Hadapi Tantangan Dunia, Ratusan Ilmuwan Dalam dan Luar Negeri Bersatu
loading...
A
A
A
Narasumber berikutnya adalah Yonathan Audhitya S., dari PT Siemens Healthineers Indonesia dengan topik ‘The Current and Future of Medical Technology’. Sedangkan topik ‘The Path to be a Biomedical Engineer’ dijelaskan oleh Nemuel Daniel Pah, Ph.D., dosen Program Biomedical Engineering Prodi Teknik Elektro Ubaya. Webinar ini dipandu langsung oleh Iman Dwi Hartanto dari Suara Surabaya FM selaku moderator.
Prof. Dinesh K. Kumar memaparkan, engineering adalah salah satu pengaruh utama yang membentuk kehidupan di masyarakat. Seorang engineer tidak hanya bekerja dengan mesin, desain dan elektronik. Namun, juga menggunakan matematika dan sains untuk memberikan inovasi serta menciptakan penemuan untuk membantu masyarakat dalam menjalani aktivitas sehari-hari dan bekerja.
“Kesuksesan suatu masyarakat didasarkan pada kesehatan dan kualitas hidup warganya. Itulah yang dapat diberikan oleh biomedical engineering,” terangnya.
Adanya kebutuhan ilmu teknik di bidang kesehatan juga disampaikan langsung oleh dr. Jordan Bakhriansyah. Menurutnya, hadirnya biomedical engineering tentu akan membantu mempermudah tenaga kesehatan khususnya dokter dalam melayani pasien melalui peralatan medis yang dibuat atau diciptakan.
Saat ini, kata dia, banyak masyarakat yang ingin mempunyai dokter pribadi yang dapat memantau kesehatan kapan saja dan dimana saja. Hal tersebut semakin dipermudah dengan adanya teknologi wearable devices yang bisa dibuat oleh biomedical engineering untuk menunjukkan kondisi kesehatan seseorang secara real time.
“Jaman sekarang tidak bisa dokter seorang diri, kita semua adalah tim dan equal. Kami juga membutuhkan peran biomedical engineering dalam membantu menangani pasien lebih baik. Jadi jangan dilupakan bahwa teknologi itu ada untuk membantu kita menjadi lebih bahagia, bukan beban,” ungkap dr. Jordan Bakhriansyah.
Disamping itu, Yonathan Audhitya menekankan bahwa hadirnya teknologi tidak menggantikan peran seorang dokter. Sekarang semua peralatan imaging seperti MRI, CT-scan, USG dan sebagainya sudah dibalut secara digital. Tujuannya untuk memberikan informasi decision making bagi seorang dokter.
Misalnya, pada kasus radiologi maka seorang engineer dapat membantu dokter membacakan hasil gambar secara sistem dengan bantuan AI (Artificial Intelligence). Bantuan AI yang dibuat seorang engineer biasanya ada pada tahapan untuk mencari tahu apa penyebab penyakit pasien dan tindakan apa yang harus dilakukan.
“AI berperan untuk membantu dokter dalam mengambil sebuah keputusan. Bukan AI menggantikan dokter, AI hanya membantu pekerjaan dokter karena yang menulis riwayat pasien dan mengonfirmasi betul atau tidak hasil AI adalah dokter. Jadi tujuan akhir biomedical engineer jika dirangkum menjadi dua kata yaitu improve healthcare,” jelasnya.
Sedangkan Nemuel Daniel Pah dalam webinar mengungkapkan kualitas pelayanan kesehatan tergantung pada dokter yang baik dan berkulitas serta teknologi pendukung yang memadai. Oleh karena itu, peran engineer tidak bisa dianggap remeh. Biomedical engineer menjadi partner yang dekat dengan praktisi medis untuk menunjang melakukan praktik kesehatan lebih baik kepada pasien.
Prof. Dinesh K. Kumar memaparkan, engineering adalah salah satu pengaruh utama yang membentuk kehidupan di masyarakat. Seorang engineer tidak hanya bekerja dengan mesin, desain dan elektronik. Namun, juga menggunakan matematika dan sains untuk memberikan inovasi serta menciptakan penemuan untuk membantu masyarakat dalam menjalani aktivitas sehari-hari dan bekerja.
“Kesuksesan suatu masyarakat didasarkan pada kesehatan dan kualitas hidup warganya. Itulah yang dapat diberikan oleh biomedical engineering,” terangnya.
Adanya kebutuhan ilmu teknik di bidang kesehatan juga disampaikan langsung oleh dr. Jordan Bakhriansyah. Menurutnya, hadirnya biomedical engineering tentu akan membantu mempermudah tenaga kesehatan khususnya dokter dalam melayani pasien melalui peralatan medis yang dibuat atau diciptakan.
Saat ini, kata dia, banyak masyarakat yang ingin mempunyai dokter pribadi yang dapat memantau kesehatan kapan saja dan dimana saja. Hal tersebut semakin dipermudah dengan adanya teknologi wearable devices yang bisa dibuat oleh biomedical engineering untuk menunjukkan kondisi kesehatan seseorang secara real time.
“Jaman sekarang tidak bisa dokter seorang diri, kita semua adalah tim dan equal. Kami juga membutuhkan peran biomedical engineering dalam membantu menangani pasien lebih baik. Jadi jangan dilupakan bahwa teknologi itu ada untuk membantu kita menjadi lebih bahagia, bukan beban,” ungkap dr. Jordan Bakhriansyah.
Disamping itu, Yonathan Audhitya menekankan bahwa hadirnya teknologi tidak menggantikan peran seorang dokter. Sekarang semua peralatan imaging seperti MRI, CT-scan, USG dan sebagainya sudah dibalut secara digital. Tujuannya untuk memberikan informasi decision making bagi seorang dokter.
Misalnya, pada kasus radiologi maka seorang engineer dapat membantu dokter membacakan hasil gambar secara sistem dengan bantuan AI (Artificial Intelligence). Bantuan AI yang dibuat seorang engineer biasanya ada pada tahapan untuk mencari tahu apa penyebab penyakit pasien dan tindakan apa yang harus dilakukan.
“AI berperan untuk membantu dokter dalam mengambil sebuah keputusan. Bukan AI menggantikan dokter, AI hanya membantu pekerjaan dokter karena yang menulis riwayat pasien dan mengonfirmasi betul atau tidak hasil AI adalah dokter. Jadi tujuan akhir biomedical engineer jika dirangkum menjadi dua kata yaitu improve healthcare,” jelasnya.
Sedangkan Nemuel Daniel Pah dalam webinar mengungkapkan kualitas pelayanan kesehatan tergantung pada dokter yang baik dan berkulitas serta teknologi pendukung yang memadai. Oleh karena itu, peran engineer tidak bisa dianggap remeh. Biomedical engineer menjadi partner yang dekat dengan praktisi medis untuk menunjang melakukan praktik kesehatan lebih baik kepada pasien.