Pakar Urologi UI Ini Ungkap Pemicu, Gejala dan Tanda Kanker Prostat pada Pria Dewasa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Berdasarkan sumber Prostate Cancer UK atau pusat lembaga penelitian kanker, bahwa satu dari delapan pria didiagnosis kanker prostat selama masa hidupnya. Bahkan, kasus baru kanker prostat diproyeksikan bertambah sebanyak 24 kali per tahun di Inggris.
Hal tersebut diungkapkan Dokter Spesialis Urologi Dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, Sp.U(K), Ph.D. dalam seminar daring bertajuk 'Deteksi Dini dan Berbagai Penanganan Kanker Prostat', di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), seperti dilansir dari laman resmi UI, Jumat (22/10/2021).
Dalam paparannya, Dr. Agus Rizal menyampaikan bahwa kanker prostat merupakan kasus kedua terbanyak di dunia untuk kanker padat. Oleh karena itu, salah satu yang meng-endorse diadakannya bulan kesadaran kanker prostat sedunia adalah Urology Care Foundation.
"Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran terhadap risiko terjadinya kanker prostat dan dampak jika menderita kanker prostat,” ujarnya.
Tagline kampanye #kenaliprostatmu yang diinisiasi oleh PT Astellas Pharma Indonesia pada 2021, bertujuan mendukung gerakan edukasi awam, agar semakin paham dan mau memeriksakan kesehatan prostat. Pada pria, prostat berfungsi memproduksi cairan semen, ukurannya sebesar kastanye (chestnut).
Ada beberapa faktor risiko yang memicu terjadinya kanker prostat, yaitu usia. Sebagian besar kanker prostat, lebih dari 99% ditemukan pada mereka yang berusia di atas 50 tahun. Menurutnya, ras dan etnis berwarna kulit hitam memiliki risiko lebih tinggi menderita kanker prostat. Sedangkan etnis Asia memiliki risiko lebih rendah menderita kanker prostat.
Tak hanya itu, diet seperti diet rendah serat dan tinggi lemak dianggap memicu peningkatan risiko kanker prostat, dan kebiasaan merokok memicu hampir semua kanker karena bahan kimia dalam asap rokok memasuki aliran darah.
Selain itu, gejala dan tanda-tanda kanker prostat perlu diketahui juga, antara lain sering buang air kecil, pancarannya makin lemah, darah dalam urine, rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil, dan keinginan untuk sering buang air kecil di malam hari.
Dengan adanya simptom dan tanda-tanda tersebut, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai penyakit itu. Dimulai dari tahap wawancara riwayat penyakit yang dirasakan, meraba lubang pelepasan, pemeriksaan antigen spesifik prostat, tahap skrining, tahap konfirmasi dengan biopsi prostat dan pemeriksaan pencitraan.
"Tahap skrining kanker prostat pada pria berusia di atas 50 tahun terutama dengan keluhan gangguan berkemih dan pria berusia di atas 45 tahun dengan riwayat kanker prostat dalam keluarga," jelasnya.
Prof. dr. Chaidir A. Mochtar menyampaikan tentang penanganan kanker prostat, terapi, dan operasi yang harus dilakukan. Penanganan kanker prostat dengan pengawasan aktif melakukan pemeriksaan Prostate-Specific Antigen (PSA) selama 6 bulan, colok lubang pelepasan (12 bulan), dan pemeriksaan radiologi atau pemeriksaan lain sesuai kebutuhan.
Sementara itu, terdapat juga pilihan penanganan kanker prostat, yaitu untuk stadium awal dengan melakukan pengawasan aktif, stadium pertengahan lanjut dengan melakukan terapi radiasi, operasi, terapi hormonal lini pertama, stadium lanjut dengan terapi hormonal lini kedua, kemoterapi, terapi dalam tahap penelitian, radiofarmaka, dan PARP Inhibitor Imunoterapi.
Prof. dr. Chaidir berpesan kepada masyarakat yang memiliki gejala atau tanda-tanda tersebut untuk segera melakukan pemeriksaan agar bisa mengetahui penyakit dan penanganannya.
“Sebaiknya, bila terdiagnosis dengan kanker prostat, konsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis Urologi atau Konsultas Urologi terdekat untuk menentukan pilihan penanganan kanker prostat yang paling sesuai,” katanya.
Hal tersebut diungkapkan Dokter Spesialis Urologi Dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, Sp.U(K), Ph.D. dalam seminar daring bertajuk 'Deteksi Dini dan Berbagai Penanganan Kanker Prostat', di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), seperti dilansir dari laman resmi UI, Jumat (22/10/2021).
Dalam paparannya, Dr. Agus Rizal menyampaikan bahwa kanker prostat merupakan kasus kedua terbanyak di dunia untuk kanker padat. Oleh karena itu, salah satu yang meng-endorse diadakannya bulan kesadaran kanker prostat sedunia adalah Urology Care Foundation.
"Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran terhadap risiko terjadinya kanker prostat dan dampak jika menderita kanker prostat,” ujarnya.
Tagline kampanye #kenaliprostatmu yang diinisiasi oleh PT Astellas Pharma Indonesia pada 2021, bertujuan mendukung gerakan edukasi awam, agar semakin paham dan mau memeriksakan kesehatan prostat. Pada pria, prostat berfungsi memproduksi cairan semen, ukurannya sebesar kastanye (chestnut).
Ada beberapa faktor risiko yang memicu terjadinya kanker prostat, yaitu usia. Sebagian besar kanker prostat, lebih dari 99% ditemukan pada mereka yang berusia di atas 50 tahun. Menurutnya, ras dan etnis berwarna kulit hitam memiliki risiko lebih tinggi menderita kanker prostat. Sedangkan etnis Asia memiliki risiko lebih rendah menderita kanker prostat.
Tak hanya itu, diet seperti diet rendah serat dan tinggi lemak dianggap memicu peningkatan risiko kanker prostat, dan kebiasaan merokok memicu hampir semua kanker karena bahan kimia dalam asap rokok memasuki aliran darah.
Selain itu, gejala dan tanda-tanda kanker prostat perlu diketahui juga, antara lain sering buang air kecil, pancarannya makin lemah, darah dalam urine, rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil, dan keinginan untuk sering buang air kecil di malam hari.
Dengan adanya simptom dan tanda-tanda tersebut, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai penyakit itu. Dimulai dari tahap wawancara riwayat penyakit yang dirasakan, meraba lubang pelepasan, pemeriksaan antigen spesifik prostat, tahap skrining, tahap konfirmasi dengan biopsi prostat dan pemeriksaan pencitraan.
"Tahap skrining kanker prostat pada pria berusia di atas 50 tahun terutama dengan keluhan gangguan berkemih dan pria berusia di atas 45 tahun dengan riwayat kanker prostat dalam keluarga," jelasnya.
Prof. dr. Chaidir A. Mochtar menyampaikan tentang penanganan kanker prostat, terapi, dan operasi yang harus dilakukan. Penanganan kanker prostat dengan pengawasan aktif melakukan pemeriksaan Prostate-Specific Antigen (PSA) selama 6 bulan, colok lubang pelepasan (12 bulan), dan pemeriksaan radiologi atau pemeriksaan lain sesuai kebutuhan.
Sementara itu, terdapat juga pilihan penanganan kanker prostat, yaitu untuk stadium awal dengan melakukan pengawasan aktif, stadium pertengahan lanjut dengan melakukan terapi radiasi, operasi, terapi hormonal lini pertama, stadium lanjut dengan terapi hormonal lini kedua, kemoterapi, terapi dalam tahap penelitian, radiofarmaka, dan PARP Inhibitor Imunoterapi.
Prof. dr. Chaidir berpesan kepada masyarakat yang memiliki gejala atau tanda-tanda tersebut untuk segera melakukan pemeriksaan agar bisa mengetahui penyakit dan penanganannya.
“Sebaiknya, bila terdiagnosis dengan kanker prostat, konsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis Urologi atau Konsultas Urologi terdekat untuk menentukan pilihan penanganan kanker prostat yang paling sesuai,” katanya.
(mpw)