Akademisi: Bangkitkan Nilai dan Makna Pancasila bagi Generasi Milenial

Sabtu, 02 Oktober 2021 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Dia melihat, pancasila bisa dijadikan salah satu sarana untuk menjelaskan kepada generasi milenial maupun generasi Z, tentang pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan serta menghormati kebhinekaan. Dia mencontohkan, saat dirinya lahir sudah berbeda-beda, baik dari latar belakang suku dan budaya.

Menurutnya, saat ini yang menjadi PR bersama adalah bagaimana cara menjelaskan kepada generasi milenial dan generasi Z itu sendiri. Pertama tentang manfaat dari pancasila. Manfaat pancasila berdasarkan pemahamannya adalah menyatukan elemen bangsa yang berbeda-beda. Supaya punya dasar yang jelas dalam berbangsa dan bernegara.

Sebenarnya, kata dia, nilai-nilai pancasila lebih detailnya ada di butir-butir. Butir-butir inilah yang seharusnya dijelaskan oleh para politikus maupun pejabat negara yang selama ini memiliki konsen menjalaskan pancasila kepada publik. Misalnya butir tentang saling menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama. Ini kan diwujudkan dalam bentuk Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB).

Kemudian saling toleransi dalam menjalankan ibadah masing-masing. Ini sebenarnya luhur sekali nilainya. Tetapi, ketika ada postingan di media sosial, yang memposting hal yang kurang positif atau berlebihan, maka toleransinya terancam. "Jadi kebablasan, toleransinya jadi hilang. Ada orang yang memposting sesuatu, menyinggung agama Islam misalanya, agama Kristen, agama Hindu atau Budha. Hal-hal inilah yang harus segera diantisipasi oleh para tokoh dan pengelola negara kita,” paparnya.

Termasuk cara-cara berkomunikasi atau adab berkomunikasi ke publik pun harus diatur supaya tidak saling menyinggung. Sebab, kalau saling menyinggung maka butir-butir pancasila yang bunyinya saling toleransi dalam menjalankan ibadan masing-masing ini jadi rusak.

“Saya ambil contoh di Bali. Ada umat beragama di Bali yang sedang beribadah dengan melempar bunga ke dewa. Kemudian ada pemeluk agama lainnya yang berkometar ‘ngawur dan sirik’ misalnya. Komentar-komentar seperti itu tidak boleh karena akan menimbulkan konflik dan perpecahan antar agama,” jelasnya.
(mpw)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1262 seconds (0.1#10.140)