Miris, 993 Gedung Sekolah di Lebak Banten Rusak Berat dan 3 di Antaranya Roboh

Minggu, 02 Januari 2022 - 14:30 WIB
loading...
A A A
Dia menceritakan, 161 tahun lalu Multatuli, nama pena dari Eduard Douwes Dekker, mengguncang Eropa dengan novel satirnya, Max Havelaar, yang mengabarkan pedihnya derita rakyat Lebak dihisap oleh kolonialisme Belanda.

“Kini setelah 76 tahun Indonesia merdeka, sepertinya kita masih butuh 1000 Multatuli lagi untuk mengabarkan realitas masyarakat khususnya persoalan pendidikan ini,” tegas Furqan, agar bisa menumbuhkan 'sense of crisis' semua stakeholder khususnya pemerintah dari pusat hingga daerah.

Furqan menjelaskan lebih lanjut, dengan revolusi teknologi informasi saat ini, Multatuli-Multatuli tersebut tidak hanya bisa mengabarkan realitas melalui novel seperti Max Havelaar, tapi juga bisa dalam bentuk foto dan video yang eksplosif dan menggetarkan.

Jika semua warga mengambil inisiatif ‘citizen Journalism’, mengabarkan sekolah rusak di kecamatannya masing-masing, maka penanganan persoalan darurat sekolah rusak ini akan bisa menjadi agenda prioritas nasional. “Semoga menjadi resolusi kita bersama menyongsong tahun 2022,” harapnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak Wawan Ruswandi mengaku anggaran pemerintah daerah terbatas untuk memperbaiki ratusan sekolah itu. "Gedung yang rusak berat itu terdiri atas SD sebanyak 775 unit dan SMP 218 unit," kata Wawan di Lebak, baru-baru ini.

Kebanyakan gedung sekolah rusak di bagian atap, retak bagian dinding, kayu sudah rapuh hingga tanahnya retak-retak nyaris longsor. "Kami menerima laporan Selasa (23/11) tercatat dua sekolah roboh dan melukai lima siswa, beruntung tidak menimbulkan korban jiwa," katanya.

Menurut dia, gedung SMPN 1 Cibebersudah lama tidak diperbaiki. Namun, dia tidak menyebut satu sekolah lagi yang roboh pada Selasa.

Wawan menyarankan pengelola dua sekolah itu tidak menggunakan ruang bangunan yang rusak untuk KBM. Dikhawatirkan bangunan itu roboh, terlebih saat ini dilanda cuaca buruk, seperti hujan lebat disertai angin kencang. Termasuk SMPN 1 Cibeber diharapkan tak digunakan karena bangunannya sudah lapuk dimakan usia.

"Kami menyayangkan ruangan laboratorium SMPN 1 Cibeber yang roboh dan melukai lima siswa digunakan ruangan kesenian, padahal sebelumnya sudah diperingatkan agar tidak dipakai KBM, karena bangunan atap sudah rapuh," jelasnya.
(mpw)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2673 seconds (0.1#10.140)