Menginap di Rumah Pegiat Budaya di Toba, Nadiem Antusias Belajar Musik Tradisi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Salah satu komposer yang terlibat dalam Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI): Lake Toba Ethnic Music Festival, Martahan Sihotang terisak-isak ketika pulang dari lokasi FMTI. Dia tak menyangka bertemu Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ( Mendikbudristek ) Nadiem Anwar Makarim di bengkel tempatnya membuat alat-alat musik tradisi.
Martahan Sihotang merupakan penggiat budaya, bersama dengan adiknya Elvrida Sihotang, Martahan menggerakkan kegiatan-kegiatan kesenian seperti pelatihan tari Tor-Tor untuk anak-anak remaja, pembuatan kesenian kerajinan dari bambu untuk para ibu di desanya.
Ikut terharu, Menteri Nadiem sekali lagi memuji penampilan para maestro dan pemuda pemudi di malam puncak FMTI Toba.
Sambil diajarkan Martahan cara bermain alat musik taganing, Menteri Nadiem bertanya kepada Martahan tentang bunyi-bunyian yang ia dengar di acara festival.
“Bunyi-bunyian yang saya dengar di FMTI Toba tadi tidak pernah saya dengar sebelumnya. Sangat cantik dan kental kesakralannya, namun relevan dengan zaman,” katanya melalui siaran pers, Rabu (27/10/2021).
Menurut Mendikbudristek, “Inovasi musik seperti itulah yang saya ingin dengar terus. Perpaduan musik tradisi dengan inovasi di mana sesekali saya mendengar musik hip hop, sesekali musik elektronik. Luar biasa”.
Martahan pun sepakat. Menurutnya, “Musik seperti itu yang akan merangsang anak-anak muda lebih mencintai tradisi”.
Selain belajar alat musik taganing, Menteri Nadiem meminta Martahan menjelaskan soal alat musik lainnya seperti hasapi, serune, dan garantung sambil bertukar pikiran.
“Terus terang saya selalu memikirkan bagaimana caranya musik ini laku dan dicintai masyarakat luas. Tapi lebih penting, bagaimana secara generik dapat dinikmati anak muda. Saya khawatir musik ini bisa hilang kalau kita tidak bergerak bersama. Ayo kita lanjut diskusi lagi,” ungkap Menteri Nadiem seraya mengajak Martahan lanjut mencurahkan isi hatinya.
Setidaknya ada beberapa hal hasil diskusi yang akan didalami Mendikbudristek salah satunya terkait pelestarian musik tradisi di Toba. Martahan mengakui, sebelum bertemu dan bertukar pikiran pun, dirinya sudah yakin Menteri Nadiem serius dalam mengemban tugas. Setelah berdiskusi, Ia pun merasa pandangan Menteri Nadiem sejalan dengan pemikirannya.
Ditanya bagaimana pengalaman rumahnya diinapi Menteri Nadiem, Martahan berkata, “Terharu, karena mendapatkan perhatian. Sudah tiga tahun saya meninggalkan istri dan anak di Jakarta untuk memajukan kebudayaan Toba. Komitmen saya ini ternyata diperhatikan Mas Menteri”.
Mendikbudristek melanjutkan malam terakhir kunjungan kerjanya di Sumatera Utara dengan menginap di rumah keluarga Martahan Sihotang.
Sebelum bertolak ke Jakarta, sambil sarapan mie gomak Menteri Nadiem juga melanjutkan obrolan dengan penggiat Budaya Batak, Ojax Manalu, dan bermain gondang di tepi Danau Toba.
Dari masukan 60 maestro dan pemuda-pemudi penggerak budaya di acara FMTI yang dicatatnya dan obrolan hangat di rumah Martahan Sihotang, Menteri Nadiem berharap kebudayaan dapat menyejahterakan masyarakat di kawasan Destinasi Super Prioritas tersebut.
Martahan Sihotang merupakan penggiat budaya, bersama dengan adiknya Elvrida Sihotang, Martahan menggerakkan kegiatan-kegiatan kesenian seperti pelatihan tari Tor-Tor untuk anak-anak remaja, pembuatan kesenian kerajinan dari bambu untuk para ibu di desanya.
Ikut terharu, Menteri Nadiem sekali lagi memuji penampilan para maestro dan pemuda pemudi di malam puncak FMTI Toba.
Sambil diajarkan Martahan cara bermain alat musik taganing, Menteri Nadiem bertanya kepada Martahan tentang bunyi-bunyian yang ia dengar di acara festival.
“Bunyi-bunyian yang saya dengar di FMTI Toba tadi tidak pernah saya dengar sebelumnya. Sangat cantik dan kental kesakralannya, namun relevan dengan zaman,” katanya melalui siaran pers, Rabu (27/10/2021).
Menurut Mendikbudristek, “Inovasi musik seperti itulah yang saya ingin dengar terus. Perpaduan musik tradisi dengan inovasi di mana sesekali saya mendengar musik hip hop, sesekali musik elektronik. Luar biasa”.
Martahan pun sepakat. Menurutnya, “Musik seperti itu yang akan merangsang anak-anak muda lebih mencintai tradisi”.
Selain belajar alat musik taganing, Menteri Nadiem meminta Martahan menjelaskan soal alat musik lainnya seperti hasapi, serune, dan garantung sambil bertukar pikiran.
“Terus terang saya selalu memikirkan bagaimana caranya musik ini laku dan dicintai masyarakat luas. Tapi lebih penting, bagaimana secara generik dapat dinikmati anak muda. Saya khawatir musik ini bisa hilang kalau kita tidak bergerak bersama. Ayo kita lanjut diskusi lagi,” ungkap Menteri Nadiem seraya mengajak Martahan lanjut mencurahkan isi hatinya.
Setidaknya ada beberapa hal hasil diskusi yang akan didalami Mendikbudristek salah satunya terkait pelestarian musik tradisi di Toba. Martahan mengakui, sebelum bertemu dan bertukar pikiran pun, dirinya sudah yakin Menteri Nadiem serius dalam mengemban tugas. Setelah berdiskusi, Ia pun merasa pandangan Menteri Nadiem sejalan dengan pemikirannya.
Ditanya bagaimana pengalaman rumahnya diinapi Menteri Nadiem, Martahan berkata, “Terharu, karena mendapatkan perhatian. Sudah tiga tahun saya meninggalkan istri dan anak di Jakarta untuk memajukan kebudayaan Toba. Komitmen saya ini ternyata diperhatikan Mas Menteri”.
Mendikbudristek melanjutkan malam terakhir kunjungan kerjanya di Sumatera Utara dengan menginap di rumah keluarga Martahan Sihotang.
Sebelum bertolak ke Jakarta, sambil sarapan mie gomak Menteri Nadiem juga melanjutkan obrolan dengan penggiat Budaya Batak, Ojax Manalu, dan bermain gondang di tepi Danau Toba.
Dari masukan 60 maestro dan pemuda-pemudi penggerak budaya di acara FMTI yang dicatatnya dan obrolan hangat di rumah Martahan Sihotang, Menteri Nadiem berharap kebudayaan dapat menyejahterakan masyarakat di kawasan Destinasi Super Prioritas tersebut.
(mpw)