurunkan tingginya kasus COVID-19 di Indonesia, menurut Maksum yakni pertama Indonesia perlu menaikkan jumlah pemeriksaan spesimen (testing), dan pelacakan kontak erat (tracing) harian untuk melacak orang-orang yang positif, disamping melakukan pembatasan kegiatan masyarakat.

“Saat ini, angka testing di Indonesia masih jauh dari ideal. Indonesia perlu menaikkan testing sekitar 500 ribu hingga 1 juta per-hari. Selain meningkatkan program 3 T (Testing, Tracing, dan Treatment) perlu terus meningkatkan genomic survaillance untuk antisipasi adanya penyebaran varian baru SARS-COV-2 di Indonesia,” jelasnya.

Hal kedua yang dapat dilakukan yakni meningkatkan kecepatan vaksinasi massal. Menurut data https://www.bloomberg.com/ tanggal 12 Agustus 2021, Indonesia baru melakukan vaksinasi sebanyak 19.5 persen vaksinasi dosis pertama dan 9.6 persen vaksinasi dosis kedua. Hal ini berarti vaksinasi dengan dosis lengkap baru mencapai sekitar 10 persen dari target vaksinasi di Indonesia.

“Dengan kecepatan rerata vaksinasi di Indonesia 1.010.082 dosis per-hari, maka diprediksi membutuhkan waktu sekitar 11 bulan lagi guna mencapai 75 persen cakupan vaksinasi COVID-19. Oleh sebab itu Indonesia perlu meningkatkan vaksinasinya minimal 2-3 kali lipat dari angka rerata saat ini guna mencapai herd immunity sesuai dengan target pemerintah yaitu pada bulan April 2022 mendatang,” imbuhnya.

Diakhir, Maksum menyimpulkan sejumlah upaya tersebut tentunya harus didukung oleh sejumlah pihak baik dari pemerintah, pelaku kesehatan, organisasi sosial, industri, dan masyarakat umum guna mencapai kondisi herd immunity di Indonesia.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1622 seconds (0.1#10.140)